30 November 2016

Ulasan Buku: Show Your Work!

Judul : Show Your Work!
Pengarang : Austin Kleon
Penerbit : Noura Books
Tahun : 2014
Dibaca : 25 November 2016
Rating : ★★★★

Progres yang kubuat pada tahun ini adalah membaca buku nonfiksi. Tahun lalu, aku ingat betapa tidak tertarik dan merasa alergi dengan buku-buku motivasi, pengembangan diri, apalagi yang berbau-bau tekstual. Rasa bosanlah yang menjadi kekhawatiran utama dalam mencoba genre nonfiksi. Banyaknya fakta, teori, dan petuah, tidak diimbangi dengan narasi yang mengimaji masih belum bisa kuhadapi. Untungnya, aku banyak mendapat info tentang buku nonfiksi yang lumayan keren. Selain bisa menyelesaikannya, tentu aku juga mendapatkan intisari buku melalui sudut pandangku. Satu hal yang menarik adalah betapa nonfiksi memberikan pandangan yang subjektif dari sisi penulis lebih-lebih pembaca yang membaca karyanya.

***

Aku sungguh terkesan dengan cara penyampaian Austin Kleon dalam karyanya. Setelah "Steal Like An Artist", aku merasa harus membaca karya-karyanya yang lain. Dan buku ini yang paling bisa diraih untuk mengentaskan hasrat tersebut. Bisa dibilang, "Show Your Work" semacam implikasi dari "Steal Like An Artist". Jika kamu sudah menemukan hal terbaik dalam dirimu, lalu apa yang akan kamu lakukan? Mengerjakan proses kreatif untuk menjadikan karya saja ternyata tidak cukup. Ada hal penting setelahnya yang harus kamu lakukan yaitu menunjukkan karyamu itu. Tapi ternyata tidak semudah itu. Kamu harus mengetahui ke mana karyamu akan dipertontonkan. Dunia maya menjadi langkah paling mudah, namun apa sudah?

Selain tentang mempertontonkan karya, buku ini juga berperan sebagai stimulan melalui poin-poin yang diterangkan. Banyak pengalaman dari para kreator dunia yang sedikit-sedikit disebutkan pada buku ini sehingga menjadikannya inspirasi untuk tetap bekerja; berkarya. Ada beberapa poin yang terbilang umum seperti mengutamakan proses ketimbang hasil dan berbagi hal kecil setiap hari. Namun aku mendapatkan poin yang mungkin tak bisa kudapatkan bilamana tidak membaca buku ini. Salah satunya adalah tentang menceritakan yang baik-baik saja dan jangan jadi manusia penyampah. Keduanya akan kuulas singkat setelah ini.

26 November 2016

Ulasan Buku: Catatan Najwa

Judul : Catatan Najwa
Pengarang : Najwa Shihab
Penerbit : Literati (imprint Lentera Hati)
Tahun : 2016
Dibaca : 25 November 2016 (via SCOOP)
Rating : ★★★

Beberapa waktu lalu "Mata Najwa" menghadirkan salah satu calon gubernur DKI Jakarta sebagai bintang tamu. Pada acara yang menspesialkan sang cagub itu Najwa Shihab telah memberikan pertanyaan-pertanyaan tegas dan menjurus bahkan sejak menit-menit pertama. Dari situ saja sangat terlihat kepiawaian Najwa sebagai jurnalis yang bertanya secara lugas menerabas para lawan bicaranya. "Mata Najwa" yang tak terlepas dari ikon Najwa Shihab bagai oase di tengah gurun acara televisi yang (kebanyakan) tak berisi. Seperti kata Jokpin, "Mata Najwa" membantu mata kita melihat dengan jernih perkara-perkara pelik di balik hiruk-pikuk politik, membedakan mana yang palsu mana yang asli, mana yang semu mana yang sejati.

Kekhasan dari "Mata Najwa" adalah—mari kita sebut—kata-kata mutiara yang tak pernah luput Najwa sampaikan pada akhir acara, yang selanjutnya ditutup dengan melodi gitar dari *band rock* lawas, Creed. Bagai ibadah yang bila tak ada maka merana. Inti dari acara berdurasi 90 menit itu tertuang pada ayat-ayat itu secara ekplisit dengan bahasa yang sedikit membelit agar lebih menggigit. Sejujurnya, bagian inilah yang kusuka dari "Mata Najwa".

Beberapa waktu lalu Najwa Shihab meluncurkan buku terbarunya bertajuk "Catatan Najwa". Buku berwarna dominan merah ini seperti melambangkan semangat membara yang tertuang melalui kata-kata di dalamnya. Kabarnya, buku ini berisi refleksi Najwa Shihab atas isu yang dibahas di program "Mata Najwa". Setelah menanti cukup lama bilamana Najwa menerbitkan buku tentang acara televisinya, aku antusias untuk menilik isinya. Berharap banyak hal bisa kutemukan tidak melulu soal isu politik dan hukum tetapi juga humaniora dan yang ringan-ringan.

Para Penyedia Layanan Book Subscription Box di Indonesia (Book Subscription Box - Part II)

Edited by Me

Melanjutkan bahasan tentang book subscription box atau kotak langganan buku, langsung saja kita cari tahu tentang para penyedia layanan kotak langganan buku yang ada di Indonesia. Pada artikel sebelumnya, aku mewawancarai empat penyedia layanan, kini aku tambahkan satu lagi penyedia layanan kotak langganan buku yang banyak teman-teman bilang bahwa ini yang pertama di Indonesia yaitu Peti Buku. Berikut penuturan para penyedia layanan tentang profil lengkap dan keunggulan dari masing-masing kotak langganan buku. Dengan pos ini, aku harap kamu bisa lebih mudah memutuskan kotak langganan buku asal Indonesia mana yang cocok dengan selera kamu.

23 November 2016

Ulasan Buku: Gabriel Finley and the Raven's Riddle

Judul : Gabriel Finley and the Raven's Riddle
Pengarang : George Hagen
Penerbit : Tiga Serangkai
Tahun : 2016
Dibaca : 20 November 2016
Rating : ★★★

"Gabriel, andai kau anak lain, akan kuminta kaulupakan ini. Tinggal di rumah, nikmati masa kanak-kanakmu. Tapi kau lain. Bicara dengan raven, terbang dengan mereka, lalu menguak rahasia kalung yang menjadi misteri seribu tahun—yah, entah apa yang mesti kukatakan, selain kau memang seperti ayahmu, dan kalau ada yang dapat menolongnya, pasti kau. Tapi tolong berhati-hatilah." (hal. 258)

Kata yang sering muncul pada buku ini adalah sebuah benda bernama torc. Benda yang cukup asing dan aku penasaran benda macam apa itu, apakah sebuah mahkota, kalung, atau cincin—aku yakin itu perhiasan. Yang pasti bukan tongkat karena benda itulah yang menyangga si torc ini, namun yang pasti torc benda kuno. Dan setelah cari tahu, aku menemukan torc adalah perhiasan kuno berbentuk cincin namun dipakai di leher, bisa juga disebut kalung tapi pembelitnya bukan rantai. Benda ini ditemukan oleh bangsa Celtic atau budaya Eropa Zaman Besi lainnya dari sekitar abad ke-8 Sebelum Masehi sampai abad ke-3 Masehi. Mereka yang mengenakannya diidentifikasikan sebagai orang yang berpangkat tinggi.

***

Gabriel Finley kehilangan ayahnya sejak tiga tahun lalu dan bertanya-tanya apakah sang ayah, Adam Finley, benar-benar meninggalkannya? Ia kini tinggal bersama Bibi Jaz dan harus menikmati masa-masa beranjak remajanya tanpa hadirnya sosok ayah. Kesukaannya terhadap teka-teki setidaknya memberikan hiburan tersendiri baginya. Kejutan dalam hidup Gabriel dimulai saat ia berulang tahun yang kedua belas. Ia mendapatkan hadiah sebuah buku harian yang ternyata adalah milik ayahnya! Setelah membuka buku harian itu, Gabriel yakin itu bukan buku harian biasa dan ia punya firasat dengan buku harian itu ia dapat menemukan sang ayah.

Gabriel mulai mencari tahu tentang buku harian itu dan di mana ayahnya. Bersama teman sekolahnya, Abigail, dan cewek yang tinggal serumah dengannya, Pamela, ia bertekad akan menemukan sang ayah yang ternyata ditahan oleh kakaknya sendiri bernama Corax Finley. Namun sebelumnya, ia bertemu dengan amicus-nya, burung raven bernama Paladin yang ternyata dapat bicara. Sebelum bertualang bersama teman-temannya, Gabriel dan Paladin harus lebih dulu menemukan keberadaan torc yang menjadi kunci utama petualangan mereka. Apakah mereka akan menemukan Adam Finley? Lalu, apakah kesukaan Gabriel pada teka-teki berguna dalam menjalankan misi ini?

20 November 2016

Seri #YaTuhan, Ketika Doa Tak Lagi Khusyuk


Apa makna doa bagimu? Sebagian orang menganggap doa sebagai keharusan untuk dipanjatkan agar selamat di sepanjang hidupnya dan kehidupan setelah kematian. Sebagian yang lain menganggap berharap sesuatu yang baik di masa depan adalah sebuah doa. Arti doa memang begitu universal. Terutama bagi yang beragama, doa masih semacam perlakuan sakral agar manusia merasa hidup. Permohonan, harapan, pujian, terhadap apa pun menjadi pengingat bahwa yang memanjatkannya masih mengaku berpijak di atas tanah. Dan tentu saja, doa harus dipanjatkan dengan sungguh-sungguh agar terkabul. Tapi apa jadinya jika doa itu terasa tak lagi khusyuk? Apakah akan meluruhkan kesakralannya?

***

Serumpun buku serial bertajuk #YaTuhan diterbitkan untuk menjawab pertanyaan di atas. Adalah Adityayoga dan Zinnia yang berani mengusung tema doa dalam karya borongan yang mereka terbitkan awal November ini. Lima buku serupa konsep ini memiliki perbedaan topik yang jarang dimunculkan tetapi begitu melekat dalam masyarakat beberapa tahun belakangan. Keduanya memilih doa untuk menyampaikan kritik sosial yang terjadi di masyarakat melalui kata-kata lawak yang dipanjatkan kepada Tuhan. Lucunya, kedua penulis buku serial ini berprofesi sebagai desainer grafis. Dan mereka menyampaikan aspirasinya melalui kata-kata, bukan gambar visual.

Berawal dari sampul bukunya yang sederhana namun penuh teka-teki, aku tertarik untuk membaca seri #YaTuhan ini. Kesemua judulnya memiliki tiga nomina yang berakhiran kata "doa". Tentu aku menebak ini adalah buku non-fiksi dengan segala petuah-petuah agamis yang memberikan pencerahan bagi yang membacanya. Sebelum membaca, aku juga sempat berpikir bahwa kelima buku ini punya daya untuk mempengaruhi pembaca untuk lebih bersyukur atas doa yang disematkan di dalamnya. Tebakanku salah dan, seusai membaca semuanya, aku malah lebih merasa getir-getir sedap ketimbang bersyukur. Setelahnya, aku sadar bahwa aku telah dibohongi oleh buku serial kurang ajar ini!

16 November 2016

Tentang Book Subscription Box yang Sedang Naik Daun di Indonesia (Book Subscription Box - Part I)

Edited by Me

Istilah book subscription box mungkin masih terdengar awam bagi kalangan pembaca di Indonesia. Bisa dibilang kotak langganan bulanan berisi buku ini baru naik daun sejak 2016 ini. Bermula dari banyaknya postingan artikel teman-teman di blog dan media sosial, aku penasaran dengan fenomena yang satu ini. Nah, karena kita orang Indonesia, bagaimana kalau kita ubah istilah book subscription box menjadi kotak langganan buku? Setuju? Setuju sajalah ya, biar cepat.

Awalnya, aku ingin menuliskan tentang pengetahuanku yang terbatas tentang kotak langganan semacam ini. Namun supaya lebih valid, aku mencoba menghubungi beberapa layanan kotak langganan buku yang sudah beroperasi di Indonesia. Setelah bertanya-tanya kepada beberapa teman di grup dan berselancar sendiri, akhirnya aku menemukan empat layanan kotak langganan buku yang berdomisili di Indonesia. Aku mengontak mereka dan masing-masing merespons positif permintaan untuk menjawab beberapa pertanyaan dariku.

Ada lima pertanyaan dasar yang kuajukan kepada masing-masing layanan yang kesemuanya menggunakan media sosial Instagram untuk membuka lapak layanan kotak langganan buku. Pertanyaannya adalah: (1) pengertian kotak langganan buku, (2) alasan mengapa membuka layanan ini di Indonesia mengingat minat bacanya rendah, (3) perbedaan masing-masing layanan dari layanan lainnya, (4) prediksi kotak langganan buku di masa depan, dan (5) profil singkat masing-masing layanan. Setelah menerima jawabannya, aku sempat bingung bagaimana cara menyampaikan semua jawaban karena begitu panjang. Jadi, aku memutuskan untuk membagi dua postingan artikel tentang kotak langganan buku.

12 November 2016

Ulasan Buku: Hikikomori-chan

Judul : Hikikomori-chan
Pengarang : Ghyna Amanda
Penerbit : Ice Cube
Tahun : 2015
Dibaca : 12 November 2016
Rating : ★★★

"Aku tadinya hampir bangkit untuk mencari tahu keberadaan pria asing itu, tapi aku mengurungkannya dan merebahkan tubuhku kembali." (hal. 44)

Hari Ayah di Indonesia bermula ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendeklarasikannya pada 12 November 2006 lalu di Solo. Uniknya, Hari Ayah digagas oleh sekumpulan wanita yang tergabung dalam Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP). Saat itu PPIP menggelar deklarasi Hari Bapak Nasional di Pendapa Gede Balai Kota Solo yang dihadiri ratusan orang dari berbagai kelompok masyarakat. PPIP dikenal sebagai komunitas komunikasi lintas agama. Deklarasi serupa juga digelar oleh anggota PPIP lainnya di Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur. Sejak saat itulah, 12 November ditetapkan sebagai Hari Ayah di Indonesia.

***

Raisa sudah ditinggal ibunya sejak empat tahun lalu. Sejak saat itu, ia mengurung diri di kamar dan tidak memiliki daya dan keinginan bahkan untuk keluar dari kamarnya. Ia menganggap dirinya sebagai hikikomori yang merupakan perangai seseorang yang cenderung menutup dirinya sendiri dari dunia luar. Raisa bahkan hanya keluar untuk makan, mandi, dan pergi ke toilet. Ia tidak lagi bersekolah sejak lulus SMP yang bahkan ijazahnya masih ditahan oleh Jirou si Serakah.

Hal tersebut akan terus seperti itu jika saja Vincent Muffon tidak hadir dalam hidup Raisa. Pria asing yang mengaku sebagai suami Reina, ibunya Raisa. Gadis itu sontak kaget karena selama hidupnya ia tidak pernah kenal dengan ayah kandungnya, apalagi yang bernama Vincent Muffon. Pria tinggi besar yang kemudian disebutnya Kyoujin—sebutan raksasa yang berasal dari serial Jepang "Attack on Titan"—itu kemudian tinggal di rumah peninggalan sang ibu yang dihuni Raisa sampai sekarang. Kyoujin selalu membuatkannya makanan dan menjaga agar rumah tersebut tetap bersih. Hingga Raisa tersadar bahwa ia sedang membuka diri pada pria besar yang mengaku sebagai ayahnya itu. Apakah Kyoujin benar-benar ayahnya?

09 November 2016

Genius: Kisah 'Bromance' Penulis dan Editornya

Edited by Me

Sejujurnya aku harus menghitung banyak kancing dari baju yang kumiliki tentang haruskah aku menuliskan ulasan "Genius" atau tidak. Ini tentu beralasan. Aku tidak pernah sekalipun menulis ulasan film. Aku tidak tahu variabel-variabel yang harus diulas, tidak mengerti batasan sejauh mana aku harus menceritakan kisah di dalamnya, juga yang terpenting apakah nantinya aku malah membuat semacam *spoiler* yang sebagian besar orang membencinya. Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang sepertinya membuat karakter terlalu-banyak-berpikirku bekerja dengan baik. Tapi toh film adalah bentuk lain dari sebuah 'cerita' yang pastinya memiliki poin-poin untuk diulas.

***

Hari yang basah pada 1929 di New York, Maxwell 'Max' Perkins (diperankan oleh Colin Firth) dimohon untuk memeriksa sebuah naskah dari Aline Bernstein (diperankan oleh Nicole Kidman) yang adalah seorang desainer panggung. Lucunya, itu bukan naskah yang ditulisnya, naskah tersebut adalah milik Thomas 'Tom' Wolfe (diperankan oleh Jude Law) yang diakui sebagai "orang yang dilindungi" oleh wanita berparas cantik itu. Max membaca naskah tersebut seketika itu juga, bahkan membawanya ke rumah karena ia tidak berhenti membaca. Ada yang unik dari naskah yang sudah ditolak banyak penerbit lain itu. Keesokan harinya, Max meminta Tom datang ke kantor Charles Scribner's Sons. Sang editor memberitahukan penulis bahwa naskahnya akan naik cetak dan dijual ke publik.

Tom begitu senang dan mendedikasikan buku pertamanya yang awalnya ia beri judul "O Lost" itu kepada Aline Bernstein—bisa dibilang kekasihnya. Tak dinyana, "Look Homeward, Angel" menjadi buku terlarik di Amerika Serikat kala itu. Semua orang mengelu-elukan sang penulis. Ia diminta untuk cepat-cepat menerbitkan karya berikutnya. Dan pada saat itulah ketenarannya harus dibayar. Ia menulis satu naskah berjumlah puluhan ribu lembar tulisan yang jika dihitung-hitung bisa mencapai 5.000 halaman untuk sekali cetak. Max memintanya untuk bekerja keras memotong bagian-bagian yang tidak diperlukan. Tom menurut. Karena ia lebih sering bersama dengan Max, Aline tersulut api dan berulah. Ada apa sebenarnya di balik kisah Tom dan Max? Kenapa Aline begitu cemburu akan kedekatan mereka berdua?

07 November 2016

Mengenal Asal-Usul Kambing Hitam pada Abad Pertengahan

Edited by Me
"Ain't I already been whipped twice today? Gaw! What's the prince done now?" (hal. 2)

Seorang anak ditakdirkan menjadi penerima hukuman bagi seorang pangeran cilik yang begitu bandel. Ia biasanya berasal dari kalangan bawah dan ditarik ke istana karena diiming-imingi hidup yang layak. Jika sang pangeran nakal, tidak patuh, tidak hormat, maka si anak deraan inilah yang harus menerima hukumannya. Di hadapan sang raja, sang pangeran yang bandel mendapatkan hukuman melalui si anak deraan, biasanya berbentuk cambuk. Alasannya sudah jelas, agar sang pangeran merasa bersalah setelah melihat si anak deraan kesakitan atas perlakuan yang sebenarnya dilakukan oleh sang pangeran itu sendiri. Pihak kerajaan tidak merasa itu hal yang salah, toh si anak deraan mendapatkan hidup yang layak di dalam istana dan itu adalah sebuah pekerjaan yang lumrah kala itu.

***

Itulah yang dialami Jemmy 'The Whipping Boy' setelah diambil ke istana setelah beberapa tahun. Hari itu Jemmy sudah menerima dua kali deraan dan akan mendapatkan yang ketiga setelah Prince Brat melakukan hal usil kepada raja dan ratu—menarik jatuh wig mereka saat makan malam bersama para tamu. Karena kelakuan Prince Brat itu, Jemmy mendapatkan 20 kali deraan. Dan itulah yang selalu Jemmy terima setiap hari; pekerjaannya, takdirnya. Namun sepertinya Prince Brat tidak merasakan secuil pun penyesalan atas apa yang seharusnya dia terima atas ulahnya itu. Tak hanya itu, malam itu juga Prince Brat mengunjungi kamar Jemmy dan mengatakan ia tidak puas atas apa yang diterima Jemmy dan ia memerintah agar Jemmy berteriak saat menerima setiap deraan yang menyakitkan itu bagai babi menguik.

Suatu malam Prince Brat meminta Jemmy untuk kabur dari istana. Tentu itu mengagetkan Jemmy karena: kenapa harus dia? Bukankah Prince Brat tidak menyukainya? Lalu, akan pergi ke mana mereka? Prince Brat tidak menyukai istana, ia harus belajar baca, tulis, hitung yang tidak bisa dilakukannya. Sang pangeran bahkan tidak bisa menuliskan namanya sendiri karena ia bisa menyuruh orang untuk membacanya. Begitupun untuk menulis dan menghitung. Tapi ia terlalu jenuh akan hal itu. Kisah ini dimulai ketika mereka berdua keluar dari istana menunggangi kuda. Petualangan apa yang akan mereka dapatkan? Akankah petualangan ini akan mengubah perangai dan tingkah laku Prince Brat? Oh, dan tentu saja ini kesempatan Jemmy untuk pergi selamanya dari pekerjaannya itu.

05 November 2016

Ulasan Buku: UnWholly

Judul : UnWholly (Unwind #2)
Pengarang : Neal Shusterman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2016
Dibaca : 29 Oktober 2016
Rating : ★★★★★

"Nikmati pengalaman berada di luar dirimu: Sambutlah keadaan terpisah-pisah." (hal. 122)

Para remaja dihadapkan kondisi suatu negara di mana mereka menjadi musuh sosial dan tidak diinginkan. Mereka yang penuh nafsu dan rasa ingin tahu, sulit diatur, nakal, tidak hormat terhadap orang tua, dan segudang masalah remaja lainnya menjadi alasan hal itu terjadi. Pemerintah memperbolehkan para orang tua yang memiliki anak seusia remaja di bawah 16 tahun untuk menyerahkan mereka untuk dipisahkan raganya. Hal itu baik karena daripada mereka merasa gagal sebagai orang tua untuk mendidik anak mereka, toh anak mereka yang begitu tidak bisa diatur ini bisa menjadi semacam penebusan dosa karena tubuh mereka nantinya akan lebih berguna bagi orang lain. Potongan tangan mereka bisa digunakan pelukis untuk membuat karya. Jantung mereka memberikan kehidupan baru bagi orang tua yang sekarat. Mata mereka dapat lebih berguna jika digunakan oleh para fotografer buta parsial untuk memotret dan menghasilkan gambar yang ciamik.

***

Petualangan Connor Lassiter, Risa Ward, dan Lev Calder berlanjut. Connor dan Risa yang berada di Kuburan Pesawat harus menutup rapat keberadaan mereka untuk keberlangsungan hidup lebih dari 700 Unwind desertir. Sebenarnya mereka menyebut diri mereka sendiri Wholly—utuh. Unwind adalah istilah yang diberikan oleh pemerintah atas mereka. Para Wholly masih tetap hidup di bawah bayang-bayang Resistansi Anti-Pemisahan (RAP), sebuah organisasi yang menentang pemisahan raga dengan menyelamatkan Unwind desertir. Namun mereka tidak terorganisasi sebaik yang dipikirkan orang. Akhir-akhir ini, RAP seringkali mengabaikan permintaaan logistik Kuburan Pesawat; persediaan obat pun tidak. Risa sangat membutuhkannya.

Di sisi lain, Lev yang terpisah dari Connor dan Risa harus melanjutkan hidup. Dihukum sebagai penepuk yang tidak penepuk, ia menjadi tahanan kota dan bersama Pastor Dan harus duduk di ruang hiburan penjara anak-anak setiap Minggu pagi dengan mengemban misi mulia; memberikan pelayanan kepada mereka. Suatu tragedi memilukan terjadi saat Hari Pramuka Putri dan Lev harus pergi sejauh mungkin dari tempat yang lebih dari setahun ia tinggali bersama Pastor Dan. Ia berada di mansion Cavenaugh dan perubahan drastis terjadi, ia dielu-elukan bagai nabi, bagai juru selamat, atas apa yang telah dilakukannya setahun lalu. Semuanya tidak akan sama lagi setelah hadirnya UnWholly—manusia tidak utuh—yang baru saja diciptakan. Apa yang terjadi pada mereka bertiga? Apakah Connor, Risa, dan Lev akan bersatu kembali?