24 September 2019

Ulasan Buku: Pirgi dan Misota + Giveaway

Judul : Pirgi dan Misota
Penulis: Yetti A.KA
Penerbit: DIVA Press
Tahun : 2019
Dibaca : 21 September 2019
Rating : ★

“Betapa terbiasa aku menghadapi hidup ini dengan memejamkan mata. Seolah dengan begitu masalahku selesai begitu saja. Padahal, tentu tidak. Kata Misota, kau boleh saja menggunakan cara itu. Setiap orang harus punya cara menyiasati kebuntuannya.” (hlm. 25)

Seperti biasa, Indra duduk sendirian di sebuah bangku. Setidaknya seminggu dua kali bangku itu menjadi teman Indra selepas berlari mengelilingi taman yang kerap disinggahi untuk orang-orang yang berminat akan kebugaran mereka. Bangku itu sedikit tersembunyi, berada di balik pohon besar nan riPirgi dan Misota    Pirgi tahu ia jatuh cinta pada Nodee ketika dirinya diajak ke sebuah ruangan penuh buku-buku di sebuah rumah kecil di lingkungan padat penduduk—tempat yang menjadi saksi pergumulan perdana mereka. Dengan tidak menghiraukan jarak umur 25 tahun di antara mereka dan ibunya Pirgi yang tidak setuju dengan perjodohan mereka, Pirgi dan Nodee menjadi sepasang kekasih yang sah. Namun, baru saja dua tahun mereka menikah, pertengkaran-pertengkaran terjadi. Pirgi kerap memecahkan barang-barang di rumah cuma untuk menarik perhatian Nodee. Balasannya, Nodee malah meminta untuk berpisah dan hal itu dilontarkan tidak hanya sekali. Entah apa yang harus dilakukan Pirgi si penjaga Toko Roti Mari Mampir bertopi jamur. Sampai suatu ketika, Nodee mendiktenya menjadi sebatang jamur raksasa.

***

Lalu, siapa itu Misota? Bisa dibilang, ia karib Pirgi. Dua perempuan itu bertemu di sebuah rumah bordil dan semenjak itu mereka jadi dekat. Sayangnya, sama seperti Nodee, ibunya Pirgi tidak suka dengan Misota. Misota punya pembawaan negatif karena bekerja di rumah bordil. Berkali-kali Pirgi meyakinkan ibunya bahwa Misota hanya menjadi penerima telepon di sana. Kedekatan Pirgi dan Misota bisa dibilang satu arah: Pirgi-lah yang kerap menceritakan keseharian dan masalah hidupnya kepada Misota. Bagai penasihat profesional berpengalaman, Misota memberikan saran-saran kepada Pirgi yang sering kali dihiraukannya. Namun tidak dengan saran Misota padanya untuk meninggalkan Nodee yang acuh itu.

Buku ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama yaitu cerita ketika Pirgi masih bersama dengan Nodee, suaminya yang 25 tahun lebih tua darinya. Bagian kedua adalah cerita setelah Pirgi sudah berpisah dengan Nodee dan bertemu dengan Zo, pria yang dikenalkan Misota padanya di rumah bordil. Ada satu peristiwa yang memisahkan bagian pertama dan kedua itu—yang punya dampak signifikan pada karakter. Nodee mendikte Pirgi sebagai seorang jamur karena Nodee sedang menulis tentang jamur. Mengingat Pirgi suka dengan jamur, ia mendalami perannya sebagai jamur dengan baik.

Dalam tutur kisah sudut pandang orang pertama, terdapat dua bentuk yang lumrah: sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama dan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan. Awalnya kupikir, karakter Pirgi adalah karakter utama yang menceritakan tentang diirnya. Hanya saja, di beberapa bagian Pirgi kerap kali menceritakan orang lain yaitu Nodee dan Misota—dan mengenyampingkan dirinya sendiri. Aku bertanya-tanya kenapa ia melakukan hal itu—kenapa penulis membuat Pirgi seperti itu. Dugaanku karena Pirgi adalah karakter utama yang lemah dan kebanyakan dipengaruhi oleh orang lain: Nodee yang membuatnya jatuh cinta dan Misota yang petuahnya berandil besar dalam hidup Pirgi.

Edited by Me

Dari kacamataku, ada dua isu yang bisa disarikan dari buku “Pirgi dan Misota”. Yang paling kasatmata adalah pernikahan dengan rentang usia yang jauh dan cinta yang dianggap semu. Bisa dibilang, isu tersebut yang melingkupi bagian pertama buku ini. Ketika Nodee sudah tak lagi memedulikan Pirgi dan malah asyik masyuk dengan dunianya sendiri. Sehari-harinya, Nodee akan berada di ruangannya sendiri yang penuh buku-buku. Di sana, ia mungkin membaca atau menulis cerita untuk buku terbarunya. Lebih-lebih saat Misota berpendapat bahwa tidak ada cinta yang bertahan selamanya dan cinta sejati itu tak ada. Hal itu membuat Pirgi semakin kalut dan bingung dengan Nodee. Bukankah sebelum menikah Nodee begitu jatuh cinta dengannya hingga membuatnya luluh?

“Misota pernah mengatakan karena alasan itu ia tidak berpikir ingin menikah. Segala yang menyenangkan di awal pernikahan akan menguap perlahan-lahan. Mana ada cinta yang bertahan selamanya, selain cinta sejati. Sayangnya, cinta sejati itu tak ada.” (hlm. 49)

Ketidakberdayaannya akan cinta itulah yang mengekspos isu berikutnya: dominasi laki-laki—yang juga terlihat pada Nodee. Puncaknya adalah ketika Nodee menyuruh Pirgi menjadi jamur yang bukan sembarang jamur biasa tetapi jamur raksasa. Nodee tahu betul bahwa Pirgi begitu menyukai hal-hal yang berhubungan dengan jamur. Pirgi bekerja di Toko Roti Mari Mampir pun karena atribut yang dipakai adalah topi jamur—yang sangat diinginkan oleh Pirgi. Dampaknya sungguh besar, Pirgi yang merasa dirinya jamur dan menganggap orang lain adalah ulat berulah di toko roti tempat kerjanya itu. Ia melempar-lempar roti jualannya kepada temannya yang bertelinga kucing, lalu ke orang-orang yang mencoba memeganginya, lalu ke sembarang tempat.

Secara keseluruhan, aku menikmati kisah Pirgi, Nodee, Zo, dan Misota ini walaupun mengernyitkan dahi sesekali karena beberapa bagian kerap melantur. Aku bertanya-tanya dari mana penulis mendapatkan nama-nama itu untuk buku ini. Aku coba berselancar di Internet untuk menemukan arti tiap nama itu—berasumsi kalau-kalau ketiganya adalah nama jenis-jenis jamur. Hasilnya nihil. Cerita mereka pun berakhir mengejutkan. Aku tidak akan membeberkannya. Hanya saja, ingat ini: Pasti ada satu atau beberapa alasan seseorang begitu dekat denganmu. Dekat di sini berarti luas—cinta padamu, peduli padamu, atau mungkin karena seseorang itu punya hubungan darah denganmu. Penasaran kan?


Giveaway!

Bekerja sama dengan DIVA Press, aku mendapat kesempatan untuk mengadakan giveaway lagi di blog Bibli. Kali ini, "Pirgi dan Misota" karya Yetti A.KA menjadi suguhan giveaway-nya. Dan beruntunglah kamu yang membuka tautan ini karena kamu memiliki kesempatan untuk mendapatkan satu kopi "Pirgi dan Misota". Bagaimana caranya?


1. Ikuti akun Twitter @divapress01 (wajib) dan @raafian (opsional).
2. Bagikan tautan giveaway ini via akun media sosialmu dengan mention akun di atas.
3. Kamu suka jamur? Berikan jawaban "ya" atau "tidak" serta alasanmu pada kolom komentar di bawah dengan menyertakan Akun Twitter, kota domisili, dan tautan share tweet kamu.
4. Giveaway ini berakhir pada 29 September 2019.
5. Pengumuman pemenang sehari setelahnya.

Semoga beruntung!

4 komentar :

  1. Eni Lestari | Malang | @dust_pain | https://twitter.com/dust_pain/status/1176315156265099265?s=19

    ya, aku suka sekali jamur, terutama jamur barat. hmm aku gak ngerti kalau di tempat lain apa nama jenis jamur ini, tapi kalau di desaku namanya jamur barat. aku gak pernah beli jamur ini. jamur ini muncul waktu musim berangin di kebun belakang rumah. biasanya ada di bawah pohon atau tempat2 yang agak lembab. pokoknya asal teliti nyari pasti ketemu lah jamurnya. kalau sehari sebelumnya anginnya kenceng, wah besok paginya bakal tumbuh banyak jamur. aku suka yang gede soalnya enak banget pas digigit dan bersihinnya gampang. kalau yang kecil agak susah bersihinnya. oya, jamur yang suka muncul di kebun belakang rumah ada 2 macem, yang bisa dimakan sama yang gak. jamur barat ini bisa dimakan, tapi ada satu jamur lagi yang warnanya kecokelatan (aku gak tau namanya). kalau jamur ini gak bisa dimakan soalnya beracun. oya, jamur barat ini bisa dimasak macem2, tapi paling enak disayur bening. bumbunya cuma daun bawang dipotong, garam, micin, gula. udah enak banget!!

    BalasHapus
  2. Ade Yuanita Putri Pratiwi | Purwokerto Utara | @AdeYuanitaPutr4 | https://twitter.com/AdeYuanitaPutr4/status/1176324185913585665?s=19

    Jawaban:
    Ya. Tapi enggak semua jamur konsumsi aku suka sih. Cuma beberapa. Itu pun kalo cara olahnya enggak sesuai sama selera, aku enggak mau makan. Kenapa suka? Mungkin karena enak, haha. Terksturnya juga cuma bisa ditemuin di jamur. I mean, kita enggak bisa ngerasain tekstur itu selain di jamur. Juga, bisa jafi pilihan alternatif buat yang ga suka daging. Karena jamur bisa diolah jadi bermacam makanan dan rasanya pun bisa dibuat menipu. Jamur itu jadi pilihan terbaik kalo buat camilan

    BalasHapus
  3. Ghinna Rahmadhani / @gr_dhani / Medan / https://mobile.twitter.com/gr_dhani/status/1176322599074140160?p=v

    Jawaban: ya, suka. Karena jamur goreng crispy rasanya enak.

    BalasHapus
  4. Ya. Karena jamur (konsumsi) merupakan salah satu makanan bernilai gizi yang baik untuk tubuh.
    Selain itu, Siklus hidup jamur juga mengajarkan tentang kekuatan dan cara untuk bertahan hidup. Dia bisa tumbuh di medan yang berat (lembab, di kayu yang lapuk & tumpukan sampah) terus bertahan meski didera hujan tanpa pernah mengeluh. Karena kalo dipikir-pikir, gimana cara dia ngeluh? mulut aja gak punya. Tapi dia kan punya Pencipta.
    Satu lagi kelebihan dari jamur ini adalah, dia tetap eksis dan bertahan meski sudah ditertawakan dan diejek (Jenis jamur yang muncul di kulit) :-D

    Twitter : @caramacchiato98

    Domisili : Garut

    Link Share : https://mobile.twitter.com/caramacchiato98/status/1176683211021312000?p=v

    BalasHapus