29 September 2019

Ulasan Buku: Selamat Datang, Bulan dan Bahaya-Bahaya yang Indah

Edited by Me

Puisi-Puisi TR dan WJ

"Dengan ini saya menyatakan akan selalu memuja puisi-puisi TR dan WJ."

ujarku tahun lalu
usai tuntaskan buku
Cara-Cara Tidak Kreatif untuk Mencintai

tahun ini,
keduanya muncul lagi
alih-alih bersekutu,
mereka punya satu-satu

tiada lagi peraduan kata
tiada lagi selang-seling rasa
mulai lagi bagai awal jumpa

punya WJ biru malam sanding yuwana ungu
punya TR merah-oranye petang nan semu

milik WJ perihal rasa
melankolis dan melena
milik TR tentang dilema
kritis dan mengena

bagai helai kain
keduanya saling jalin
yang satu berbahaya
satu lagi penuh daya

24 September 2019

Ulasan Buku: Pirgi dan Misota + Giveaway

Judul : Pirgi dan Misota
Penulis: Yetti A.KA
Penerbit: DIVA Press
Tahun : 2019
Dibaca : 21 September 2019
Rating : ★

“Betapa terbiasa aku menghadapi hidup ini dengan memejamkan mata. Seolah dengan begitu masalahku selesai begitu saja. Padahal, tentu tidak. Kata Misota, kau boleh saja menggunakan cara itu. Setiap orang harus punya cara menyiasati kebuntuannya.” (hlm. 25)

Seperti biasa, Indra duduk sendirian di sebuah bangku. Setidaknya seminggu dua kali bangku itu menjadi teman Indra selepas berlari mengelilingi taman yang kerap disinggahi untuk orang-orang yang berminat akan kebugaran mereka. Bangku itu sedikit tersembunyi, berada di balik pohon besar nan riPirgi dan Misota    Pirgi tahu ia jatuh cinta pada Nodee ketika dirinya diajak ke sebuah ruangan penuh buku-buku di sebuah rumah kecil di lingkungan padat penduduk—tempat yang menjadi saksi pergumulan perdana mereka. Dengan tidak menghiraukan jarak umur 25 tahun di antara mereka dan ibunya Pirgi yang tidak setuju dengan perjodohan mereka, Pirgi dan Nodee menjadi sepasang kekasih yang sah. Namun, baru saja dua tahun mereka menikah, pertengkaran-pertengkaran terjadi. Pirgi kerap memecahkan barang-barang di rumah cuma untuk menarik perhatian Nodee. Balasannya, Nodee malah meminta untuk berpisah dan hal itu dilontarkan tidak hanya sekali. Entah apa yang harus dilakukan Pirgi si penjaga Toko Roti Mari Mampir bertopi jamur. Sampai suatu ketika, Nodee mendiktenya menjadi sebatang jamur raksasa.

***

Lalu, siapa itu Misota? Bisa dibilang, ia karib Pirgi. Dua perempuan itu bertemu di sebuah rumah bordil dan semenjak itu mereka jadi dekat. Sayangnya, sama seperti Nodee, ibunya Pirgi tidak suka dengan Misota. Misota punya pembawaan negatif karena bekerja di rumah bordil. Berkali-kali Pirgi meyakinkan ibunya bahwa Misota hanya menjadi penerima telepon di sana. Kedekatan Pirgi dan Misota bisa dibilang satu arah: Pirgi-lah yang kerap menceritakan keseharian dan masalah hidupnya kepada Misota. Bagai penasihat profesional berpengalaman, Misota memberikan saran-saran kepada Pirgi yang sering kali dihiraukannya. Namun tidak dengan saran Misota padanya untuk meninggalkan Nodee yang acuh itu.

Buku ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama yaitu cerita ketika Pirgi masih bersama dengan Nodee, suaminya yang 25 tahun lebih tua darinya. Bagian kedua adalah cerita setelah Pirgi sudah berpisah dengan Nodee dan bertemu dengan Zo, pria yang dikenalkan Misota padanya di rumah bordil. Ada satu peristiwa yang memisahkan bagian pertama dan kedua itu—yang punya dampak signifikan pada karakter. Nodee mendikte Pirgi sebagai seorang jamur karena Nodee sedang menulis tentang jamur. Mengingat Pirgi suka dengan jamur, ia mendalami perannya sebagai jamur dengan baik.

03 September 2019

Ulasan Buku: Flowers over the Bench + Tiga Tanya Tentangmu

Judul : Flowers over the Bench
Penulis: Gyanindra Ali
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2019
Dibaca : 1 Agustus 2019
Rating : ★

Seperti biasa, Indra duduk sendirian di sebuah bangku. Setidaknya seminggu dua kali bangku itu menjadi teman Indra selepas berlari mengelilingi taman yang kerap disinggahi untuk orang-orang yang berminat akan kebugaran mereka. Bangku itu sedikit tersembunyi, berada di balik pohon besar nan rindang yang konon ditunggui oleh makhluk halus entah apa. Cerita-cerita mistis berseliweran mengenai pohon itu yang merembet ke bangku yang jarang diduduki itu. Saat orang-orang menjauhi area itu karena takut akan akibat yang akan timbul dari cerita simpang-siur itu, Indra dengan senang hati mendekatinya karena jarang yang melewati area itu. Layaknya preman pangkalan yang punya kawasan, Indra bagai punya bangku itu untuk dirinya sendiri.

Indra sudah nyaman dengan kesendiriannya. Tiada orang yang mau mendekatinya dan tidak ada keinginan dirinya untuk mendekati orang lain. Berinteraksi dengan orang lain sebatas dengan teman kantor atau dengan orang asing yang menyapanya duluan di pinggir jalan. Ia kerap suka melakukan apa pun seorang diri; jalan-jalan di mal, menonton film di bioskop, berkaraoke, sampai melakukan operasi usus buntu. Berlari seorang diri di taman dan duduk untuk mengaso di bangku kebesarannya adalah hal yang paling tidak perlu ia khawatirkan.

Namun, sore itu berbeda. Saat Indra susah-payah mengatur napas setelah lima kilometer berlari di bangku kebesaran, seorang perempuan tiba-tiba duduk di sampingnya. Sama seperti Indra, perempuan itu juga memakai penyuara telinga nirkabel. Hanya saja, tak lama, perempuan itu melepas benda kecil dari kedua telinganya, mencolek Indra, dan bertanya, “Suka lari di sini juga?” Awalnya, pertanyaan basa-basi itu dijawab Indra dengan biasa saja—selayaknya merespons pertanyaan-pertanyaan orang asing lain yang memulai percakapan dengannya. Namun, Indra merasa aneh ketika percakapannya dengan perempuan itu berlangsung terus-menerus. Perasaan anehnya membuncah saat ia mengucapkan namanya dan perempuan itu juga melakukan hal yang sama. Ia bahkan mau saja bertukar nomor kontak dengan perempuan yang memperkenalkan dirinya dengan nama Nadine.

Saat itu Indra tahu ada secercah cahaya yang akan menuntunnya dan Nadine. Cahaya yang akan membawa mereka bersama-sama. Sekilas Indra menengok ke samping bangku dan melihat sekuntum bunga liar yang merah mekar. Bunga itu tak pernah dilihat Indra sebelumnya. Mungkin tanaman bunga itu memang sudah ada di sana sejak lama. Atau mungkin tanaman bunga itu sengaja semesta hadirkan untuk jiwa menemukan sesuatu yang dipikirnya tak akan pernah ia temukan.