05 Januari 2017

Solanin dan Penjelasan Singkat Quarter-life Crisis

Judul : Solanin (Vol. 1 & Vol. 2)
Pengarang : Inio Asano
Penerbit : M&C Comics
Tahun : 2015
Dibaca : 5 Januari 2017
Rating : ★★★★★

Aku mulai dari mana ya? Mungkin ketika sedang blogwalking dan menilik artikel tentang buku terbaik dari teman-teman pembaca—hal yang wajar dilakukan saat pergantian tahun. Saat berkunjung ke blog Maila, aku menemukan "Solanin" pada urutan pertama daftar buku terbaik yang dibuatnya. Aku semacam meremehkan buku tersebut karena masuk komik. Begini, aku tidak pernah membeli komik, membacanya pun tidak. Aku bahkan sempat mengaku bahwa aku tidak suka komik. Semakin mencari tahu tentang komik tersebut, rasa penasaranku semakin membuncah. Apalagi komik tersebut hanya dua seri tamat. Peluang untuk memilikinya lebih besar karena tidak perlu bervolume-volume komik untuk mengikuti ceritanya.

Aku melakukan blogwalking saat istirahat makan siang, lalu petangnya sepulang kantor langsung menuju toko buku untuk mencari komiknya. Berharap mendapatkan keduanya secara bersamaan. Namun, saat itu aku hanya mendapatkan volume pertamanya saja. Malam itu juga aku menghabiskan volume satu tersebut. Dan apa yang terjadi? Ceritanya menggantung dan aku amat geram. Tidurku terbayang-bayang akan Meiko yang menunggu-nunggu kehadiran Taneda pada akhir volume pertama.

***

Meiko Inoue, seorang karyawati biasa di Tokyo, sedang mempertanyakan dirinya sendiri. Untuk apa ia bekerja? Akankah ia akan bertambah tua dengan cara seperti itu saja? Berhadapan dengan muka-muka palsu yang peduli dengan kehidupannya masing-masing. Orang dewasa yang hanya berpikir bagaimana agar tetap hidup dan menyerah pada keadaan. Hingga suatu hari Meiko menghadapi polah atasannya yang menyebalkan. Ia minta pulang cepat. Di flatnya, ia menemukan Taneda yang masih tidur di sofa. Meiko pun mengajukan pertanyaan terbesarnya dengan bergumam kepada Taneda. Pertanyaan yang akan menentukan keputusannya. Sampai Tanada memberikan jawabannya.

Naruo Taneda hanya seorang tukang gambar serabutan yang pendapatannya tidak lebih besar dari Meiko. Untungnya, ia adalah pacar Meiko sejak enam tahun lalu dan mereka tinggal bersama selama kurang lebih satu tahun. Saat mengetahui keputusan Meiko untuk berhenti dari tempat kerjanya, Taneda merasa kacau. Jawaban yang diberikannya benar-benar dilaksanakan oleh Meiko. Taneda yang biasa berbicara setengah tidur cemas dengan masa depan mereka berdua. Apa yang harus ia lakukan?

***

Biar aku selesaikan ceritaku bagaimana aku mendapatkan volume keduanya. Setelah tidur tak nyenyak semalam, aku bertekad keesokan harinya harus segera mendapatkannya. Jadi, aku berpikir tentang di mana aku akan mendapatkannya. Bila di toko buku yang biasa saja sudah tidak ada stok, aku harus mencarinya ke toko buku yang lebih besar. Dan sampailah aku di sana. Benar saja, volume keduanya masih berjajar rapi dengan volume pertama. Betapa bahagianya.

Aku semacam kesetanan usai membaca volume kedua. Sirna sudah penderitaan menanti akhir cerita dan berganti dengan bahagia yang menghambur kala menutup halaman terakhir volume kedua. Cerita yang diangkat oleh sang kreator, Inio Asano, membuatku berpikir tentang arti hidup. Apa itu arti hidup sebenarnya? Aku yang berada pada tahap Quarter-life crisis selalu dibayang-bayangi pertanyaan tersebut, juga Meiko dan Taneda. Tidak heran jika Taneda benar-benar cemas dengan masa depan. Bagaimana kamu bisa hidup bila tidak makan? Bagaimana kamu bisa makan bila tidak mencari uang? Bagaimana kamu mencari uang bila tidak bekerja? Pertanyaan-pertanyaan berantai seperti itu yang sebenarnya terjadi pada para remaja yang sedang menuju dewasa. Dan hal itu, benar-benar dimunculkan secara terang-terangan oleh Asano. Jadi, ketika kamu bertanya cerita dari komik ini tentang apa? Yah, sudah kujelaskan jawabannya. Ringkasnya aku tetap menjawab tentang hidup.

Solanin - Live Action (2010)

Satu hal tentang hidup yang sepertinya ingin dimunculkan oleh Asano di sini adalah: hidup bukan tentang berada pada zona nyaman, tapi tentang menikmati setiap detik yang diberikan pada hidup itu sendiri. Seperti saat kamu sedang menulis sebuah ulasan buku, kamu diharapkan dapat menikmati setiap ketikan kata yang membentuk kalimat yang membentuk paragraf yang berakhir pada sebuah artikel yang patut dibaca oleh orang lain. Jangan lupakan proses menggali ide dalam pembuatan ulasan, menghapus kalimat yang tidak sesuai, dan membenarkan kosakata yang dianggap kurang tepat. Saat kamu bisa menikmatinya, maka itu cukup. Jangan pertanyakan untuk apa membuat ulasan, siapa yang akan membacanya, atau berapa banyak jumlah pageviews-nya nanti.


Kisah Meiko dan Taneda juga memunculkan kembali apa itu arti kebahagiaan, persahabatan, dan perpisahan. Astaga, banyak sekali ternyata. Aku sempat bertanya-tanya bagaimana bisa Asano membuat komik sekompleks ini. Saat berbincang dengan Maila melalui pesan singkat, aku diberitahu banyak hal tentang sosok Inio Asano bahwa: (1) semua karyanya bagus dan lebih berpisat pada krisis kehidupan; untuk apa hidup dan hal-hal sejenis, (2) banyak banget remaja Spanyol dan Arab yang semacam mendapat pencerahan setelah baca karya-karyanya, serta (3) mukanya terlihat masih muda dan keren. Yah, pada intinya Maila adalah salah satu penggemar Inio Asano dan merekomendasikanku untuk baca semua karyanya. Maila bahkan bilang jika ingin lebih tahu karya-karya Asano, cobalah cari di Youtube tentang behind the scene pembuatan komik-komiknya. "Edan sih," ujar Maila bersemangat.

Pada akhirnya, bila tidak ada Maila, aku tidak akan kenal dengan "Solanin". Dan sekarang giliranku untuk menularkannya kepadamu. Aku sungguh merekomendasikan komik ini karena (1) volumenya tidak banyak dan (2) serius, masih kurang yakin sama ulasanku ini? Aku beri tambahan ini agar kamu semakin yakin: Seri komik ini (a) merupakan buku pertama yang selesai dibaca pada 2017, (b) menjadi seri komik yang dibeli pertama kali, dan (c) akan menjadi salah satu buku terbaik yang kubaca pada 2017. Tapi, apa itu "Solanin" ya? Kubiarkan kamu untuk cari tahu sendiri.

Edited by Me

Oh ya, di atas aku menyebutkan tentang Quarter-life crisis dan aku antusias untuk membahasnya. Seperti istilahnya, ini adalah sebentuk krisis pada proses kehidupan yang biasa terjadi pada rentang umur 20-an sampai 30-an. Mereka akan merasa ragu atas hidup mereka sendiri dan akan stres saat menyadari mereka akan menjadi dewasa. Sebenarnya wajar untuk mempertanyakan tujuan hidupmu, namun bila kamu memikirkannya terlampau jauh dan malah membuatmu stres, itu berarti kamu sedang berada pada masa ini. Lalu, bagaimana mengatasinya?


Jika cari tahu di mesin pencarian menggunakan kata kunci Quarter-life crisis, banyak artikel yang menjelaskan maksud, ciri-ciri, hingga cara mengatasinya. Aku coba mengambil salah satu artikel di All Groan Up yang membeberkan obat Quarter-life crisis. Dari tujuh yang disebutkan, aku ambil dua yang membuatku angguk kepala setuju dengan pendapat si penulis, yaitu: jangan mengurung diri dan miliki kepercayaan akan masa depan. Dan, Meiko Inoue sudah lebih dahulu tahu tentang dua hal itu.

Ulasan ini diikutsertakan dalam "Read and Review Challenge 2017" kategori Graphic Novels & Comic Books.

9 komentar :

  1. Aku cuma nonton live action nya. Aoi Miyazaki nyanyi dg suara aslinya meski ngga bagus2 amat. Tapi aku suka aktingnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku malah belum tonton live action-nya sampai selesai.

      Hapus
  2. ulasannya keren :D gue jadi penasaran juga :D

    BalasHapus
  3. wah jadi pengen baca juga! untungnya pendek aja.. males juga kalo komik panjang2.. :D nice review btw!

    BalasHapus
  4. Wahh jadi penasaran sama komiknya. Tapi kalau live action nya dibuat tahun 2010 berarti komik lawas ya??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Kalau dari metadatanya di Goodreads sih, manganya terbit sejak 2008.

      Hapus
  5. Setuju banget, ini juga favoritku. Salah satu komik yang walaupun udah pernah baca tapi merasa harus punya haha. Reviewnya bagus, kak :D

    BalasHapus