Edited by Me |
Lebih dari sebulan aku di kampung halaman. Rasanya aneh karena kembali pulang tidak ada dalam to-do list tahun ini. Di sisi lain, kelegaan muncul karena selain bisa berhemat (aku tidak perlu lagi membayar sewa indekos di Jakarta), aku bisa mencairkan hubunganku dengan orang rumah. Tidak sedikit aku mengobrol dengan ibu dan nenek seputar kehidupan kami dan orang-orang di desa kami. Salah satunya adalah guru SD kelas 6-ku yang sempat menjadi kepala desa. Baru beberapa bulan jadi kades, ia dilengserkan karena suatu alasan. Ibu dan nenek kemudian menjelaskan berbagai asumsi yang datang dari orang lain. Aku hanya angguk-angguk sambil menyayangkan kejadian tersebut.
Kabar penuh asumsi memang kerap hadir dan tidak dapat terhindarkan. Itu bisa datang dari mana saja termasuk kerabat dan tetangga yang sesekali datang ke rumah. Di desa, penyebaran kabar dari mulut ke mulut sepertinya lebih berhasil ketimbang via aplikasi perpesanan atau media sosial. Hal ini ternyata tidak hanya berlaku di desaku. Desa tempat karakter utama Minoel tinggal di daerah Gunungkidul, Yogyakarta pun ternyata berlaku hal yang sama. Kabar yang tak bisa dipertanggungjawabkan seperti seorang pria menghamili seorang wanita di luar nikah juga menyebar di lingkungan tempat tinggal Minoel.