14 April 2015

A Monster Calls

Sampul
Judul : A Monster Calls
Pengarang : Patrick Ness
Penerbit : Candlewick Press
Tahun : 2013
Dibaca : 12 April 2015
Rating : ★★★★★

Beberapa waktu lalu entah dapat wangsit dari mana, aku mendeklarasikan diri untuk berlatih membaca buku berbahasa Inggris. Yap, itu melanggar janji tersiratku yang menyatakan bahwa aku tidak akan pernah membaca buku Bahasa Inggris. Janji itu bukan karena aku tidak bisa, lebih pada supaya aku memahami isi cerita.

Aku mulai dengan membaca The Giving Tree yang menurutku bahasanya sederhana dan bergambar. Lalu aku lanjutkan membaca Judy Moody dan meminjam buku ini. Yah, walaupun aku mulai dengan buku anak-anak tapi tidak seburuk itu membaca buku Bahasa Inggris.

***
"There is not always a good guy. Nor is there always a bad one. Most people are somewhere in between." (p. 64)

Suatu malam, Conor O'Malley terbangun karena mendengar seseorang—atau sesuatu—memanggilnya. Bukan ibunya yang tidur di kamar sebelahnya, bukan juga ayahnya yang tidak lagi tinggal seatap dengannya. Lalu siapa? Dia yakin mendengar namanya dipanggil. Tak dinyana, pohon di bukit belakang rumahnya bergerak dan berubah menjadi monster.

Awalnya Conor tidak yakin apa yang terjadi malam itu nyata atau mimpi. Hingga monster berukuran raksasa itu datang setiap jam 12.07 ke belakang rumahnya. Monster itu berkata Conor yang memanggilnya. Conor yang menginginkan monster itu datang untuk membantunya. Tentu saja hal itu membuat Conor bingung, dia sama sekali tidak meminta sesosok monster mendatanginya. Conor bahkan tidak percaya dengan monster.

***

Aku harus mengapresiasi diri karena menyelesaikan buku setebal 200 halaman lebih sedikit dengan baik. Maksudnya baik adalah mengerti jalan cerita dan apa yang penulis ingin sampaikan, kurang lebih. Selain diselingi ilustrasi yang mempercepat membuka halaman demi halaman, Bahasa Inggris yang digunakan memang sederhana—mengingat ini buku untuk remaja di atas 12 tahun.

The Author
Ceritanya berisi dongeng yang monster tuturkan pada Conor. Tentu saja dongeng yang membuat Conor bingung maksudnya; yang membuatku juga berpikir—merenung. Dongeng seorang pangeran yang membunuh gadis pujaannya. Dongeng seorang tabib dan pendeta yang silang pendapat. Dan dongeng tentang kisah Conor sendiri.

Intinya adalah setiap orang yang berpura-pura akan mendapatkan apa yang tidak diinginkan. Tolong bedakan dengan "tidak akan mendapatkan apa yang diinginkan". Karena orang yang berpura-pura pasti memiliki maksud kenapa dia melakukan hal itu, tapi mendapatkan sesuatu yang tidak sesuai.

Aku bilang buku ini gila. Gila karena bisa sebobrok ini. Kisah hidup Conor begitu menyedihkan. Setiap sekolah, dia selalu dijaili. Ibunya memiliki penyakit yang membuat kehilangan seluruh rambutnya. Dan lagi, kedatangan monster yang sepertinya malah membuat hidup Conor semakin menyedihkan. Indah sekali.

Oh ya, pada sampul buku tercetak "inspired by an idea from Siobhan Dowd". Aku awalnya bertanya kenapa perlu repot-repot menulis pada sebuah buku, dan lagi karena ini unik dan tidak biasa. Setelah melihat catatan penulis pada halaman awal, ternyata ide cerita ini tidak orisinil miliknya. Patrick hanya mengembangkan cerita yang karakter, premis, dan awalannya sudah dibuat Siobhan.

"You were merely wishing for the end of pain. Your own pain. An end to how it isolated you. It is the most human wish of all." (p. 191)

Ulasan ini untuk tantangan:
1. Young Adult Reading Challenge 2015
2. Lucky No.15 Reading Challenge kategori Who Are You Again?

Masuk dalam Buku Paling Raafi Kenang pada 2015.

2 komentar :

  1. akkkkkkkk, ak mau baca buku ini, semoga terjemahannya cepet rilis >.<

    BalasHapus
  2. Hoooo.... sepertinya menarik.

    Yang membuat saya jadi inget belum pernah baca satu pun ceritanya Patrick Ness ._.

    BalasHapus