Blog Tour: Simon vs the Homosapiens Agenda + Giveaway

Judul : Simon vs the Homosapiens Agenda
Pengarang : Becky Albertalli
Penerbit : Spring

Tahun : 2017

Dibaca : 5 Februari 2017
Rating : ★★★

Internet bagai tsunami yang menerjang sebuah pantai yang damai. Begitu tiba-tiba. Begitu besar. Bagi mereka yang sudah bersiap mungkin akan lekas menuju dataran yang lebih tinggi untuk menyelamatkan diri. Tapi bagi mereka yang berleha-leha dan terlalu menikmati keindahan pantai, akan hanyut terbawa arus. Banyak orang Indonesia yang terjebak dengan internet—terutama media sosial. Ada yang berpamitan untuk bertemu seseorang yang baru dikenalinya vis media sosial dan berakhir dengan meninggal dunia. Namun, tidak banyak yang menemukan jodoh mereka melalui internet. Mungkin kamu dan aku juga. Entahlah.

***

Simon Spier menemukan sebuah pos di Tumblr. Mungkin pos tersebut tidak berarti bagi orang lain tetapi tidak bagi Simon. Ia ingin mengetahui siapa pemilik pos tersebut dan menemukan alamat surelnya. Memberanikan diri, ia akhirnya mengirimkan sebuah pesan kepada alamat pseudonim itu. Sayangnya, tidak ada balasan sampai berhari-hari setelahnya dan ia hampir menyerah. Sampai keajaiban itu datang dengan balasan surel dari pemilik pos Tumblr. Nama samarannya Blue—yah, setidaknya itu sebuah nama—dan mereka satu sekolah yang sama.

Korespondensi di antara mereka berdua berjalan semakin intim namun tetap aman sampai Martin menemui Simon pada hari itu. Hari di mana Simon lupa keluar dari akun surel pseudonimnya. Hari di mana Martin memiliki screenshot balas-balasan surelnya dengan Blue. Hari di mana Martin menginginkan di-PDKT-kan dengan Abby, cewek populer yang sangat dekat dengan Simon. Hari di mana Simon tahu kalau ia sedang diperas. Hari di mana mungkin segalanya akan berakhir bagi Simon dan Blue.

***

Kisah cinta SMA memang menarik untuk dijadikan cerita pada sebuah buku. Dan aku melihat hampir semuanya memiliki tipe yang sama. Sang tokoh utama menyukai seseorang. Ia menjadi naif karena sangat ingin berkenalan dengan orang yang disukainya itu namun tetap harus berlaku biasa saja. Sampai akhirnya mereka berkenalan dan semakin dekat dan menjadi pacar. Pada umurku yang sudah menginjak kepala dua, aku berpendapat bahwa pacar bukan lagi hal relevan terutama untuk menjadi seseorang yang diraih dengan penuh pengorbanan. Melihat anak SMA yang mengelu-elukan pencapaiannya kala mendapatkan hati orang yang disukainya dengan berbagai pengorbanan adalah hal paling bodoh.

Fan-art "Simon vs the Homosapiens Agenda" by The Sound of YA Books

Buku ini memang tentang kisah cinta SMA. Namun, menariknya dua sejoli yang menjadi tokoh utama di dalamnya berjenis kelamin sama. Aku tidak mempermasalahkan hal itu karena, yah, namanya cinta. Kamu bahkan bisa mencintai seorang boneka virtual atau barang-barang lainnya, kan? Merasakan cinta adalah pemberian yang tidak semua orang bisa dapatkan dan si penerima harus benar-benar bersyukur atas itu. Dan mudah saja menemukan cinta pada buku ini. Dari dua sejoli Simon dan Blue. Dari keluarga Simon. Dari teman-temannya. Apa sih hal paling membahagiakan bagi seorang anak SMA? Mendapatkan cinta kasih dari orang-orang terdekatnya, kurasa. Buku ini memberikan satu bentuk itu dengan caranya sendiri.

Aku suka bentuk surat-menyurat sebagai medium interaksi antara dua tokoh. Bagaimana Simon terus-menerus berkutat dengannya dan sangat ingin tahu perihal Blue. Dan, Blue, tentu saja! Siapa dia sebenarnya? Pertanyaan itu yang terus tebersit dalam benak pembaca sejak awal mengetahui namanya. Termasuk aku. Buku ini seperti memberikan beberapa petunjuk tidak langsung melalui karakter-karakter yang dikenal Simon—teman-teman SMA-nya. Kau diajak memilah dan memilih siapa kira-kira yang cocok menjadi seorang Blue. Mungkin beberapa yang peka akan mengetahuinya sedari awal namun bagi yang tidak sepertiku akan sulit menemukan siapa ia yang sebenarnya. Dan itu yang membuat buku ini menarik.

Aku sempat membuat kultwit tentang buku ini ketika pertama kali mendengar buku ini akan diterbitkan pada Desember tahun lalu. Berikut kira-kira isinya. (1) Jadi, "Simon vs the Homosapiens Agenda" akhirnya benar-benar diterjemahkan dan terbit di Indonesia. (2) Melihat tema yang diangkat adalah isu yang kontroversial di Indonesia, Penerbit Spring termasuk yang "berani" melakukan. (3) Tetapi tidak heran, soalnya ada juga penerbit lain yang menerbitkan novel remaja serupa. (4) Dan penerbit juga memberikan label dewasa untuk buku ini. Sungguh pilihan yang sulit sebenarnya. (5) Namun tepat! Apalagi sinopsisnya terdapat kata gay yang bilamana diketahui organisasi keagamaan fanatik akan kebakaran jenggot. (6) Harapannya tentu saja tidak! toh juga sudah diberi label "dewasa" dan penerbit sendiri sudah melakukan konfirmasi akan pemberian label itu. (7) Penerbit: "'Dewasa' di sini bukan berarti ada adegan atau gimana. Lebih karena LGBT, jadi butuh 'kedewasaan' untuk mencerna novel. Bukan dewasa dalam hal umur."

Yang bisa kusimpulkan adalah buku ini menjadi pilihan bagi kamu yang sudah merasa "dewasa" untuk melihat perbedaan. Sekali lagi, cinta itu anugerah yang tidak bisa setiap orang dapatkan. Penerimanya siapa saja dan dari siapa saja dan melalui apa saja. Satu hal yang pasti: bahwa penentu hidupmu adalah dirimu sendiri. Biarkan orang lain memberimu masukan dan saran serta kritik. Namun, pada akhirnya, kamu sendirilah yang memilah dan memilih masukan dan saran serta kritik mana yang cocok untuk hidupmu.

"Manusia itu seperti rumah dengan ruangan yang luas dan jendela yang sempit. Dan mungkin sesungguhnya itu sesuatu yang baik, karena dengan begitu kita tidak akan berhenti saling memberikan kejutan satu sama lain." (hal. 311)

Ulasan ini diikutsertakan dalam "Read and Review Challenge 2017" kategori Young Adult Literature.

Baiklah. Aku sudah terlalu banyak cerita tentang Simon dan Blue. Tapi, percayalah, buku ini memberikan keindahan dengan caranya sendiri. Aku juga akan membagikan keindahan tersebut melalui giveaway persembahan Penerbit Spring yaitu sebuah bookmark Oreo. Bukan buku? Kamu akan mendapatkannya setelah mengikuti seluruh rangkaian blog tour. Tapi, kenapa Oreo? Karena Simon suka sekali dengannya! Ia bahkan makan siang berbahan dasar Oreo bersama seseorang. Jadi, siapa yang mau bookmark Oreo? Caranya mudah:

1. Ikuti "Ough, My Books!" via Google Friend Connect (GFC), Bloglovin, atau E-mail. Ikuti akun Twitter @raafian dan Twitter @penerbitspring.
2. Bagikan tautan giveaway ini via akun media sosialmu dengan mention akun di atas.
3. Tulis Akun Twitter, kota domisili, dan tautan share tweet pada kolom komentar.
4. Giveaway ini berakhir pada 9 Februari 2016. Pengumuman pemenang paling lambat 3 hari setelahnya.

Semoga beruntung!

***

Update!

Wow. Ada lebih dari 50 komentar yang bersarang di postingan ini. Itu berarti ada lebih dari 50 orang yang berminat dengan buku ini. Untuk jenis blog tour dengan waktu hanya empat hari, bisa dikatakan angka 52 itu banyak. Sayangnya, teman-teman tidak akan berlomba mendapatkan bukunya, namun hanya sebuah bookmark saja. Aku pun berharap penerbit bisa membuat giveaway berhadiah buku. Mungkin pada kesempatan selanjutnya! Terima kasih buat teman-teman yang sudah berpartisipasi. Aku harus memilih satu nama sebagai pemenang giveaway ini di blog Bibli. Aku akan memilihnya acak. Jadi, selamat kepada:

Naufal Muttaqien (@NaufalRM)

Silakan kirimkan data diri (nama, alamat lengkap, kode pos, dan nomor telepon) via oughmybooks (at) gmail (dot) com. Terima kasih atas partisipasi teman-teman dan terima kasih pula kepada penerbit. Sampai jumpa pada blog tour dan giveaway Bibli selanjutnya!!