24 Desember 2018

Ulasan Buku: Ya, Aku Lari! + Giveaway

Judul : Ya, Aku Lari!
Pengarang : Hasan Aspahani
Penerbit: DIVAPress
Tahun : 2018
Dibaca : 15 Desember 2018
Rating : ★★★

Mengetahui pengarang adalah penyair yang melalui karyanya mendapat gelar buku puisi terbaik Anugerah Hari Puisi dan Yayasan Hari Puisi tahun lalu, aku antusias dengan karya novel Hasan. Sebuah pertanyaan selalu mengemuka tentang hal itu: Kenapa pada akhirnya sang penyair yang biasanya menciptakan puisi lantas menelurkan novel? Namun, sebenarnya Hasan tidak bisa diberikan pertanyaan seperti itu. Ditilik dari bibliografinya, walaupun ia seorang penyair dengan menelurkan beberapa buku kumpulan puisi, ia juga pernah merilis sebuah buku biografi berjudul “Chairil” yang mengupas sosok Chairil Anwar. Mengingat belum membaca satu pun karyanya, aku coba melahap “Ya, Aku Lari” ini tanpa ekspektasi apa pun. Tiada garam, tiada merica, tiada saus tomat maupun kecap manis. Aku baca saja.

“Ya, Aku Lari!” berkisah tentang seorang narapidana yang baru keluar dari penjara bernama Mat Kid yang memiliki masa lalu kelam dan ingin mengenyahkannya. Ia berupaya untuk memperbaiki diri dengan mengajak anak gadisnya, Alta, hadir kembali ke kehidupannya. Tentu saja masa lalu akan selalu menempel di kening sejauh apa pun Mat Kid beranjak dan sebesar apa pun tekadnya ingin meninggalkannya. Suatu ketika Alta hampir menjadi korban penembakan di kafe tempatnya bekerja. Usut demi usut, ternyata “kawan lama” Mat Kid-lah yang berulah atas kejadian itu. Kewalahan, Mat Kid merasa harus mengenyahkan masa lalunya itu.

Kisah bukan hanya berpusat pada Mat Kid, hadir pula seorang remaja-menuju-dewasa bernama Barbar. Ia barista di sebuah kedai kopi yang juga tempat Alta bekerja. Barbar cuma nama panggilan—ia suka memutar lagu-lagu band rock legendaris God Bless yang dipunggawai oleh Ahmad Albar. Barbar kerap meracik hidangan kopi baru dengan komposisi berbeda dari jenis-jenis kopi yang ada dan menamainya sesuai dengan komentar dari si pencicip hidangan kopi barunya itu. Seperti Kopi Penjara yang dikomentari Mat Kid “seperti berada di gerbang penjara ketika saya pertama kali keluar setelah bertahun-tahun menjalani hukuman.”

Edited by Me

Barbar memiliki porsi yang dihitung-hitung setara dengan Mat Kid dalam “Ya, Aku Lari!”. Dan tentu saja, kehadiran karakter Barbar menjadi pemanis dalam kisah. Pembaca akan tahu hubungan apa yang terjadi antara Barbar dan Alta.

Mengamati jalan ceritanya, sepertinya sulit bagi Hasan untuk membuat alurnya berjalan mulus. Ketika mencoba menikmati narasi yang disajikan, aku selalu diganggu dengan sajian narasi lain atau penjedaan bab. Itu seperti ketika sedang lahap makan hidangan tetapi lantas terinterupsi oleh pelayan yang menawarkan makanan lain atau sekadar mengisi ulang minuman di gelas yang hampir habis. Ada juga bab-bab dengan beberapa paragraf yang lebih panjang dan menarasikan kisah-kisah masa lalu—baik Mat Kid maupun Barbar—yang seperti memberi kesan sebagai pengalih perhatian dari jalan cerita utama. Sayangnya, kisah pengalih perhatian di sini lebih menarik ketimbang kisah utamanya dan itu membuat pembaca malah lebih tertarik pada kisah pengalih perhatian. Hal tersebut yang harus diperhatikan baik-baik oleh pengarang untuk jalan cerita utama tidak diganggu oleh cerita tambahan.

Menilik gaya penceritaan Hasan dalam “Ya, Aku Lari!”, aku tidak menemukan tanda-tanda kepenyairannya—satu hal yang aku pikir menarik karena seorang penyair kerap kali menyertakan puisi atau diksi puitis dalam karya novelnya. Hasan tidak. Secara keseluruhan, tuturan kisah yang dibawakannya betul-betul naratif dan enak untuk diikuti. Aku yakin bila dipoles sedikit lagi dan ditambahkan bagian-bagian yang seperti terpatah-patah, karya ini akan menjadi karya yang lengkap dan mungkin bisa menjadi bekal bagi Hasan untuk meraih penghargaan berikutnya.


Giveaway!

Bekerja sama dengan DIVA Press, aku mendapat kesempatan untuk mengadakan giveaway lagi di blog Bibli. Kali ini, "Ya, Aku Lari!" karya Hasan Aspahani menjadi suguhan giveaway-nya. Dan beruntunglah kamu yang membuka tautan ini karena kamu memiliki kesempatan untuk mendapatkan satu kopi "Ya, Aku Lari!". Bagaimana caranya?


1. Ikuti akun Twitter @divapress01 (wajib) dan @raafian (opsional).
2. Bagikan tautan giveaway ini via akun media sosialmu dengan mention akun di atas.
3. Kamu suka kopi? Jenis kopi apa yang kamu sukai? Berikan jawaban serta penjelasanmu pada kolom komentar di bawah dengan menyertakan Akun Twitter, kota domisili, dan tautan share tweet kamu.
4. Giveaway ini berakhir pada 30 Desember 2018.
5. Pengumuman pemenang sehari setelahnya.


Semoga beruntung!


***

Update!

Berikut adalah yang beruntung mendapatkan satu kopi "Ya, Aku Lari!" karya Hasan Aspahani. Pemenang dipilih secara acak ya.

Faza Huda (@mufazahd)

Silakan kirimkan data diri (nama, alamat lengkap, kode pos, dan nomor telepon) via oughmybooks (at) gmail (dot) com. Terima kasih atas partisipasi teman-teman dan terima kasih pula kepada penerbit. Sampai jumpa pada blog tour dan giveaway Bibli selanjutnya!

13 komentar :

  1. Aku suka kopi, tapi bukan maniak kopi 😆😂 sukanya kopi luwak
    Twitter : @AyuArista16
    Kota : Denpasar, Bali
    Link share : https://twitter.com/AyuArista16/status/1077796813631979520?s=19

    BalasHapus
  2. Aku gemar ngopi, terutama waktu digunung. Entah emng enak atah karna nda ada yg lain hehe�� kopi paling disukai itu kopo mix (maaf keceplosan)
    Twitter : Ayyas_muhmmd
    Kota : kedung, jepara

    Link share https://twitter.com/Ayyas_Muhmmd/status/1077842604471930880?s=20

    BalasHapus
  3. Aku tak bisa lepas dari kopi, meskipun nggak setiap hari ngopi. Paling suka sih kopi hitam buatan mamakku. Kopi yang dipanen dari kebun sendiri, dikeringkan sendiri, lalu diproses jadi kopi bubuk sendiri. Rasanya beda dengan kopi manapun. Pahitnya nggak kuat, tapi tetap terasa banget.

    Twitter: @aa_muizz
    Domisili: Semarang
    Tautan: https://twitter.com/aa_muizz/status/1077848214311583744?s=19

    BalasHapus
  4. Saya bukan penikmat kopi yang fanatik. Ditanya jenis kopi, rasanya sulit menjawab. Saya selama ini jadi penyuka Es Kopi GoodDay Freeze (Bukan iklan ya). Lima hari dalam seminggu, setiap pagi, satu cup, saya selalu membawa ke meja kerja. Pernah coba mau bolong tapi malah lemes, nggak gairah buat kerja. Akhirnya balik lagi, ngopi.

    Dan si Ibu penyedia kopinya bernama Eha. Guyonan: Saya setia minum kopi Eha-buck. Rasa tiada dua. Hahahaha.

    Receh memang selera kopi saya. Tapi segelas es kopi kayaknya sudah jadi salah satu kebahagian buat saya setiap pagi sebelum kerja. Dan jadi kebahagian pula (kayaknya) buat Ibu Eha karena punya pelanggan es kopi yang juga kerap berbagi info majelis umat (gosip).

    Twitter: @adindilla
    Domisili: Cirebon
    Link: https://twitter.com/adindilla/status/1077904187881451522?s=19

    BalasHapus
  5. Saya antara suka dan tidak suka, mungkin bisa dikatakan biasa saja terhadap kopi. Jika disuguhi kopi oleh seseorang ya saya minum, jika tidak ya saya tidak mencari kopi. Kalo ditanya jenis kopi apa yang saya suka ya saya jadi bingung, masalahnya sampe detik ini saya bisa dan tidak masalah minum berbagai jenis kopi. Jujur saya bukanlah seorang yang menggemari kopi. Saya tidak tahu ada apa saja jenis kopi yang beredar di pasaran dan bagaimana cara membedakan antar jenisnya. Jika bersantai atau lembur saya biasanya minum coklat panas atau teh hijau.

    Twitter : @mufazahd
    Domisili : Purwokerto
    Link : https://mobile.twitter.com/mufazahd/status/1077915797530370049?p=v

    BalasHapus
  6. Jenis kopi yang saya suka adalah kopi luwak rasa yang mendunia.

    Twitter: @Amrullah2297
    Domisili: sumenep, Madura

    Link share twitter: https://mobile.twitter.com/Amrullah2297/status/1078061195708583942

    Link share fb: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2191875804368082&id=100006370510330&refid=17&ref=opera_speed_dial&_ft_=mf_story_key.2191875804368082%3Atop_level_post_id.2191875804368082%3Atl_objid.2191875804368082%3Acontent_owner_id_new.100006370510330%3Athrowback_story_fbid.2191875804368082%3Astory_location.4%3Astory_attachment_style.share%3Athid.100006370510330%3A306061129499414%3A2%3A0%3A1546329599%3A-3280434719737961995&__tn__=%2AW-R

    BalasHapus
  7. Saya paling suka kopi jenis moka yang berbahan dasar dari campuran espresso, cokelat, dan susu (karena pada dasarnya, saya juga menyukai segala macam jenis susu dan cokelat). Saya biasanya menikmati rasa moka dengan cara membeli salah satu merek susu kemasan karton yang memiliki varian moka (karena ini merupakan cara yang paling mudah dan murah). Terkadang saya juga membeli kopi moka dari kedai kopi. Lebih nikmat jika diminum sambil mendengarkan musik syahdu dari Mocca, hehe.

    Twitter: @fembi_rekrisna
    kota domisili: Karanganyar, Jawa Tengah
    tautan share tweet: https://mobile.twitter.com/fembi_rekrisna/status/1078171425545048064

    BalasHapus
  8. Ditanya suka kopi? Aku suka. Cuma kopi bukan rutinitas sehari-hari aku. Aku bukan tipikal orang yang sehari atau seminggu itu harus minum kopi. Kalau ditanya pernah minum? Pasti aku pernah. Kebiasaan kalau setiap pagi Ayah minum teh atau kopi di teras. Ketepatan Ayah lagi minum kopi, aku minta deh buat di tuang di gelas aku. Lagian kan, pagi-pagi aku masih kebiasaan menguap-nguap. Padahal udah mandi, siap-siap buat ke kampus. Kalau minum kopi, rasa ngantuknya juga lumayan hilang. Itu kata Ayah ku lo, hehehe. Kalau jenis kopinya? Aku suka kopi apa aja yang penting manis terasa. Soalnya aku pernah minum, kopi rasanya pahit. Entah lupa pake gula, atau aku dikerjain. Dan iya, aku juga paling suka kopi robusta hasil panen tulang aku. Aku juga pernah ikut andil cara memetik biji kopinya, menjemur, hingga menggilingnya menjadi serbuk kopi hitam. Itu pengalaman banget buat aku. Warna pekat hitam kopi, ditambah gula beberapa sendok. Itu cocok banget diseduh buat kalian yang tinggal di daerah yang dingin.
    Twitter: @rahmadh79949263
    Kota: Medan, Sumetera Utara
    Link Share:
    https://twitter.com/rahmadh79949263/status/1078188636359745541?s=19

    BalasHapus
  9. Saya suka kopi. Jenis kopi yg saya suka yaitu kopi arabica karena aromanya menarik dan rasanya khas, gak kecut seperti ketiak. Biasanya kalo libur saya minum pagi-pagi sambil baca buku. Dg mencium aromanya, rasanya seperti ada di tengah2 sawah..

    Twitter : @pekerjabakti
    Kota : Kab. Madiun
    Link share : https://twitter.com/pekerjabakti/status/1078228857906376705?s=19

    BalasHapus
  10. Ya, saya suka kopi. Jenisnya kopi susu. Parah, sih, kalau udah konsumsi itu. Manis-manis pahit bergetar-getar di lidahku. Kalau lagi rajin, biasanya nyeduh kopi susu sendiri harus pakai susu kental manis. Tapi kalau memang lagi malas, aku nyeduh kopi susu bungkusan yang murah itu tapi tetap enak. Walaupun kadang kopi susu bikin aku sakit perut.

    Twitter: @jojonyuk
    Kota: Pematangsiantar, Sumatera Utara
    Link: https://twitter.com/jojonyuk/status/1078247407228379136?s=19

    BalasHapus
  11. ku suka kopi, bukan yg black coffe, tapi kopi susu��, dan setiap minum kopi pasti seperti minum air, langsung tandas tanpa ada jeda ����

    Twitter: @lepiih
    asal : serang, Banten
    link : https://twitter.com/Lepiih/status/1078322378566860800?s=19

    BalasHapus
  12. Awalnya saya hanya menyukai kopi saschet yang di jual di warung dengan merek tertentu. Hingga pada suatu hari rekan saya yang mempunyai kedai kopi di bandung mengajak saya ngopi di rumahnya. Dia membuat kopi tubruk dari kopi puntang dengan 3 proses. Natural, semiwash dan wine. Jadilah hari itu saya mencoba kopi dengan proses pembuatan yang menarik dan rasa yang unik. Saya tak bisa menggambarkan dengan jelas, namun rasa kopi itu sangat2 nyaman di lidah saya. Saya pun masih belum memiliki kopi favorit, karena saya masih mencari rasa kopi terbaik bagi lidah saya. Ohya baru baru ini saya mencoba kopi kintamani dari bali.dan dari semua kopi yang tadi saya minum, semuanya arabica.
    .
    .
    Akun medsos : @amangirhan
    Domisili : Tasikmalaya
    Link share : https://twitter.com/amangirhan/status/1079188684547620864?s=19

    BalasHapus
  13. Saya suka kopi,tetapi saya tidak tahu banyak tentang jenis kopi. Sedikit gula dan pahit itu kopi yg saya suka. Saya sering minum kopi sejak kecil, semenjak sering disuruh membeli produk kopi lokalan yg ada didekat rumah, rasanya kas, tulisan logo dan mereknya warna kuning, jadi ibu saya sering menyebutnya kopi kuning. Sampai sekarang saya masih sering disuruh ibu saya beli kopi ini. Kadang saya sering membawa kopi jni untuk bekal ngopi saat keluar kota, agar ingat ibu. Saya suka kopi ini karena kenangan masa kecil saya dengan ibu, itu yang membuat perbedaan dengan kopi kopi lain.

    Twitter : ngarambess
    Domisili : malang
    Link https://twitter.com/ngarambess/status/1077305756070727680?s=19

    BalasHapus