03 Oktober 2014

The Spiderwick Chronicles

Movie Poster
Mengingat umurku yang sudah kepala dua dan buku ini yang sudah lebih dari sepuluh tahun menjadi bahan bacaan anak-anak serta filmnya yang terbit sejak 2008, pertanyaan terbesar buatku adalah: kemana saja aku? Kenapa baru membacanya sekarang? Lalu terlintas pikiran lagi bahwa lebih baik sekarang daripada tidak sama sekali. Yah, paling tidak aku sempat membacanya.

Seri ini terdiri atas lima buku tipis, sekitar seratus dua puluh halaman saja dalam setiap bukunya. Di buku kelima, ada lebih dari seratus lima puluh halaman. Yang membuatku harus membaca kelimanya adalah cerita yang sambung-menyambung. Begini, ada buku atau lebih tepatnya novel serial yang bisa mulai membacanya dengan acak. Tetapi seri ini aku memutuskan tidak mengerti makna ceritanya bila tidak dibaca secara beruntun. 

Karena bukunya tipis dan lebih banyak ilustrasi gambarnya yang ciamik dan menggugah, aku jadikan satu saja ulasan dari setiap bukunya. Dan, berikut adalah ulasanku dari setiap buku itu.

25 September 2014

The Lost Colony

Sampul
Judul : Artemis Fowl dan Koloni yang Hilang
Judul Asli : Artemis Fowl and The Lost Colony (Artemis Fowl, #5)
Pengarang : Eoin Colfer
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2012
Dibaca : 24 September 2014
Rating : ★★★★

"Mengutip kata H.P. Woodman, sobat tua, Waktu terus berdetak, maka kita harus bergerak. Holly, ikat kami ke sabukmu, semua kecuali Butler dan Minerva." —Artemis Fowl (hal. 310)

Buku kelima. Semakin menarik. Aku bertanya-tanya bagaimana penulis memiliki banyak ide untuk mengembangkan masalah yang menyangkut Artemis Fowl.

Eoin Colfer
Dan semakin tebal! Ya, aku melihat lagi ulasanku di buku pertama yang hanya 300 halaman lebih sedikit. Buku kelima ini, halamannya menjadi 400 halaman lebih, dan mereka semua tidak membuatku menjadi bosan. Mungkin penulis punya kecerdasan seperti Artemis atau bahkan Foaly. Atau sebaliknya.

19 September 2014

Peter Nimble and His Fantastic Eyes

Sampul
Judul : Peter Nimble dan Mata Ajaib
Judul Asli : Peter Nimble and His Fantastic Eyes
Pengarang : Jonathan Auxier
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2014
Dibaca : 16 September 2014
Rating : ★★★★

"...Kadang-kadang, saat kita jadi pemimpin, kita tidak harus selalu punya jawaban yang tepat, tapi yang penting punya jawaban." (hal. 330)

Wow. Sejak awal hingga akhir membaca, aku disuguhkan kisah fantasi yang menggugah. Satu lagi kisah yang, bisa dibilang, membuat genre fantasi semakin beragam. Walaupun sudah banyak kisah para pencuri cilik, seperti The Magic Thief dan buku lainnya yang masih ditimbun.

Yang membedakan adalah pencuri cilik di sini, Peter Nimble, buta. Nah. Dari pernyataan ini saja kita sudah dibuat bingung dan bertanya-tanya. Bagaimana seorang pencuri bisa sukses mencuri tanpa penglihatan yang jelas? Apa dia tidak salah mencuri barang nantinya? Atau bahkan seharusnya dia sudah menabrak si korban sebelum mencoba mengambil barang yang bukan miliknya?

Kalian tahu, kalau mata tidak bisa lagi melihat, panca indera lain yang masih berfungsi akan bekerja keras untuk mengimbanginya supaya kalian lebih responsif. Yah, seperti barang substitusi yang menggantikan barang lain tetapi dengan kegunaan yang sama. Teh yang dapat menggantikan kopi, nasi yang digantikan dengan kentang. Poinnya adalah Peter memiliki panca indera lain yang sangat peka.

Jonathan Auxier and His Babies
Dan itu menjadi poin penting. Aku memikirkan bagaimana Peter Nimble akan mendeskripsikan segalanya dengan sudut pandangnya sendiri, mengingat ia buta. Kalian tahu maksudku kan? Bagaimana Peter bisa mendeskripsikan orang yang ada di hadapannya kalau dia hanya melihat warna hitam yang gelap saja? Dan, viola, penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga.

***

Awal cerita, kita disuguhkan bagaimana Peter terbentuk. Bagaimana ia hidup, bagaimana ia buta, dan bagaimana ia sampai menjadi pencuri handal hingga tinggal di tempat lelaki kejam di sebuah kota di pinggiran dermaga. Hingga suatu saat ia menemukan mata ajaib pada seorang Pedagang Keliling.
Puff... Hidupnya pun berubah. Peter harus menyelesaikan misinya menyelamatkan sebuah kerajaan. Serius. Kerajaan. Pasti kalian bertanya-tanya bagaimana kedua hal itu bisa terjadi bersamaan? Dari mejadi seorang pencuri cilik yang hidup terkekang lelaki kejam menjadi seorang yang penting untuk melaksanakan tugas penting.

***

Aku harus mengakui bahwa buku ini sungguh seru. Bagaimana petualangan Peter yang sangat merubah hidupnya. Aku bertanya-tanya bagaimana nasibnya bila tidak menemukan tiga mata ajaib itu. Bagaimana kita diajari tips mencuri yang sepertinya penulis tahu betul dengan hal itu. Pokoknya kita disuguhkan kisah fantasi yang memukau.

US Cover
Satu hal yang membuatku tidak memberi kata sempurna. Akhir cerita. Argh. Serius? Cuma segitu? Setelah perjalanan Peter yang susah payah? Setelah Peter kembali menemukan rumahnya? Setelah... Oke cukup. Membuatku sedih saja.

"... Raja Incarnadine langsung menyadari bahwa anak-anak seperti kalian dapat mengancam rencananya. Orang dewasa bisa diintimidasi dan ditipu, tapi prinsip seorang anak jauh lebih kuat. Raja tahu kerajaan penuh anak kecil tidak akan pernah mau menerima pemimpin yang tidak jujur." (hal. 241)

12 September 2014

First Experience In Round Table

Mizan Digital Initiatives
Ini adalah awal keikutsertaanku sebagai bagian dari komunitas Blogger Buku Indonesia (BBI). Menjadi salah satu tamu undangan dalam Mizan Digital Initiatives yang diselenggarakan oleh Mizan Group pada tanggal 11 September 2014. Dan aku bersyukur bisa hadir.

Dubliners

Sampul
Judul : Ibunda
Judul Asli : James Joyce: Great British and Irish Short Stories
Pengarang : James Joyce
Penerbit : Nuansa
Tahun : 2004
Dibaca : 12 September 2014
Rating : ★★★★

Edisi terjemahan ini adalah kumpulan empat dari lima belas cerita pendek karya penulis yang terdapat dalam Dubliners, buku yang terbit pertama kali pada tahun 1914. Penerbit dari Kuala Lumpur membuat edisi lebih tipis dengan mengangkat empat cerita pendek: Araby, The Sisters, Eveline, dan A Mother yang berjudul James Joyce: Great British and Irish Short Stories; kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan dengan judul Ibunda.