22 Mei 2020

Ulasan Buku: Efek Jera

Judul : Efek Jera
Penulis: Tsugaeda
Penerbit: One Peach Media (indie)
Tahun : 2020
Dibaca : 20 Mei 2020
Rating : ★

“Yayasan (sosial) seperti itu sudah banyak. Kita pakai pendekatan baru. Kita tidak langsung menolong orang susah. Tapi kita mengganggu orang yang bikin susah.” (hlm. 44)

Pernahkah membayangkan hidupmu sebelumnya biasa-biasa saja akan berubah pada keesokan hari? Mungkin itu yang ada dalam pikiran remaja 19 tahun bernama Dio. Sehari-hari, ia yang sebatang kara (setidaknya begitu menurut narasi yang kutangkap) tinggal di bedeng di pinggiran rel stasiun Pondok Cina. Tidak hanya untuk ditinggali, bedeng itu juga digunakan Dio untuk mencari rezeki sebagai penjual DVD bajakan. Di sela-sela waktunya, ia suka membaca buku yang membuatnya kritis terhadap lingkungan sosialnya. Di salah satu dinding bedengnya, terpampang poster tak bergambar bertuliskan “Dinodai Kapitalisme”. Bagi orang awam, mungkin tanda itu tidak berarti apa pun. Namun bagi Dio, kata-kata itu mengucurkan semangat. Begitupun bagi seseorang yang tiba-tiba datang ke bedengnya dan menawarinya pekerjaan.

Orang itu meminta untuk dipanggil Om Jon. Setelah dijelaskan kenangan yang memantik memorinya, Dio akhirnya ingat siapa orang itu. Om Jon adalah guru mengaji dan silatnya dulu saat masih kecil. Dio begitu menyegani pria yang berdinas di Kodam Jaya itu. Bernama asli Sarjono, Om Jon menawarkan Dio sebuah pekerjaan. Dio menolak karena dia merasa tidak bisa bekerja di perusahaan dengan alasan, “Bukannya bikin perusahaan berkembang, malah nanti hancur lebur.” Anehnya, Om Jon tersenyum lebar sembari berkata, “Kebetulan sekali, Dio. Yang dicari memang orang yang suka menghancurkan perusahaan.” Dio dibuat bingung karenanya. Apakah Dio menerima pekerjaan itu? Apa pula yang dimaksud Om Jon dengan pekerjaan menghancurkan perusahaan?