08 Januari 2018

Ulasan Buku: Rumah Tanpa Jendela + Giveaway

Edited by Me

Aku bertanya-tanya adakah rak novel islami di toko buku pada 20 tahun lalu? Pertanyaan yang tercetus usai membaca artikel hasil diskusi "Posisi Sastra Populer dalam Wacana Kesusastraan Indonesia". Pada artikel tersebut diterangkan bahwa fiksi populer islami baru hadir pada era 2000-an. Jauh sebelumnya, sastra populer era 60'-an banyak mengangkat tema seks dan pada kurun 70'-an sampai 90'-an tema percintaan remaja kota yang memarak. Beberapa hari lalu, ketika mengunjungi Toko Buku Togamas Affandi, aku melihat tidak hanya satu rak buku berlabel novel islami. Semakin mendekat, aku melihat satu deretan buku dengan sampul poster film yang mana menjelaskan secara gamblang bahwa buku-buku tersebut telah diangkat ke layar lebar. Semakin mendekat lagi, kesemuanya adalah buah karya Asma Nadia. Dari "Jilbab Traveler: Love Sparks in Korea" sampai "Surga yang Tak Dirindukan".

Desember lalu, aku meminta Cantini Cucum, panelis diskusi yang kusebutkan di atas, menulis ulasan "Ayat-Ayat Cinta 2" karya Habiburrahman El Shirazy untuk Jurnal Ruang. Ide awalnya adalah rilisnya adaptasi film dari novel tersebut pada bulan itu sembari mengetes pembaca tentang ketertarikan mereka seputar fiksi populer islami yang belum pernah diangkat sebelumnya. Ternyata, sambutannya lumayan besar. Pada ulasan yang diberi judul "Pos-Islamisme dalam Ayat-Ayat Cinta 2", Cantini tidak hanya menjabarkan secara detail tentang novel tersebut, tetapi juga menjabarkan asal-usul fiksi nuansa islami pada satu paragraf. Ia berpendapat bahwa mencuatnya fiksi pop islami merupakan dampak lahirnya Forum Lingkar Pena. Usut punya usut, komunitas penulis dan pencinta dunia literasi terbesar di Indonesia itu didirikan oleh kakak-beradik Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia.

Nama Asma Nadia sudah harum dengan karya-karya fiksi pop islaminya. Nyatanya, ia telah menulis lebih dari 50 buku dan sebagian besar bernuansa islami. Harumnya semakin semerbak ketika satu per satu karyanya diangkat menjadi film. Aktor dan aktris papan atas telah membintangi beberapa film adaptasi buku-bukunya dan, nyatanya, laris manis. Sebut saja "Surga yang Tak Dirindukan" dan sekuelnya yang masing-masing sudah menyita lebih dari 1.500.000 pasang mata. Sayangnya, aku sama sekali belum membaca karyanya pun menonton film adaptasi karyanya. Hingga pada satu hari aku melihat ada tawaran mengulas "Rumah tanpa Jendela" di akun Twitter @bukurepublika. Setelah menilik beberapa ulasan buku itu dan mendapati rating-nya tinggi, aku memberanikan diri untuk mengajukan diri.

Judul : Rumah tanpa Jendela
Pengarang : Asma Nadia
Penerbit: Republika
Tahun : 2017

Pertimbangan pertama dan paling utama saat mengajukan untuk mengulas sebuah buku adalah jumlah halaman. Maka ketika dihubungi oleh editor Penerbit Republika, aku langsung merespons dengan bertanya hal itu. "Rumah tanpa Jendela" hanya setebal 200 halaman lebih sedikit. Sampulnya yang memiliki warna dasar hijau campur biru memberikan penyegaran dan memberikan kesan bahwa buku ini adalah buku yang baru pertama kali terbit. Padahal, buku ini sudah pernah diterbitkan sebelumnya bahkan juga sempat difilmkan pada 2011 sebagai film drama/musikal anak-anak yang dibintangi oleh Raffi Ahmad, Yuni Shara, hingga Maudy Ayunda. Ujar beberapa ulasan, buku ini adalah buah hasil pengembangan cerpen karya Asma Nadia dengan judul yang sama. Jadi, sebenarnya alur medium karya "Rumah tanpa Jendela" seperti ini: cerpen, lalu diadaptasi menjadi film, lalu dibuatkan novelnya.

Rara, gadis 8 tahun, cuma ingin satu keinginan, yaitu jendela di rumahnya. Sayangnya, ia bersama orang tuanya hidup di perkampungan kumuh yang mana setiap rumahnya tidak memiliki jendela. Boro-boro jendela, punya tempat berteduh saja sudah bagus. Apakah keinginan Rara akan terkabul?

Ide cerita sebenarnya sederhana. Dengan pengembangan di sana-sini, ketika membandingkan dengan cerpen yang juga dimaktubkan pada bagian akhir buku ini, banyak tokoh-tokoh baru yang juga krusial. Sayangnya, aku tidak begitu suka dengan gaya ceritanya yang tidak runtut waktu. Ketika membaca per bab, aku melihat konten isinya benar-benar adalah penjabaran dari judul bab tersebut. Seperti misalnya pada bab "Doa yang Tak Diminta", Rara menjelaskan kehadiran teman laki-lakinya bernama Aldo dan bagaimana Rara dan teman-temannya bisa bermain di rumah Aldo yang besar dan memiliki banyak jendela. Bentuk cerita semacam ini akan lebih pas untuk kisah-kisah yang diselipkan pada buku-buku nonfiksi. Kenikmatan membaca karya fiksi tanpa runut waktu akan mengurangi mendalami konteks cerita yang dibuat. Aku jadi bertanya-tanya apakah seperti ini gaya cerita Asma Nadia dalam karya-karyanya yang lain.


Giveaway!

Terlepas komentar soal gaya cerita sebuah buku yang amat relatif dan tergantung selera, "Rumah tanpa Jendela" menjadi karya Asma Nadia bisa jadi ragam bahan bacaanmu. Dengan pengemasan yang segar, buku ini seperti memanggil-manggil untuk segera dipunyai dan dibaca. Beruntunglah kamu yang membuka tautan ini karena kamu memiliki kesempatan untuk mendapatkan satu kopi "Rumah tanpa Jendela" edisi terbaru. Bagaimana caranya?


  1. Ikuti akun Twitter @bukurepublika (wajib) dan @raafian (opsional).
  2. Bagikan tautan giveaway ini via akun media sosialmu dengan mention akun di atas.
  3. Adakah karya Asma Nadia yang sudah kamu baca? Berikan jawaban serta penjelasanmu pada kolom komentar di bawah dengan menyertakan Akun Twitter, kota domisili, dan tautan share tweet kamu.
  4. Giveaway ini berakhir pada 11 Januari 2018. Pengumuman pemenang sehari setelahnya.

Semoga beruntung!

***

Update!

Untuk giveaway dengan waktu hanya empat hari, pesertanya cukup banyak. Berikut adalah yang beruntung mendapatkan satu kopi "Rumah tanpa Jendela" karya Asma Nadia. Pemenang dipilih secara acak ya.

Nabilah Afro Nida (@nabilah_afro)

Silakan kirimkan data diri (nama, alamat lengkap, kode pos, dan nomor telepon) via oughmybooks (at) gmail (dot) com. Terima kasih atas partisipasi teman-teman dan terima kasih pula kepada penerbit. Sampai jumpa pada blog tour dan giveaway Bibli selanjutnya!

18 komentar :

  1. Catatan Hati Seorang Istri. Ingin baca soalnya waktu itu sinetronnya booming banget meski ga pernah nonton. Twitter: @titis_wardhana, domisili: Depok,

    https://twitter.com/titis_wardhana/status/950183172381204481

    BalasHapus
  2. Nama : Hamdatun Nupus
    Akun Twitter : @HamdatunNupus
    Domisili : Depok, Jawabarat
    Link Share : https://twitter.com/HamdatunNupus/status/950205940187320320

    Ada beberapa novel bunda Asama Nadia yang sudah saya baca, yang paling menarik menurut saya pribadi adalah "Pesantren Impian", karena menurut saya novel ini istimewa, sedikit berbeda dengan novel2 bunda Asma Nadia yang lainnya. Alur cerita yang tak tertebak, penggambaran tiap tokoh yang detail serta plot twist cerita yang cukup membuat saya tertegun. Lihai sekali bunda Asama Nadia memainkan pembaca untuk menebak-nebak siapakah 'Gadis' hingga nyaris dipenghujung cerita, the best lah pokoknya :)

    BalasHapus
  3. Saya belum pernah membaca novel islami karya Mbak Asma Nadia. Ketika Forum Lingkar Pena sedang booming dan karya-karya anggotanya bertebaran dimana-mana, saya masih belum mampu membeli buku atau novel. Saya berkenalan dengan novel islami itu ketika karya Habbiburahman El-Shirazy difilmkan. Dan sejak itu saya mengikuti karya-karya beliau.

    Twitter: @adindilla
    Kota: Cirebon
    Link: https://twitter.com/adindilla/status/950223127283343361

    BalasHapus
  4. Belum pernah. Tapi salah satu film yang diangkat dari bukunya yang berjudul Surga yang Tak Dirindukan udah saya tonton dan sukses bikin ngerasa betapa dalam beberapa hal perempuan selalu dituntut untuk berkorban.

    Twitter: @sitasiska95
    Domisili: Morowali, Sulawesi Tengah
    Tautan: https://twitter.com/sitasiska95/950251033829126144

    BalasHapus
  5. Helvi Tiana ROsa salah satu pengarang fav Hana :D dan semenjak kelas 3 SD, udah sering dibeliin buku2 Lingkar Pena :D cerita2 islaminya seru :D

    BalasHapus
  6. Saya sudah membaca buku-buku Asma Nadia antara lain Assalamualaikum Beijing, Surga yang tak di rindukan, Catatatan Hati Seorang Istri dan Bidadari Untuk Dewa. Saya suka buku-buku Asma NAdia, karena mengandung tema religi, yang membuatku instropeksi diri, tokoh yang dibangun juga manusiawi, tidak seperti malaikat sehingga lebih mudah diterima. Bahkan dalam buku Bidadari untuk Dewa, bukan hanya membawakan tema keluarga tetapi ada unsur enterprenuership, dan ini buku paling tebal Asma NAdia yang kubaca (500 hal)

    Twitter : @NelyRyanti
    Domisili : Jakarta
    Link Share : https://twitter.com/NelyRyanti/status/950286306176770049

    BalasHapus
  7. Nama Asma Nadia memang sudah terkenal di dunia tulis menulis. Karyanya juga tak perlu diragukan lagi. Banyak dari buku-bukunya yang berlabel Best Seller. Namun terlepas dari banyaknya buku yang ditulis Asma Nadia, (setelah diingat-ingat) entah kenapa baru satu novelnya Asma Nadia yang sudah kubaca. "Cinta di ujung sajadah" judulnya. Novel dengan alur maju mundur ini menceritakan seorang gadis bernama Cinta yang hidup tanp seorang ibu. Asma Nadia berhasil membuat cerita yang mengharu biru dalam novel ini.
    Kalau film yang diangkat dari novelnya Asma Nadia sudah aku tonton, seperti Rumah Tanpa Jendela, Assalamualaikim Beijing, Syurga Yang Tak dirindukan, dan Love Spark in Korea.

    Twitter : @dyah_octa
    Domisili : Karanganyar, Solo, Jawa tengah
    Link share https://twitter.com/dyah_octa/status/950309599730479104

    BalasHapus
  8. Assalamu'alaikum Beijing adalah karya pertama dari Asma Nadia yang pernah saya Baca. Sayangnya baru itu saja. Namun, melihat rekam jejak karyanya yang selalu direview Te-op-pe-be-ge-te dan inspiratif, saya memasukkan karya terbarunya ini ke daftar list saya. Jadi, Bang raafi sering mampir Togamas Affandi ya, semoga togamas ngadain lagi ngayogbook di tahun 2018 ini, amiin


    Twitter : @adikhyuan
    Domisili : Klaten, Jawa Tengah
    link share : https://twitter.com/adikhyuan/status/950612217610686464?s=01

    BalasHapus
  9. Buku yang saya sudah baca dari seorang penulis yang sangat terkenal didunia penulisan dan perfileman dan banyak novel yang sudah difilmkan dari karya beliau, dari sekian banyak karya yang beliau buat saya baru membaca buku "Surga Yang Tak Dirindukan 2", buku ini bagus banget dari segi isinya, dan banyak quote-qoute dari setiap isinya tapi sangat disayangkan tokoh utamanya sekarat kalau di filmnya mati karena kalau tokoh utamanya mati gak ada SYTD season 3.
    Di novel ini banyak pelajaran salah satunya adalah mengajarkan kepada kota untuk menengikhlaskan sesuatu atau menerima keadaan...

    Akun Twitter:@Ramdan_DesiAs
    Domisil:Garut, Jawa Barat
    Tautan Share: https://twitter.com/Ramdan_DesiAS/status/950333624833884160

    BalasHapus
  10. Nama Asma Nadia sudah tidak asing lagi ditelinga. Tetapi aku belum pernah membaca buku karya kak Asma Nadia.
    Kalau film yang diangkat dari novelnya Asma Nadia aku sudah pernah nonton, seperti Assalamualaikim Beijing, Syurga Yang Tak dirindukan, dan Love Spark in Korea. Film yg diangkat dari novel Asma Nadia ini sangatlah menguras air mata dan membuat kita terbawa disuasana tersebut

    Akun Twitter : @nabilah_afro
    Domisili : Serang, Banten
    Tautan Share : https://twitter.com/nabilah_afro/status/950622319604412416

    BalasHapus
  11. Azmah Tafwidli R09 Januari, 2018 21:54

    Kakak dan adik yang produktif membuat buku islami membuat saya berdecak kagum dengan buku bacaan yang dibuatnya. Dan sepengetahuan saya sebagian besar cerita yang mba Asma Nadia akan mengangkat opini atau sisi keperempuanan, buku yang saya pertama saya baca yaitu "surga yang tak dirindukan" awalnya saya mengira judul nya terlalu ekstrim untuk dibaca tapi setelah membacanya, ada maksud yang tetsirat. Tentang cinta yang berlebihan perlahan akan melahap nafsu dan menjadi boomerang untuk kita sendiri. Kemerdekaan perempuan jelas sekali terlihat, dan bukan menandakan kelemahan saat ia harus berkorban. This book was very recommended. qoutesnya pun memikat.

    Akun Twitter : @Azmahtaf
    Domisili : Bandung, Jawa Barat
    Tautan share : https://twitter.com/Azmahtaf/status/950736842663510016

    BalasHapus
  12. Saya sudah membaca beberapa novel karya Asma Nadia yaitu "Assalamualaikum Beijing" dan "Surga yang Tak Dirindukan". Kisahnya bagus dan selalu mengangkat teman yang lain dari yang lainnya. Dalam Assalamualaikum Beijing kita dibuat kagum oleh isi yang ada didalamnya dimana banyak sekali hal yang dimasukkan dari Syiar Agama Islam, Traveling, Nuansa cinta religi dan hal baru lainnya yang kadang jarang ditemukan di dalam novel islami. Surga yang Tak Dirindukan juga memberikan hsl baru, pergulatan batin seorang istri ditonjolkan dalam kisah ini, keluarga yang hidup harmonis yang digambarkan sempurna namun harus mengalami cobaan saat ada orang ketiga yang hadir, namun inilah uniknya Asma Nadia konflik dalam novel ini benar-benar dibuat sebegitu apik hingga tak dapat ditebak endingnya, dan mampu dinikmati. Padahal saya dulu sering bilang ke teman saya ngapain baca novel mewek karya Asma Nadia. Namun setelah baca beberapa novelnya saya menarik ucapan saya, karena ternyata novel asma nadia banyak mengisahkan kehidupan di sekitar kita dan kadang hal sederhana itu jarang untuk kita tulis, dan asma Nadia menggambarkan itu dengan luar biasa, sekarang kalau saya ditanya teman soal novel yang banyak muatan nilai kehidupan atau perenungan dan motivasi maka saya sangat merekomendasikan kepada teman-teman saya untuk membaca karya Asama Nadia....

    Akun Twitter : @Faruq_AlBanna
    Domisili : Wonosobo, Jawa Tengah
    Link Share : https://twitter.com/Faruq_AlBanna/status/950754905307865089

    BalasHapus
  13. Saya telah membaca buku karya Asma Nadia, Penulis yang namanya tak asing lagi karena karya yang luar biasa. Salah satu buku yang telah saya baca yaitu "Assalamualaikum Beijing" dan juga "Surga yang tak dirindukan" walaupun surga yang tak dirindukan tidak saya baca sampai habis karena lebih tertarik menonton filmnya. Sungguh karyanya begitu inspiratif dan mengandung nilai" religius. ��

    Akun Twitter: @thya_umasugi
    Domisili: Bantul, DI Yogyakarta
    Link share: https://twitter.com/thya_umasugi/status/951113556111507456?ref_src=twcamp%5Eshare%7Ctwsrc%5Em5%7Ctwgr%5Eemail%7Ctwcon%5E7046%7Ctwterm%5E3

    BalasHapus
  14. Belum pernah baca buku karya beliau. Sebenarnya ada beberapa karya beliau yang dari dulu sudah menyita perhatian tapi sayangnya gak pernah kesampaian untuk baca. Tahu-tahu sudah dijadikan sineteon lah, jadi film lah. Akhirnya kutonton dari sinetron dan filmnya itu. Setelah ditonton, wow, memang gak mengecewakan. Mungkin kalau baca bukunya akan lebih bagus isinya. Kan banyak yang menilai versi asli di buku lebih bagus daripada pas sudah diangkat ke sinetron atau film :D

    Akun twitter: @ccchhy
    Domisili: Kota Palembang
    Tautan share: https://twitter.me/ccchhy/status/951287595622780928

    BalasHapus
  15. Aku belum pernah membaca buku karya Asma Nadia, karena baru beberapa bulan terakhir ini aku tertarik dalam dunia membaca. Namun, bagi orang awam dalam dunia baca pun pasti sudah tidak asing dengan nama Asma Nadia, karena beberapa karyanya sudah ada yang dibuat film maupun sinetron. Salah satu sinetron yang pernah aku tonton yaitu Catatan Hati Seorang Istri, sinetron ini mengadaptasi buku karya Asma Nadia dengan judul yang sama. Sinetron ini sempat menyedot banyak perhatian penonton,karena mengisahkan ketabahan hati seorang wanita yang rela diselingkuhi suaminya dan sinetron ini dianggap cukup berhasil. Keberhasilan sinetron ini tidak akan terwujud jika tidak didukung "kepiawaian" penulis buku dalam membuat alur cerita sehingga bisa terlihat benar-benar nyata dan mudah diterima masyarakat.Untuk itu, karya Asma Nadia akan menjadi list perburuan bukuku selanjutnya, karena aku masih penasaran dengan kehebatannya dalam menulis buku dan menjadi best seller.

    Akun Twitter : @dinan_wiyantika
    Domisili : Sleman, DIY
    Link Share : https://twitter.com/dinan_wiyantika/status/951321420608360448

    BalasHapus
  16. karya Asma Nadia yang pernah aku baca adalah "Assalamualaikum Beijing" dan "Catatan Hati Di setiap Doaku", untuk Assalamualikum Beijing waktu itu aku penasaran dengan filmya yang memang booming, karena di kota aku tinggal tidak ada bioskop maka aku putuskan untuk membaca novelnya saja. dan memang keren ceritanya. sementara untuk Catatan Hati di setiap doa ku, ini buku pertama yang aku beli hasil racun dari teman teman aku yang suka dengan Asma Nadia.

    Akun twitter : @farida_271
    Domisili ; Pacitan Jawa Timur
    Link Share ; https://twitter.com/farida_271/status/951407497293611008

    BalasHapus
  17. @rinicipta
    Malang
    https://twitter.com/RiniCipta/status/951406333613416448

    Kalau baca novel karya beliau sih belum pernah. Tapi kalau nonton filmnya sudah beberapa kali, terakhir nonton yang Cinta Laki-Laki Biasa. Film ini sukses bikin mewek! Karena selain karena kisahnya sering kita temukan di sekeliling kita, juga karena chemistry dari tokohnya dapet. Mungkin lebih dapet lagi feelnya kalo sebelumnya baca novelnya dulu sebelum nonton hehe.. Aku termasuk tipikal orang yang baca bukunya dulu baru nonton filmnya. Jadi untuk karya beliau selanjutnya, pengin baca novelnya dulu sebelum diadaptasi jadi film/drama. Meskipun kental dengan nuansa religi, tapi aku rasa nilai-nilai yang disampaikan dalam ceritanya bisa diterima dan diterapkan secara universal.

    BalasHapus
  18. Akun twitter: @san_fairydevil
    Domisili: Surakarta
    Link: https://twitter.com/san_fairydevil/status/951435460127047680

    Belum pernah. Baru tadi sore waktu rapat, aku lihat buku kakak kelasku judulnya Cinta 2 Kodi. Tapi enggak aku baca, cuma aku lihat-lihat aja bagian identitas buku. Niatnya untuk memastikan sepengetahuanku Asma Nadia ini masuk dalam IKAPI atau bukan. Lalu menemukan bahwa buku tersebut sudah dicetak berkali-kali.

    BalasHapus