Edited by Me |
Beberapa hari lalu akun Twitter-nya Twitter mengepos: “Your 2018 in emojis”. Ketika mau jawab dengan emoji yang berhubungan sama Amerika Serikat, aku bertanya-tanya, “Kayaknya nggak cuma tentang Amerika Serikat deh.” Karena 2018 memang lebih dari itu. Selain ke Amerika Serikat dalam rangka beasiswa kuliah dan magang (lihat di sini), buku antologi yang aku berkontribusi di dalamnya juga akhirnya rilis setelah menunggu selama hampir dua tahun (lihat di sini). Bisa dibilang itu dua sorotan utama tahun ini. Yang lainnya? Mungkin tentang bagaimana aku memenej diri sebagai pelajar, editor di Ruang, dan pembaca. Aku masih mengurusi kanal Fiksi Populer Ruang dengan intensitas yang sedikit dikurangi—terima kasih kepada ibu managing editor Ruang yang memberikan kelonggaran atas target artikel bulanan. Dan aku masih bisa merampungkan tantangan membacaku dengan melahap lebih dari 70 buku selama tahun 2018.
Bisa dibilang membaca buku menjadi bagian yang paling butuh usaha. Selain harus meluangkan waktu untuk membacanya, aku yang berpindah ke Amerika Serikat ini sedikit kesulitan dalam beradaptasi terutama dalam pemilihan buku. Mungkin aku pernah bilang di suatu pos di blog BIbli ini bahwa aku jarang sekali membaca buku berbahasa Inggris. Bukan karena tidak bisa, tetapi karena malas dan kadang kesulitan dalam mengartikan kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa Inggris. Hampir putus asa tidak bisa menyelesaikan tantangan, akhirnya pada September lalu aku memberanikan diri untuk fokus melahap buku berbahasa Inggris. Masak tinggal di Amerika Serikat tidak membaca buku bahasa Inggris? Dan sesungguhnya akses menemukan buku di sini itu mudah dan gratis—tinggal datang ke perpustakaan dekat tempat tinggal, pinjam, lalu mulai membaca.