Pengarang : Peter Lerangis
Penerbit : Metamind (Tiga Serangkai)
Tahun : 2014
Dibaca : 6 April 2015
Rating : ★★
Seperti yang kubilang, usai membaca ini aku merasa sedih; tentunya sedih yang beralasan. Sedih karena membacanya seperti dikejar-kejar vromaski yang bahkan penggambaran entitas itu tidak terdeskripsikan dengan baik. Sedih karena terjemahannya yang amat kacrut dan membuatku mencacat di notes tentang kekacrutannya.
Dan yang paling membuatku sedih adalah dari semua genre fantasi yang kuelu-elukan, baru buku ini yang mendapat rating terendah; karena mencoba menyukai buku ini, bahkan sampai halaman terakhir, tapi tetap tidak bisa.
***
Jack berbaring di ruangan yang sama sekali tidak dikenalnya. Dia yakin yang terakhir dilihatnya adalah mobil yang meluncur tepat ke arahnya. Mungkin dia tidak sadar setelah tertabrak mobil itu. Mungkin dia dibawa ke rumah sakit setelahnya dan menjalani operasi. Yang jelas dia tidak ingat.
Jack berada di Institut Karai. Sebuah tempat di mana penelitian-penelitian rahasia dilakukan. Dia bertemu dengan Aly, Cass, dan Marco yang seumuran dengannya dan memiliki bentuk lamda putih pada rambut. Nantinya akan bertualang bersamanya mencari Lokulus, benda keramat dari Atlantis.
***
Hanya cuplikan di atas yang kuingat tentang buku setebal 414 halaman ini. Adegan antara realitas dan hal-hal yang tidak bisa diterima si tokoh utama, mengingatkanku pada The Lighting Thief dan Percy Jackson. Tapi ceritanya terlalu dipaksakan dan lompat-lompat. Tahu-tahu Jack sudah berada di rumah sakit; tahu-tahu kemudian Jack berada di Institut Karai.
Bedanya Jack menjalankan misi bersama tiga temannya, jadi totalnya empat; kalau Percy Jackson kan tiga ya. Tapi hal itu tampak seperti kamuflase. Pada satu adegan Marco hilang dan tiga yang lain mencarinya. Pada adegan lain Cass ditangkap seseorang dan tiga yang lain membantu melepaskannya. Ini seperti tiga tokoh yang bercerita dan hanya ganti formasi.
How About This? From Page 155 |
Sampai di situ saja soal isi; aku tidak mau—dan tidak ingin—mengungkit yang lainnya karena masih ingin kalian membacanya. Sekarang soal terjemahannya. Aku bilang di atas: kacrut, yang menurut Kamus Slang Indonesia adalah ungkapan mengumpat karena suatu hal tidak sesuai dengan harapan.
Yah, aku memang tidak mengharapkan buku ini akan seperti ini. Serius aku sedih setelah mengetahui terjemahannya seperti ini. Aku bahkan berharap penerbit lain menerjemahkan dan menerbitkan ulang buku ini. Tentu saja itu tidak mungkin, tapi aku tidak berharap seperti ini.
Separah itukah buku ini? Tidak. Tidak. Ada hal menarik lain yang membuatku menyelesaikan buku ini: Kolusus. Kolosus—Colossus dalam Bahasa Inggris—menurut kepercayaan Yunani adalah patung dari dewa titan matahari Yunani, Helios, yang menjadi penjaga Pulau Rhodes, Yunani.
Colossus of Rhodes |
Aku bertanya-tanya kenapa Kolosus tidak disebut pada karya-karya Rick Riordan yang juga mengambil mitologi Yunani sebagai objek karyanya. Atau aku melewatkannya ya?
"Benakku berpacu. Cass tidak dapat dijangkau. Lokulus tak bisa diraih. Untuk sepersekian detik aku teringat kepada Dad. Tentang bagaimana dia selalu mengatakan bahwa masalah adalah jawaban yang menunggu untuk dibuka." —Jack (hal. 355)
Ulasan ini untuk tantangan Young Adult Reading Challenge 2015 serta memeriahkan event Around The Genres in 30 Days: Science Fiction-Fantasy Faction dalam rangka ulang tahun BBI.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar