29 Desember 2017

Buku Paling Berkesan 2017 dan Sedikit Racauan

Edited by Me

Halo! Wah, kita sudah berada pada pengujung tahun 2017.

Seperti penggila film yang akan menuliskan film-film terbaik yang ditontonnya, penyuka musik yang akan menuliskan lagu-lagu atau album-album yang bikin mereka terpukau dengan lirik yang kuat, juga seperti para petualang yang akan membuat daftar tempat-tempat terindah yang sudah dikunjungi selama setahun ini, aku si kutu buku tidak akan melewatkan pengujung tahun ini dengan hanya berdiam diri. Seperti tahun lalu, aku membuat daftar bacaan yang membuatku berkesan pada tahun 2017 ini. Buku-buku yang kusebutkan masuk kriteria tak bisa dilupakan—baik itu dari ceritanya maupun karakternya. Tidak perlu berlama-lama lagi, berikut daftarnya yang kuurutkan dari buku yang paling awal kubaca pada tahun ini.

20 Desember 2017

Corpora Aliena dan Perasaan Terasing

Edited by Me

Suatu malam, seorang teman mengirimiku pesan dan menyatakan bahwa ia merasa asing dengan lingkungan sekitarnya. Ia bertanya-tanya apakah dirinya semakin tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain—apakah dirinya kurang bisa berbaur. Aku coba menjelaskan kepadanya bahwa mungkin saja itu bukan terasing tetapi hanya merasa diabaikan. Lebih lanjut, ia pun menjelaskan bahwa ia merasa seperti itu hanya pada beberapa orang saja. Individu atau kelompok disebut terasing apabila mereka berbeda dari mayoritas kebanyakan dan karena perbedaan itulah mereka dijauhi. Yang menyebalkan, mayoritas tidak hanya menjauhi, bahkan bisa lebih ekstrem lagi seperti mengolok-olok bahkan menindas. Keterasingan ini bisa terjadi pada siapa saja—pun pada para tokoh yang diceritakan oleh Henny Triskaidekaman dalam kumpulan cerpennya berjudul "Corpora Aliena".

Aku tidak akan menyalahkan temanku itu karena merasa terasing. Perasaan tersebut bisa hadir kapan saja—apalagi ketika merasa terabaikan dan kesepian. Mungkin saja ia ingin berteman dengan lebih banyak orang namun kurang mampu bersosialisasi sehingga kesulitan dan merasa terasing. Itu perasaan yang wajar dan bisa diatasi apabila kita melihat kondisi dan keadaannya secara lebih luas. Bahkan, orang yang lama terbaring koma di rumah sakit akan merasa terasing jika sudah jarang berinteraksi dengan orang lain. Aku melihat perasaan terasing mirip dengan kesepian. Namun, jika dijabarkan bentuk-bentuknya, perasaan terasing terlihat lebih kompleks dan berurusan dengan lingkungan sekitar.

13 Desember 2017

Dark Matter dan Obsesi Bahagia

Judul : Dark Matter
Pengarang : Blake Crouch
Penerbit: Noura Books
Tahun : 2017
Dibaca : 19 November 2017
Rating : ★★★★

"Bagaimana cara kamu menikmati hidup? Cara kamu berbahagia? Apakah dengan mengikuti orang lain yang tampak bahagia? Coba tanya pada lubuk hatimu yang paling dalam sekali lagi. Bahagia adalah tentang menerima apa yang kamu dapatkan. Setidaknya kamu bersyukur atas dirimu sendiri. Atas apa yang kamu punya."

Kutipan di atas sempat kutulis dalam ulasan "Happiness" karya Fakhrisina Amalia. Namun, sekarang aku melihatnya begitu naif—begitu klise. Benarkah bahwa bahagia adalah hanya tentang berterima dan bersyukur? Tentu tidak. Bahagia yang seperti itu sepertinya berkonotasi pada mereka yang tidak bisa melakukan apa saja yang mereka ingin lakukan, juga bagi mereka yang tidak bisa mendapatkan apa saja yang mereka ingin dapatkan. Namun, bagaimana jika seseorang bisa melakukan dan mendapatkan segala yang ia ingin lakukan dan dapatkan? Tentu taraf bahagianya berbeda. Mungkin orang itu akan merasa bahagia jika ia bisa mencentang semua keinginan yang sudah dicapainya. Ada juga seseorang yang bahagia setelah melakukan hal berguna bagi orang lain. Bahagia itu relatif, tergantung bagaimana seseorang memaknainya.

Bahagia juga dipengaruhi oleh pilihan-pilihan yang diambil selama hidup. Keputusan yang diambil akan memberikan dampak apakah kita merasa bahagia dengan hidup yang dijalani atau malah sebaliknya. Lalu, pernahkah berpikir untuk mencoba jalani pilihan kehidupan yang tidak diambil? Mungkin saja kehidupan itu akan membuat kita lebih bahagia. Atau mungkin tidak. Karena kita tidak akan pernah tahu karena kita tidak akan mengulanginya lagi. Namun, bagaimana jika kemajuan teknologi membuatmu bisa memilih bagian hidupmu yang lain? "Dark Matter" menjelaskan hal ini.

12 Desember 2017

Pertunjukan The Little Prince oleh Rumah Karya Sjuman

Edited by Me

"The Little Prince" kubaca sekitar dua tahun lalu. Kala itu, aku menyatakan dalam ulasanku bahwa aku tidak memahami arti cerita yang dikandungnya. Bahwa bahasanya terlalu metafora dan langsung. Tak lama berselang, "The Little Prince" versi filmnya tayang. Aku yang berusaha untuk memahami apa yang terjadi pada Pangeran Cilik ini nekat menonton filmnya. Tidak buruk, aku jadi mengerti apa yang dimaksud dari ceritanya. Versi film sedikit berbeda. Ada seorang anak perempuan sebagai tokoh utama dan ibunya yang keduanya tidak terceritakan di dalam buku. Menurutku, itu beralasan. Kisah dalam bukunya sedikit sulit untuk diterangkan secara visual sehingga penambahan tokoh anak perempuan dan ibunya bisa memudahkan penjelasan ceritanya. Seperti yang temanku bilang, "Kisah aslinya tidak dimaksudkan untuk ditafsirkan dengan mudah."

Melalui filmnya, aku mulai mengerti tentang apa yang ingin disampaikan oleh pengarang. Singkatnya, "The Little Prince" memperlihatkan dunia orang dewasa dari kacamata seorang anak-anak. Bahwa menjadi dewasa itu begitu rumit dan egois, mereka hanya fokus pada hal-hal yang mereka gemari. Mereka sombong. Mereka suka dengan kekuasaan, teori-teori, dan angka-angka. Hal ini membuat penikmat "The Little Prince" dihadang oleh masa kecil mereka. Mereka yang dewasa akan diingatkan tentang bagaimana menjadi anak-anak yang bebas dan tak dikekang apa pun. Beberapa di antaranya mungkin berkeinginan untuk kembali jadi anak-anak. Memunculkan sindrom Peter Pan dan sugestinya bahwa menjadi anak-anak akan selalu menyenangkan.

08 Desember 2017

Ulasan Buku: A Thing Called Us

Judul : A Thing Called Us
Pengarang : Andry Setiawan
Penerbit: Haru
Tahun : 2017
Dibaca : 6 Desember 2017
Rating : ★★★

Muhammad sedang bermain dengan seorang anak sembari menggendongnya. Tiba-tiba anak tersebut buang air kecil dalam gendongan Beliau dan mengenai pakaiannya. Sang ibu menarik lalu memarahi anak itu. Melihat sang ibu kasar kepada anaknya, Beliau berkata, "Mengapa engkau memarahi dan merenggutnya dengan kasar? Sesungguhnya, baju yang kotor ini bisa dicuci dan dihilangkan kotorannya. Namun siapa yang bisa menghilangkan kekeruhan jiwa seorang anak atas bentakan dan renggutan yang kasar yang telah dilakukan kepadanya?" Sabda yang diriwayatkan Muslim tersebut menjadi pengingat betapa membentak anak adalah hal fatal. Ilmu pengetahuan pun menggenapinya bahwa suara keras dan bentakan yang ditujukan kepada anak-anak dapat menggugurkan sel otak yang sedang tumbuh. Ingatan seputar bentakan dari orang tua akan terngiang terus sampai sang anak dewasa.

***

Tiga orang sahabat itu sudah tak lagi bersatu sejak Shinji pergi tanpa kabar. Sesekali Shinji mengirimi Kotoha dan Shun kabar namun itu tidak bertahan lama. Kotoha masih meminta Shun terus mencari Shinji. Kotoha pikir perginya Shinji adalah kesalahannya. Seharusnya ia tidak menyatakan cintanya kepada pria yang selalu ia anggap kakak itu. Tentu saja Shinji tidak enak dengan status mereka sebagai pacar. Apa Kotoha tidak memikirkan perasaan Shun yang sebenarnya menyukainya juga? Kotoha begitu egois dengan perasaannya. Namun, benarkah karena itu Shinji pergi?

Shun tahu sudah waktunya untuk melanjutkan hidup. Itu berarti ia harus sudahi usahanya mencari-cari Shinji. Sahabat keparat yang tidak pernah mengabarinya sejak lima tahun lalu. Ke mana dia pergi? Kenapa Shinji meninggalkan Shun dan terutama Kotoha? Sekarang Shun-lah yang harus bergelut dengan perasaannya sendiri. Saat ia ingin Kotoha melupakan Shinji, Kotoha malah memintanya untuk terus mencari pria itu. Tahukah Kotoha apa yang dirasakannya? Mana yang lebih baik, terus-menerus menuruti keinginan Kotoha atau menyudahinya? Bagaimana dengan perasaannya yang dipendam selama ini?