Tahun : 2015
Dibaca : 12 November 2016
Rating : ★★★
Hari Ayah di Indonesia bermula ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendeklarasikannya pada 12 November 2006 lalu di Solo. Uniknya, Hari Ayah digagas oleh sekumpulan wanita yang tergabung dalam Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP). Saat itu PPIP menggelar deklarasi Hari Bapak Nasional di Pendapa Gede Balai Kota Solo yang dihadiri ratusan orang dari berbagai kelompok masyarakat. PPIP dikenal sebagai komunitas komunikasi lintas agama. Deklarasi serupa juga digelar oleh anggota PPIP lainnya di Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur. Sejak saat itulah, 12 November ditetapkan sebagai Hari Ayah di Indonesia.
Raisa sudah ditinggal ibunya sejak empat tahun lalu. Sejak saat itu, ia mengurung diri di kamar dan tidak memiliki daya dan keinginan bahkan untuk keluar dari kamarnya. Ia menganggap dirinya sebagai hikikomori yang merupakan perangai seseorang yang cenderung menutup dirinya sendiri dari dunia luar. Raisa bahkan hanya keluar untuk makan, mandi, dan pergi ke toilet. Ia tidak lagi bersekolah sejak lulus SMP yang bahkan ijazahnya masih ditahan oleh Jirou si Serakah.
Hal tersebut akan terus seperti itu jika saja Vincent Muffon tidak hadir dalam hidup Raisa. Pria asing yang mengaku sebagai suami Reina, ibunya Raisa. Gadis itu sontak kaget karena selama hidupnya ia tidak pernah kenal dengan ayah kandungnya, apalagi yang bernama Vincent Muffon. Pria tinggi besar yang kemudian disebutnya Kyoujin—sebutan raksasa yang berasal dari serial Jepang "Attack on Titan"—itu kemudian tinggal di rumah peninggalan sang ibu yang dihuni Raisa sampai sekarang. Kyoujin selalu membuatkannya makanan dan menjaga agar rumah tersebut tetap bersih. Hingga Raisa tersadar bahwa ia sedang membuka diri pada pria besar yang mengaku sebagai ayahnya itu. Apakah Kyoujin benar-benar ayahnya?
Sesuai dengan cuplikan singkat cerita di atas, sudah kentara sekali bahwa buku ini mengandung unsur keluarga yang kental: hubungan seorang anak gadis dengan ayahnya. Aku baru sadar bahwa aku menyelesaikannya tepat pada Hari Ayah yang jatuh pada hari ini. Sebuah kebetulan. Dan aku sedikit memikirkan lagi tentang sosok ayah yang sudah lama hilang dari kehadiranku. Yah, sangat personal, memang. Tapi setidaknya, dengan membaca buku ini, aku jadi teringat sosok ayahku sendiri. Satu poin untuk kebetulan yang sangat pas.
Sesuai judulnya, "Hikikomori-chan", Raisa mengaku seorang hikikomori. Hikikomori adalah istilah Jepang yang merujuk pada fenomena remaja (atau bisa juga orang dewasa) penyendiri yang menarik diri dari kehidupan sosial. Mereka cenderung mengisolasi diri secara ekstrem. Pada penelitian yang lebih mutakhir, diagnosis hikikomori antara lain: (1) menghabiskan sebagian besar waktu dalam satu hari dan hampir setiap hari tidak keluar rumah, dan (2) secara jelas dan keras hati menghindari dari situasi sosial. Hal itu seperti yang digambarkan pada sosok Raisa. Setidaknya sudah empat tahun ia tidak pernah keluar rumah dan bersikukuh tidak mau bertemu orang lain selain anggota keluarganya, para kakak tiri: Kana, Takumi, dan Tetsuya. Kadang ia juga tidak ingin betemu dengan mereka dan menghabiskan diri di dalam kamar dengan bermain gim konsol.
Hal itu tentu beralasan. Raisa kehilangan ibunya dan merasa bersalah atas hal itu. Walaupun tidak dijelaskan secara rinci kenapa ia merasa bersalah dan detail kematian Reina, sang ibu, Raisa lebih memilih untuk bermuram durja dan merasa hidupnya tidak ada artinya lagi. Ia merasa sebatang kara karena ibunya—darah dagingnya yang terakhir—tiada. Kepergian ibunya pun membuat Raisa tidak berhubungan baik dengan kakak-kakak tirinya. Apalagi sejak ia tahu bahwa ibunya memiliki banyak hutang yang nilainya berlipat-lipat kepada Jirou si Serakah. Maka itu Jirou menahan ijazah SMP Raisa sehingga selama itu ia tidak melanjutkan sekolah. Kecenderungan Raisa ini semakin menjadi karena bencana tsunami 11 Maret yang menerjang timur Jepang. Namun lagi-lagi detailnya pun samar-samar diceritakan.
Kehadiran Vincent Muffon a.k.a Kyoujin mengubah perangai Raisa sedikit demi sedikit. Raisa jadi mau keluar kamar walau hanya untuk mengambil hidangan sarapan, makan siang, dan makan malamnya yang dibuatkan oleh pria-asing-yang-mengaku-ayahnya itu. Hingga ia memiliki keberanian untuk bertanya dan bercakap-cakap dengan Kyoujin karena siapa yang tidak suka mendengar cerita tentang orang yang disayangnya? Kyoujin sepertinya sungguh-sungguh ayahnya karena menceritakan Reina begitu dalam dan detail. Tapi, apa yang akan kamu lakukan ketika orang asing yang tak pernah mengenalmu hadir dan mengajakmu untuk tinggal bersama?
Hal-hal seperti arti sebuah pengorbanan dan rasa keterbukaan begitu ditonjolkan dalam buku ini. Mungkin untuk menimpali kecenderungan hikikomori Raisa itu. Kehadiran seseorang dari masa lalu Raisa juga sepertinya memberikan pelajaran, tentang membiarkan perasaanmu bebas. Itu juga yang terjadi pada Vincent dan Reina. Aku sebenarnya masih bertanya-tanya apa maksudnya. Apakah kamu membebaskan diri untuk tahu betapa cinta dan sayangnya kamu kepada kekasih? Atau kamu melepaskan perasaanmu hingga kosong begitu saja? Ada yang bisa bantu?
Seperti yang sudah kuungkit di atas, kekurangan buku ini adalah banyaknya plot yang bolong dan kurang detail sehingga masih menimbulkan banyak pertanyaan saat menutup halaman terakhir. Permulaannya pun sedikit membosankan dan tidak masuk akal—seperti ada yang salah dengan narasi sudut pandang orang pertama atau tentang gaya penulisan Ghyna—entahlah. Bahkan aku sempat berpikir untuk berhenti baca karena bosan. Tapi aku yakin ada hal lain—entah di pertengahan atau akhir cerita—yang membuat buku ini menjadi pemenang I Young Adult Realistic Novel (YARN) Penerbit Ice Cube. Dan untungnya, benar. Latar Jepang-nya pun bisa jadi nilai tambah. Begitu kental dan terasa. Terus menulis, Ghyna! Oh, dan selamat Hari Ayah bagi para ayah di Indonesia!
Rating : ★★★
"Aku tadinya hampir bangkit untuk mencari tahu keberadaan pria asing itu, tapi aku mengurungkannya dan merebahkan tubuhku kembali." (hal. 44)
Hari Ayah di Indonesia bermula ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendeklarasikannya pada 12 November 2006 lalu di Solo. Uniknya, Hari Ayah digagas oleh sekumpulan wanita yang tergabung dalam Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP). Saat itu PPIP menggelar deklarasi Hari Bapak Nasional di Pendapa Gede Balai Kota Solo yang dihadiri ratusan orang dari berbagai kelompok masyarakat. PPIP dikenal sebagai komunitas komunikasi lintas agama. Deklarasi serupa juga digelar oleh anggota PPIP lainnya di Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur. Sejak saat itulah, 12 November ditetapkan sebagai Hari Ayah di Indonesia.
***
Raisa sudah ditinggal ibunya sejak empat tahun lalu. Sejak saat itu, ia mengurung diri di kamar dan tidak memiliki daya dan keinginan bahkan untuk keluar dari kamarnya. Ia menganggap dirinya sebagai hikikomori yang merupakan perangai seseorang yang cenderung menutup dirinya sendiri dari dunia luar. Raisa bahkan hanya keluar untuk makan, mandi, dan pergi ke toilet. Ia tidak lagi bersekolah sejak lulus SMP yang bahkan ijazahnya masih ditahan oleh Jirou si Serakah.
Hal tersebut akan terus seperti itu jika saja Vincent Muffon tidak hadir dalam hidup Raisa. Pria asing yang mengaku sebagai suami Reina, ibunya Raisa. Gadis itu sontak kaget karena selama hidupnya ia tidak pernah kenal dengan ayah kandungnya, apalagi yang bernama Vincent Muffon. Pria tinggi besar yang kemudian disebutnya Kyoujin—sebutan raksasa yang berasal dari serial Jepang "Attack on Titan"—itu kemudian tinggal di rumah peninggalan sang ibu yang dihuni Raisa sampai sekarang. Kyoujin selalu membuatkannya makanan dan menjaga agar rumah tersebut tetap bersih. Hingga Raisa tersadar bahwa ia sedang membuka diri pada pria besar yang mengaku sebagai ayahnya itu. Apakah Kyoujin benar-benar ayahnya?
***
Sesuai dengan cuplikan singkat cerita di atas, sudah kentara sekali bahwa buku ini mengandung unsur keluarga yang kental: hubungan seorang anak gadis dengan ayahnya. Aku baru sadar bahwa aku menyelesaikannya tepat pada Hari Ayah yang jatuh pada hari ini. Sebuah kebetulan. Dan aku sedikit memikirkan lagi tentang sosok ayah yang sudah lama hilang dari kehadiranku. Yah, sangat personal, memang. Tapi setidaknya, dengan membaca buku ini, aku jadi teringat sosok ayahku sendiri. Satu poin untuk kebetulan yang sangat pas.
Sesuai judulnya, "Hikikomori-chan", Raisa mengaku seorang hikikomori. Hikikomori adalah istilah Jepang yang merujuk pada fenomena remaja (atau bisa juga orang dewasa) penyendiri yang menarik diri dari kehidupan sosial. Mereka cenderung mengisolasi diri secara ekstrem. Pada penelitian yang lebih mutakhir, diagnosis hikikomori antara lain: (1) menghabiskan sebagian besar waktu dalam satu hari dan hampir setiap hari tidak keluar rumah, dan (2) secara jelas dan keras hati menghindari dari situasi sosial. Hal itu seperti yang digambarkan pada sosok Raisa. Setidaknya sudah empat tahun ia tidak pernah keluar rumah dan bersikukuh tidak mau bertemu orang lain selain anggota keluarganya, para kakak tiri: Kana, Takumi, dan Tetsuya. Kadang ia juga tidak ingin betemu dengan mereka dan menghabiskan diri di dalam kamar dengan bermain gim konsol.
Hikikomori |
Hal itu tentu beralasan. Raisa kehilangan ibunya dan merasa bersalah atas hal itu. Walaupun tidak dijelaskan secara rinci kenapa ia merasa bersalah dan detail kematian Reina, sang ibu, Raisa lebih memilih untuk bermuram durja dan merasa hidupnya tidak ada artinya lagi. Ia merasa sebatang kara karena ibunya—darah dagingnya yang terakhir—tiada. Kepergian ibunya pun membuat Raisa tidak berhubungan baik dengan kakak-kakak tirinya. Apalagi sejak ia tahu bahwa ibunya memiliki banyak hutang yang nilainya berlipat-lipat kepada Jirou si Serakah. Maka itu Jirou menahan ijazah SMP Raisa sehingga selama itu ia tidak melanjutkan sekolah. Kecenderungan Raisa ini semakin menjadi karena bencana tsunami 11 Maret yang menerjang timur Jepang. Namun lagi-lagi detailnya pun samar-samar diceritakan.
Kehadiran Vincent Muffon a.k.a Kyoujin mengubah perangai Raisa sedikit demi sedikit. Raisa jadi mau keluar kamar walau hanya untuk mengambil hidangan sarapan, makan siang, dan makan malamnya yang dibuatkan oleh pria-asing-yang-mengaku-ayahnya itu. Hingga ia memiliki keberanian untuk bertanya dan bercakap-cakap dengan Kyoujin karena siapa yang tidak suka mendengar cerita tentang orang yang disayangnya? Kyoujin sepertinya sungguh-sungguh ayahnya karena menceritakan Reina begitu dalam dan detail. Tapi, apa yang akan kamu lakukan ketika orang asing yang tak pernah mengenalmu hadir dan mengajakmu untuk tinggal bersama?
Hal-hal seperti arti sebuah pengorbanan dan rasa keterbukaan begitu ditonjolkan dalam buku ini. Mungkin untuk menimpali kecenderungan hikikomori Raisa itu. Kehadiran seseorang dari masa lalu Raisa juga sepertinya memberikan pelajaran, tentang membiarkan perasaanmu bebas. Itu juga yang terjadi pada Vincent dan Reina. Aku sebenarnya masih bertanya-tanya apa maksudnya. Apakah kamu membebaskan diri untuk tahu betapa cinta dan sayangnya kamu kepada kekasih? Atau kamu melepaskan perasaanmu hingga kosong begitu saja? Ada yang bisa bantu?
Seperti yang sudah kuungkit di atas, kekurangan buku ini adalah banyaknya plot yang bolong dan kurang detail sehingga masih menimbulkan banyak pertanyaan saat menutup halaman terakhir. Permulaannya pun sedikit membosankan dan tidak masuk akal—seperti ada yang salah dengan narasi sudut pandang orang pertama atau tentang gaya penulisan Ghyna—entahlah. Bahkan aku sempat berpikir untuk berhenti baca karena bosan. Tapi aku yakin ada hal lain—entah di pertengahan atau akhir cerita—yang membuat buku ini menjadi pemenang I Young Adult Realistic Novel (YARN) Penerbit Ice Cube. Dan untungnya, benar. Latar Jepang-nya pun bisa jadi nilai tambah. Begitu kental dan terasa. Terus menulis, Ghyna! Oh, dan selamat Hari Ayah bagi para ayah di Indonesia!
Baca juga ulasan seri YARN lainnya berikut (urutan berdasarkan waktu mengulas).
Eh? hikkomorinya beneran hikkomori yang ngurung diri dan ngga keluar rumah itu? Gue sering baca ttg hikkomori di manga2. Covernya ngga suram soalnya. Kirain bahas hal yang berbeda. Btw, salut sama loe, bisa nulis review selesai baca buku tsb. Keep up the good work :)
BalasHapusYup, bener yang itu kok. Pelafalannya "hikikomori" atau "hikkomori" ya? Beda apa yang tertera di judul dan yang ditulis Hana. 😄
HapusIni lagi ngepasin momennya aja. Biar bisa ungkit Hari Ayah-nya. Biasanya juga terbengkalai beberapa hari dulu baru dibikin ulasannya. 😃
Ngga.. Gue yang salah tulis.. :D hehe
HapusOh ternyata bukan terjemahan ya. Sekilas dari judulnya kukira terjemahan jepang...
BalasHapusWaw. Ada yang mengira terjemahan rupanya.
Hapus