Edited by Me |
Apa gambaran masa depan menurutmu? Bagi dunia yang dibangun John Krasinski dalam film terbarunya berjudul "A Quiet Place", masa depan dipenuhi makhluk asing yang buta tapi peka suara, haus darah, dan mematikan. Dengan penggambaran dunia seperti itu, manusia yang masih hidup terpaksa harus selalu tenang dan tidak berisik dalam berkeseharian. Sekali saja botol minummu jatuh tak sengaja, nyawamu benar-benar terancam. "A Quiet Place" memaksa para penontonnya berpikir: Mungkinkah hidup dalam keterbatasan seperti itu? Dapatkah seseorang melakukan segala aktivitas tanpa mengeluarkan bunyi apa pun? Keberadaan monster yang terus membayangi juga menjadi masalah sendiri. Itu seperti seseorang yang takut kecoak diharuskan hidup di sebuah ruangan yang berisi beberapa ekor kecoak. Bisa dibayangkan betapa waswasnya ia? Betapa ia harus terus terjaga dan amat berhati-hati agar kecoak tidak mendekat padanya lebih-lebih terbang ke arahnya. Ketegangan, kehati-hatian, dan keheningan adalah bentuk masa depan yang ditawarkan oleh "A Quiet Place".
Pada 1999 di dunia nyata, penulis fiksi-ilmiah David Gerrold pernah memprediksi masa depan. Suatu saat pada masa depan akan ada alat yang ia namakan PITA (Personal Information Telecommunications Agent). "Saya memiliki telepon selular, tempat penyimpanan saku, penyeranta, kalkulator, kamera digital, perekam suara saku, pemutar musik, dan di suatu tempat di sekitar sini, saya dulu punya televisi berwarna," ujar David. Prediksinya tidak melenceng. Gadget pada masa sekarang bahkan memiliki fungsi melebihi alat-alat yang disebutkan David tersebut. Dari menunjukkan arah, menyimpan data, sampai sebagai alat pembayaran. Hampir dua dekade setelah prediksinya dibuat, baru-baru ini David membuat ramalan lagi tentang masa depan. Ia bilang bahwa masa depan akan diisi dengan robot yang dapat melakukan banyak tugas dan menjadi asisten digital bagi manusia. Walaupun sudah banyak diciptakan, fungsi robot pada masa sekarang masih terbatas untuk satu tugas. Sepertinya, jalan menuju masa depan seperti yang diramal David tidak akan lama lagi. Robot jadi bentuk masa depan yang ditawarkan David.
Menurutku sendiri, masa depan akan terbentuk atas teknologi yang semakin canggih, manusia yang semakin banyak, dan permasalahan yang semakin kompleks. Dan yang perlu diperhatikan secara serius adalah bentuk kedua dan ketiga. Baru-baru ini, sebuah artikel berdasar-data merilis informasi yang sulit untuk disangkal tentang angka populasi yang melejit. Para peneliti asal Kanada menaksir lebih dari 100 kota akan memiliki populasi lebih besar dari 5,5 juta orang hanya dalam 35 tahun. Apa yang terjadi pada kota-kota tersebut selama 30 tahun ke depan akan menentukan lingkungan global dan kualitas kehidupan dunia yang diproyeksikan menjadi 11 miliar orang. Bayangkan bagaimana dunia yang semakin menua ini mengemban jumlah manusia sebanyak itu. Belum lagi permasalahan yang terus terjadi dengan penambahan bentuk permasalahan-permasalahan baru. Sebagian penduduk dunia saat ini masih berjibaku dengan berbagai penyakit yang menyerang mereka. Sebagian penduduk dunia saat ini masih mencari suaka untuk terus bertahan hidup. Sebagian penduduk dunia saat ini sudah susah mendapatkan air bersih. Dan masih banyak permasalahan lain.
Pada 1999 di dunia nyata, penulis fiksi-ilmiah David Gerrold pernah memprediksi masa depan. Suatu saat pada masa depan akan ada alat yang ia namakan PITA (Personal Information Telecommunications Agent). "Saya memiliki telepon selular, tempat penyimpanan saku, penyeranta, kalkulator, kamera digital, perekam suara saku, pemutar musik, dan di suatu tempat di sekitar sini, saya dulu punya televisi berwarna," ujar David. Prediksinya tidak melenceng. Gadget pada masa sekarang bahkan memiliki fungsi melebihi alat-alat yang disebutkan David tersebut. Dari menunjukkan arah, menyimpan data, sampai sebagai alat pembayaran. Hampir dua dekade setelah prediksinya dibuat, baru-baru ini David membuat ramalan lagi tentang masa depan. Ia bilang bahwa masa depan akan diisi dengan robot yang dapat melakukan banyak tugas dan menjadi asisten digital bagi manusia. Walaupun sudah banyak diciptakan, fungsi robot pada masa sekarang masih terbatas untuk satu tugas. Sepertinya, jalan menuju masa depan seperti yang diramal David tidak akan lama lagi. Robot jadi bentuk masa depan yang ditawarkan David.
Menurutku sendiri, masa depan akan terbentuk atas teknologi yang semakin canggih, manusia yang semakin banyak, dan permasalahan yang semakin kompleks. Dan yang perlu diperhatikan secara serius adalah bentuk kedua dan ketiga. Baru-baru ini, sebuah artikel berdasar-data merilis informasi yang sulit untuk disangkal tentang angka populasi yang melejit. Para peneliti asal Kanada menaksir lebih dari 100 kota akan memiliki populasi lebih besar dari 5,5 juta orang hanya dalam 35 tahun. Apa yang terjadi pada kota-kota tersebut selama 30 tahun ke depan akan menentukan lingkungan global dan kualitas kehidupan dunia yang diproyeksikan menjadi 11 miliar orang. Bayangkan bagaimana dunia yang semakin menua ini mengemban jumlah manusia sebanyak itu. Belum lagi permasalahan yang terus terjadi dengan penambahan bentuk permasalahan-permasalahan baru. Sebagian penduduk dunia saat ini masih berjibaku dengan berbagai penyakit yang menyerang mereka. Sebagian penduduk dunia saat ini masih mencari suaka untuk terus bertahan hidup. Sebagian penduduk dunia saat ini sudah susah mendapatkan air bersih. Dan masih banyak permasalahan lain.
Tahun : 2018
Dibaca : 1 April 2018
Rating : ★★★★
Ernest Cline juga memprediksi masa depan—yang tentunya tidak nyata—melalui karyanya, "Ready Player One". Kondisi masa depan digambarkan dengan adanya dunia utopia virtual yang dikenal sebagai OASIS. Pemuda bernama Wade Watts dan jutaan orang lainnya begitu gandrung dengan OASIS. Bagaimana tidak? Segala hal begitu menyenangkan di sana. Mereka dapat mengubah avatar diri mereka menjadi seperti yang diinginkan. Mereka bisa melakukan segala kegiatan yang mereka sukai yang tidak bisa dilakukan lagi di dunia nyata mereka. Mereka bisa menghindar dari dunia yang keadaannya sudah kacau balau. Sedikitnya lapangan pekerjaan dan menipisnya sumber daya alam dan mineral menjadi sedikit dari berjibunnya permasalahan yang mereka alami. OASIS jadi pelarian yang menyenangkan.
Ditambah lagi, setelah kematian penciptanya, James Halliday, OASIS mengadakan perburuan dengan hadiah fantastis. Halliday bertitah bahwa siapa pun yang berhasil menyelesaikan teka-teki buatannya dan menemukan Easter egg akan mewarisi seluruh kekayaannya yang bernilai lebih dari 240 miliar dolar. Dan setelah lima tahun tanpa pergerakan, perburuan menjadi panas. Pasalnya, Wade melalui avatarnya, Parzival, telah menemukan petunjuk pertama. Semua orang mengejarnya dan mencari tahu siapa dirinya sebenarnya. Wade berusaha untuk tidak bisa ditemukan. Baginya, ini bukan sekadar perburuan, tapi bagaimana dia bisa menyelamatkan OASIS sebagai tempat pelariannya. Berhasilkah ia mendapatkan Easter egg? Bagaimana dengan hadiah superbesar yang ditawarkan Halliday?
Satu lagi novel fiksi-ilmiah yang kubaca tahun ini setelah "Illuminae" karya Amie Kaufman dan Jay Kristoff. Dan keduanya sama-sama berlatar masa depan. Sepertinya aku mengerahkan usaha keras untuk menyelesaikan yang satu ini. Aku merasa beruntung karena sudah menonton filmnya terlebih dahulu karena sedikit-banyak deskripsi yang digambarkan Ernest masih sulit kubayangkan dan visualisasi dalam filmnya membantuku menyempurnakannya. Salah satunya adalah penggambaran OASIS. Aku akan sulit mencitrakan OASIS sebagai semesta yang memiliki dunia-dunianya sendiri tanpa bantuan visualisasi dalam filmnya. Juga tentang gambaran dunia nyata kacau-balau itu, terutama tempat tinggal Wade yang adalah trailer-trailer yang disusun menjadi seperti kos-kosan tapi bertingkat ke atas. Di satu sisi, pendeskripsian masa depan yang dibangun Ernest begitu baru dan ajaib. Namun, di sisi lain, Ernest mengorbankan alur cerita menjadi lambat untuk membuat deskripsi secara komplit.
Ernest seperti merepresentasikan seseorang yang gandrung dengan sesuatu melalui Wade. Nerd. Geek. Fanatik. Tidak berlebihan mendeskripsikan Wade dengan ketiga kata itu. Wade berada di OASIS dari pagi sampai malam untuk mempelajari teka-teki tersembunyi yang dibuat Halliday. Segala macam bentuk permainan video game, film, tv seri, musik, novel fantasi dan fiksi-ilmiah yang disukai Halliday sudah dilahapnya. Dan bukan kebetulan juga bahwa kesemua favorit Halliday itu adalah budaya populer yang hadir pada era 80an. Ernest sengaja melakukannya sebagai apresiasi pada kehadiran budaya populer tersebut. Ia juga melakukannya untuk bernostalgia. Video game, musik, dan film adalah bagian dari eskapisme. "Itu manusiawi, bagian dari berurusan dengan beban kesadaran dan mortalitas. Sekali lagi, saya tidak berusaha membuat keputusan sendiri. Saya hanya coba mengeksplorasi aspek berbeda dari pendekatan saya sendiri terhadap nostalgia dan eskapisme," ujar Ernest dalam sebuah wawancara.
Budaya populer 80an jugalah yang dikedepankan Steven Spielberg dalam film adapatasi buku ini—yang amat kunikmati. Sebagai seseorang yang terhibur hanya dengan film dan buku, menonton film ini terasa begitu besar. Aku jadi ingin bermain video game sebagai bentuk hiburan. Referensi budaya populer 80an yang diangkat ke dalam film tidak banyak yang berubah. Beberapa masih kuingat seperti permainan Adventure, film The Shining, dan musik dari band Duran Duran. Soal diferensiasi plot dan alur cerita, aku pikir ini yang menyenangkan. Steven membuatnya sendiri tanpa mengurangi esensi cerita yang diusung Ernest. Perbedaan ini sungguh mencolok; salah satunya tentang teka-teki yang diberikan Halliday. Tentu saja ini bisa dipahami bagi mereka yang sudah membaca novelnya dan menonton filmnya. Kalau ditanya mana yang lebih unggul, aku tidak bisa menjawabnya. Keduanya sama-sama menyenangkan dan patut untuk dinikmati!
Aku membaca buku ini dalam versi bahasa Indonesia. Terjemahannya sudah cukup baik dan luwes. Beberapa istilah yang menjadi ikonik dari buku ini tetap dibiarkan seperti Easter egg, gunter, dan sixter. Sayangnya, saltik masih bertebaran. Beberapanya mungkin tidak diketahui kalau tidak membacanya dengan jeli. Salah satu yang paling diingat adalah saltik "GGS" yang seharusnya "GSS". Semoga saltik-saltik ini menghilang pada cetakan berikutnya. Untuk sampul bukunya, aku berharap lebih "wah" lagi dari ini. Aku malah lebih terpikat ilustrasi susunan trailer yang jadi tempat tinggal Wade dan penduduk Oklahoma City pada 2045 yang "nyempil" di sampul belakang. Aku memang kurang suka dengan sampul bergambar wajah atau tubuh manusia. Demi Wade Watts dan keberlangsungan OASIS, aku tetap membeli yang versi ini. Untunglah, terbayar dengan ceritanya.
Jelas bahwa kisah rekaan Ernest ini bukan hanya tentang mengapresiasi hasil karya hiburan masa lalu, tetapi juga satire alternatif kehidupan di masa depan. Betapa kita butuh hiburan sebagai bentuk eskapisme dari kehidupan yang penuh masalah. Makin banyak dan besar masalah, makin kita butuh eskapisme. Apalagi di masa depan yang sebentar lagi akan kita songsong ini. Lantas, bentuk masa depan apa yang kita percaya? Milik John Krasinski, David Gerrold, para peniliti asal Kanada, atau Ernest Cline? Oh, atau kau punya bentuk masa depanmu sendiri?
Rating : ★★★★
Ernest Cline juga memprediksi masa depan—yang tentunya tidak nyata—melalui karyanya, "Ready Player One". Kondisi masa depan digambarkan dengan adanya dunia utopia virtual yang dikenal sebagai OASIS. Pemuda bernama Wade Watts dan jutaan orang lainnya begitu gandrung dengan OASIS. Bagaimana tidak? Segala hal begitu menyenangkan di sana. Mereka dapat mengubah avatar diri mereka menjadi seperti yang diinginkan. Mereka bisa melakukan segala kegiatan yang mereka sukai yang tidak bisa dilakukan lagi di dunia nyata mereka. Mereka bisa menghindar dari dunia yang keadaannya sudah kacau balau. Sedikitnya lapangan pekerjaan dan menipisnya sumber daya alam dan mineral menjadi sedikit dari berjibunnya permasalahan yang mereka alami. OASIS jadi pelarian yang menyenangkan.
Ditambah lagi, setelah kematian penciptanya, James Halliday, OASIS mengadakan perburuan dengan hadiah fantastis. Halliday bertitah bahwa siapa pun yang berhasil menyelesaikan teka-teki buatannya dan menemukan Easter egg akan mewarisi seluruh kekayaannya yang bernilai lebih dari 240 miliar dolar. Dan setelah lima tahun tanpa pergerakan, perburuan menjadi panas. Pasalnya, Wade melalui avatarnya, Parzival, telah menemukan petunjuk pertama. Semua orang mengejarnya dan mencari tahu siapa dirinya sebenarnya. Wade berusaha untuk tidak bisa ditemukan. Baginya, ini bukan sekadar perburuan, tapi bagaimana dia bisa menyelamatkan OASIS sebagai tempat pelariannya. Berhasilkah ia mendapatkan Easter egg? Bagaimana dengan hadiah superbesar yang ditawarkan Halliday?
***
Satu lagi novel fiksi-ilmiah yang kubaca tahun ini setelah "Illuminae" karya Amie Kaufman dan Jay Kristoff. Dan keduanya sama-sama berlatar masa depan. Sepertinya aku mengerahkan usaha keras untuk menyelesaikan yang satu ini. Aku merasa beruntung karena sudah menonton filmnya terlebih dahulu karena sedikit-banyak deskripsi yang digambarkan Ernest masih sulit kubayangkan dan visualisasi dalam filmnya membantuku menyempurnakannya. Salah satunya adalah penggambaran OASIS. Aku akan sulit mencitrakan OASIS sebagai semesta yang memiliki dunia-dunianya sendiri tanpa bantuan visualisasi dalam filmnya. Juga tentang gambaran dunia nyata kacau-balau itu, terutama tempat tinggal Wade yang adalah trailer-trailer yang disusun menjadi seperti kos-kosan tapi bertingkat ke atas. Di satu sisi, pendeskripsian masa depan yang dibangun Ernest begitu baru dan ajaib. Namun, di sisi lain, Ernest mengorbankan alur cerita menjadi lambat untuk membuat deskripsi secara komplit.
Ernest seperti merepresentasikan seseorang yang gandrung dengan sesuatu melalui Wade. Nerd. Geek. Fanatik. Tidak berlebihan mendeskripsikan Wade dengan ketiga kata itu. Wade berada di OASIS dari pagi sampai malam untuk mempelajari teka-teki tersembunyi yang dibuat Halliday. Segala macam bentuk permainan video game, film, tv seri, musik, novel fantasi dan fiksi-ilmiah yang disukai Halliday sudah dilahapnya. Dan bukan kebetulan juga bahwa kesemua favorit Halliday itu adalah budaya populer yang hadir pada era 80an. Ernest sengaja melakukannya sebagai apresiasi pada kehadiran budaya populer tersebut. Ia juga melakukannya untuk bernostalgia. Video game, musik, dan film adalah bagian dari eskapisme. "Itu manusiawi, bagian dari berurusan dengan beban kesadaran dan mortalitas. Sekali lagi, saya tidak berusaha membuat keputusan sendiri. Saya hanya coba mengeksplorasi aspek berbeda dari pendekatan saya sendiri terhadap nostalgia dan eskapisme," ujar Ernest dalam sebuah wawancara.
Poster film Ready Player One (2018) |
Budaya populer 80an jugalah yang dikedepankan Steven Spielberg dalam film adapatasi buku ini—yang amat kunikmati. Sebagai seseorang yang terhibur hanya dengan film dan buku, menonton film ini terasa begitu besar. Aku jadi ingin bermain video game sebagai bentuk hiburan. Referensi budaya populer 80an yang diangkat ke dalam film tidak banyak yang berubah. Beberapa masih kuingat seperti permainan Adventure, film The Shining, dan musik dari band Duran Duran. Soal diferensiasi plot dan alur cerita, aku pikir ini yang menyenangkan. Steven membuatnya sendiri tanpa mengurangi esensi cerita yang diusung Ernest. Perbedaan ini sungguh mencolok; salah satunya tentang teka-teki yang diberikan Halliday. Tentu saja ini bisa dipahami bagi mereka yang sudah membaca novelnya dan menonton filmnya. Kalau ditanya mana yang lebih unggul, aku tidak bisa menjawabnya. Keduanya sama-sama menyenangkan dan patut untuk dinikmati!
Aku membaca buku ini dalam versi bahasa Indonesia. Terjemahannya sudah cukup baik dan luwes. Beberapa istilah yang menjadi ikonik dari buku ini tetap dibiarkan seperti Easter egg, gunter, dan sixter. Sayangnya, saltik masih bertebaran. Beberapanya mungkin tidak diketahui kalau tidak membacanya dengan jeli. Salah satu yang paling diingat adalah saltik "GGS" yang seharusnya "GSS". Semoga saltik-saltik ini menghilang pada cetakan berikutnya. Untuk sampul bukunya, aku berharap lebih "wah" lagi dari ini. Aku malah lebih terpikat ilustrasi susunan trailer yang jadi tempat tinggal Wade dan penduduk Oklahoma City pada 2045 yang "nyempil" di sampul belakang. Aku memang kurang suka dengan sampul bergambar wajah atau tubuh manusia. Demi Wade Watts dan keberlangsungan OASIS, aku tetap membeli yang versi ini. Untunglah, terbayar dengan ceritanya.
Jelas bahwa kisah rekaan Ernest ini bukan hanya tentang mengapresiasi hasil karya hiburan masa lalu, tetapi juga satire alternatif kehidupan di masa depan. Betapa kita butuh hiburan sebagai bentuk eskapisme dari kehidupan yang penuh masalah. Makin banyak dan besar masalah, makin kita butuh eskapisme. Apalagi di masa depan yang sebentar lagi akan kita songsong ini. Lantas, bentuk masa depan apa yang kita percaya? Milik John Krasinski, David Gerrold, para peniliti asal Kanada, atau Ernest Cline? Oh, atau kau punya bentuk masa depanmu sendiri?
"OASIS telah menjadi penjara yang diterapkan manusia bagi dirinya sendiri. Tempat yang menyenangkan bagi dunia untuk bersembunyi dari segala permasalahannya sementara peradaban manusia perlahan-lahan runtuh, terutama akibat ketidakpedulian." (hlm. 180)
Baru nonton filmnya ,, nggak sabar utk baca bukunya segera :)
BalasHapus