Sebuah artikel menjelaskan bagaimana mengundurkan diri dari pekerjaan tanpa menimbulkan permusuhan. Cara pertama yang dijabarkan adalah memastikan bahwa atasan atau bosmu tahu tentang informasi pengunduran diri tersebut. Jangan sampai kamu membeberkan keinginanmu kepada rekan kerja. Hal tersebut membuka peluang siapa pun tahu bahwa kamu akan melakukan resign. Cara berikutnya yang menarik perhatianku adalah berjaga-jaga bila tempat kerja barumu tidak nyaman dan kamu mungkin akan kembali ke tempat kerja sebelumnya. Memang tidak semua perusahaan akan bisa menerima karyawan yang sudah resign. Namun, bila kamu memiliki hubungan yang baik dengan tempat kerja lamamu, apa saja bisa terjadi termasuk kembali lagi ke kantor lama. Jadi, jangan menyumpahi lebih-lebih "meludahi" kantor lamamu. Kamu bisa membaca artikel lengkapnya di sini.
Nah, mungkin info di atas berguna karena pada buku berjudul "Resign!" yang akan kuulas berikut tidak memberikan informasi cara mengundurkan diri yang baik dari kantor. Tentulah beberapa orang yang tahu buku ini berharap dapat mendapatkan informasi tersebut dari buku ini karena jelas-jelas judulnya adalah "Resign!". Buku ini adalah fiksi bergenre Metropop yang menceritakan karyawan yang ingin mengunduran diri namun selalu ada rintangan untuk melakukannya. Karya Almira Bastari yang merupakan jebolan Wattpad bisa dibilang amat populer. Buktinya terlihat dari antusiasme buku ini pada saat pre-order. Menurut sumber terpercaya, 800 buku habis saat PO dan dilakukan sesi berikutnya dan 800 buku lagi ludes. Betapa banyak yang menginginkannya. Semoga tiada satu pun dari 1.600 pemesan itu yang beranggapan akan dapatkan tip dan trik mengundurkan diri dari kantor melalui "Resign!". Semoga.
Pertanyaan pembuka: Siapa yang menghadiri Instagram Live #SpringDibajakPenulis bersama Jay Kristoff semalam?
Beruntung karena Instagram memberikan periode waktu untuk menyimpan rekaman video di Instagram Story sehingga aku bisa menonton ulangannya (karena ada hal yang harus kulakukan, aku tidak bisa menontonnya secara langsung). Jay Kristoff adalah satu dari dua penulis seri Illuminae Files yang buku pertamanya baru saja diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Spring. Bertato, berbrewok, dan sedap dipandang; tiga deskripsi Jay saat melihatnya di layar. Kemarin pagi, aku menyelesaikan seri terbaru Netflix, "The End of the F***ing World" (tontonan yang bagus dan menyegarkan terutama bagi remaja). Tokoh gadisnya bernama Alyssa. Ia punya ayah kandung bernama Leslie. Nah, Jay mengingatkanku pada Leslie. Kurasa, sepintas, mereka mirip. Jadi, kalau kamu punya waktu sekitar 2 jam 50 menit, tontonlah seri itu. Namun, sebelum itu, coba sisihkan waktumu untuk menyelesaikan ulasan ini. Sisihkan juga uang jajanmu untuk "Illuminae". Alasannya, akan kujabarkan di bawah ini.
Sepertinya semua orang yang membaca "Illuminae" akan membicarakan bagaimana kisah di dalamnya tersaji. Menurutku, bukunya aneh. Jay pun mengakuinya pada #SpringDibajakPenulis semalam. Begini: Bayangkan kamu harus membaca diktat. Kalau terlalu berat, bayangkan kamu murid Sekolah Dasar dan diminta untuk membuat kliping. Apa kira-kira isi? Berbagai macam artikel berisi laporan berdasarkan fakta yang mungkin berpadu dengan beberapa penggalan wawancara dan gambar-gambar pendukung. "Illuminae" kurang-lebih seperti itu. Bedanya, buku ini seutuhnya fiksi dengan latar waktu sekitar 500 tahun mendatang. Wow. Apakah bentuk tulisan seperti ini adalah gaya baru? Tidak, bentuk "Illuminae" bisa disebut epistolary atau teknik penulisan menggunakan kumpulan dokumen atau surat yang berurutan. Konon, teknik seperti ini sudah ada sejak abad ke-18. There's nothing new under the sun, pal.
Aku bertanya-tanya adakah rak novel islami di toko buku pada 20 tahun lalu? Pertanyaan yang tercetus usai membaca artikel hasil diskusi "Posisi Sastra Populer dalam Wacana Kesusastraan Indonesia". Pada artikel tersebut diterangkan bahwa fiksi populer islami baru hadir pada era 2000-an. Jauh sebelumnya, sastra populer era 60'-an banyak mengangkat tema seks dan pada kurun 70'-an sampai 90'-an tema percintaan remaja kota yang memarak. Beberapa hari lalu, ketika mengunjungi Toko Buku Togamas Affandi, aku melihat tidak hanya satu rak buku berlabel novel islami. Semakin mendekat, aku melihat satu deretan buku dengan sampul poster film yang mana menjelaskan secara gamblang bahwa buku-buku tersebut telah diangkat ke layar lebar. Semakin mendekat lagi, kesemuanya adalah buah karya Asma Nadia. Dari "Jilbab Traveler: Love Sparks in Korea" sampai "Surga yang Tak Dirindukan".
Desember lalu, aku meminta Cantini Cucum, panelis diskusi yang kusebutkan di atas, menulis ulasan "Ayat-Ayat Cinta 2" karya Habiburrahman El Shirazy untuk Jurnal Ruang. Ide awalnya adalah rilisnya adaptasi film dari novel tersebut pada bulan itu sembari mengetes pembaca tentang ketertarikan mereka seputar fiksi populer islami yang belum pernah diangkat sebelumnya. Ternyata, sambutannya lumayan besar. Pada ulasan yang diberi judul "Pos-Islamisme dalam Ayat-Ayat Cinta 2", Cantini tidak hanya menjabarkan secara detail tentang novel tersebut, tetapi juga menjabarkan asal-usul fiksi nuansa islami pada satu paragraf. Ia berpendapat bahwa mencuatnya fiksi pop islami merupakan dampak lahirnya Forum Lingkar Pena. Usut punya usut, komunitas penulis dan pencinta dunia literasi terbesar di Indonesia itu didirikan oleh kakak-beradik Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia.