Edited by Me |
Seorang penulis yang didiagnosis mengidap skizofrenia, Pamela Spiro Wagner, sempat menulis puisi berjudul How to Read a Poem: Beginner’s Manual. Puisi yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Hasan Aspahani itu menyiratkan bahwa membaca puisi tidak perlu keahlian khusus. Bagai membaca jenis bacaan lain, membaca puisi ya hanya membaca saja tanpa perlu risau bingung atas apa maksud penyair dalam puisinya atau bagaimana menginterpretasikan puisi-puisi tersebut. Wagner juga menulis: Jangan anggap makna bersembunyi menghindarimu: / Makna puisi terbaik ada dalam apa yang terkatakan padanya. Tidak lagi menyiratkan apa yang harus dilakukan, ia benar-benar menyuratkan secara gamblang untuk membaca saja. Di akhir sajaknya, Wagner mengingatkan: Bila kau bisa menyebut lima nama penyair / tidak termasuk Bob Dylan, / dan bahkan kau melebihi jumlah itu / tanpa kau menyadarinya, / maka berhentilah membaca manual ini. Kamu bisa membaca puisi lengkapnya di sini. Jadi, baca sajalah puisinya!
Begitulah yang kulakukan ketika membaca setiap buku puisi yang ada di hadapanku. Aku mengerti dengan apa yang ingin disampaikan oleh Wagner. Bahwa banyak dari pembaca yang ogah-ogahan untuk membaca puisi karena merasa khawatir bila apa yang dibacanya tidak dapat dimengerti. Bahwa banyak di antara mereka yang masih mencari-cari arti dan maksud dari puisi-puisi karangan sang penyair. Apalagi bila diksinya asing dan berbunga-bunga yang sebenarnya sudah sewajarnya. Padahal, kalau mengesampingkan hal-hal tersebut, puisi-puisi itu akan habis dibaca. Benar butuh waktu dan suasana yang tepat ketika membaca puisi, karena aku pun begitu. Jika kamu salah satu yang merasa seperti itu, ciciplah buku puisi yang satu ini. Mungkin kamu akan berubah pikiran.
Begitulah yang kulakukan ketika membaca setiap buku puisi yang ada di hadapanku. Aku mengerti dengan apa yang ingin disampaikan oleh Wagner. Bahwa banyak dari pembaca yang ogah-ogahan untuk membaca puisi karena merasa khawatir bila apa yang dibacanya tidak dapat dimengerti. Bahwa banyak di antara mereka yang masih mencari-cari arti dan maksud dari puisi-puisi karangan sang penyair. Apalagi bila diksinya asing dan berbunga-bunga yang sebenarnya sudah sewajarnya. Padahal, kalau mengesampingkan hal-hal tersebut, puisi-puisi itu akan habis dibaca. Benar butuh waktu dan suasana yang tepat ketika membaca puisi, karena aku pun begitu. Jika kamu salah satu yang merasa seperti itu, ciciplah buku puisi yang satu ini. Mungkin kamu akan berubah pikiran.