Edited by Me |
Mungkin dianggap berlebihan, tetapi jika ada yang bertanya tentang masa kecil, aku selalu menolak untuk menceritakannya. Bukan berarti aku tidak mau berbagi, hanya saja lebih banyak kenangan tidak enaknya daripada kenangan enaknya. Bila ada yang memaksa, aku berbagi satu kenangan masa kecil yang sedikit dungu dan banyak ceroboh saat liburan Lebaran di rumah nenek. Nenek berkeluarga besar yang menghasilkan belasan cucu dan sebagai cucu pertama aku selalu menunggu-nunggu momen Lebaran karena pasti dapat angpau paling banyak ketimbang yang lain. Seperti liburan Lebaran biasanya kala itu, aku akan tetap tinggal di rumah nenek bersama beberapa sepupu sampai liburan Lebaran usai. Aku dan sepupu melakukan apa saja yang bisa dilakukan—dari bermain di pematang sawah sampai mengejar-ngejar ayam di halaman belakang rumah nenek.
Suatu ketika, aku dan beberapa sepupu sedang bermain api dan sedotan di halaman belakang rumah nenek. Beberapa dari kalian mungkin pernah melakukan hal ini: menyulut api ke sedotan dan membiarkannya menetes-netes ke tanah seperti bola api kecil. Merasa takjub, kami terus melakukannya yang saat persediaan sedotan sudah habis, kami menggunakan kantong plastik. Kami cekikikan karena efek yang dibuat dari kantong plastik berbeda dengan sedotan; bola apinya jadi lebih besar. Masih sambil bergurau, tak dinyana bola api berukuran besar mengenai daerah mata kaki kananku. Dari situlah kegemparan terjadi: aku menangis, para sepupu berteriak, beberapa paman bergegas ke halaman belakang mendekatiku, nenek membuatkan penangkal rasa sakit dengan putih telur dan menotol-notolnya ke bagian kulit yang terbakar. Sampai saat ini, bekas kulit yang terbakar masih bertengger di sekitar mata kaki kananku.