Edited by Me |
Sebenarnya sudah sejak lama aku kenal dengan istilah Hari Kasih Sayang atau yang biasa disebut Valentine. Selama itu pulalah aku bertanya-tanya apa sih yang dilakukan orang-orang pada Hari Kasih Sayang. Apakah mereka saling berpelukan dalam kurun waktu beberapa menit? Saling memberi hadiah seperti cokelat atau bunga? Menyalurkan kebahagiaan bersama orang-orang tedekat dengan cara mentraktir mereka? Atau apa? Bukannya kasih sayang sudah semestinya ada setiap manusia itu bernapas? Pertanyaan itulah yang kemudian membuatku bertanya kepada beberapa teman tentang arti Hari Kasih Sayang menurut mereka. Setelah tahu jawabannya, aku pun tahu bahwa mereka sebenarnya juga tidak merayakan Hari Kasih Sayang.
Seperti Hari Ibu yang merupakan saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaan sayang kepada ibu tercinta, Hari Kasih Sayang juga dibuat sebagai momentum untuk merayakan perasaan kasih dan sayang masing-masing individu. Bila lebih dibuat simpel lagi, ini juga seperti perayaan ulang tahun. Kita tahu bahwa setiap harinya umur kita bertambah. Namun, ada satu momen ketika kita berada tepat pada hari ketika umur kita bertambah. Dan hal itu membuat kita ingat bahwa kita sudah semakin tua dan harus menjadi lebih dewasa.
Pada momen Hari Kasih Sayang tahun ini, BBI membuat acara BBI Share the Love 2017 yang salah satu tujuannya adalah menunjukkan kasih sayang dengan memberikan hadiah buku sesama anggota. Aku yang ingin tetap eksis di komunitas ini tentu tidak mau ketinggalan. Setelah mendaftarkan diri, aku mendapatkan pasangan untuk saling menunjukkan kasih sayang dengan cara saling membelikan buku. Pasanganku adalah seorang wanita yang berdomisili di Karawang bernama Ratna Sari atau yang dirinya sendiri ingin kupanggil Sharie. Sebenarnya kami sudah saling berinteraksi melalui media sosial, namun tidak sampai sejauh itu.
Acara ini mengharuskan setiap pesertanya saling membuat guest post pada periode yang telah ditentukan. Setelah berbincang secara intens, kami memutuskan untuk saling bercerita tentang kecintaan masing-masing terhadap membaca. Hal ini juga merespons berita tentang minat baca rendah di Indonesia yang dimunculkan kembali oleh salah satu surat kabar. Presiden Joko Widodo bahkan sampai berkunjung ke toko buku dan mempos gambar dirinya yang sedang memegang buku di Instagram sebagai reaksi dari pewartaan tersebut. Jadi, aku bercerita di blog Sharie dan Sharie bercerita di sini. Simak kisahnya yuk!
Sejak kapan sih suka membaca? Kalau aku jawab sejak aku berusia 7 bulan saat diikutsertakan di tradisi "turun tanah", kalian percaya? Percayalah, karena saat itu barang yang aku ambil adalah pensil dan buku.
Oke. Aku sendiri juga nggak tahu sejak kapan aku suka membaca. Yang aku tahu sejak kecil aku selalu dibelikan buku dongeng karya H.C. Andersen. Dari semua buku-bukunya, yang paling berkesan adalah "The Red Shoes". Sejak baca buku yang versi terjemahannya berjudul "Sepatu Merah" itu, aku terobsesi dengan warna merah. Sungguh. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, aku selalu minta dibelikan yang berwarna merah. Segala sesuatu harus merah, bahkan minuman juga inginnya yang berwarna merah. Untung saja nggak ada banteng yang lepas di sekitarku. Kalau ada, bisa berbahaya.
Selain buku cerita, orang tuaku juga memberikan fasilitas langganan majalah Bobo. Kira-kira dunia masa SD-ku ditemani oleh Bobo dan kawan-kawan. Lulus SD, hobi membacaku "sedikit" teralihkan. Saat itu aku lagi "jatuh cinta" dengan Westlife (duh, ketahuan deh umurnya) dan AS Roma. Masa-masa itu, aku sempat "puasa" membaca. Buku tidak menjadi prioritasku saat itu.
Adalah ibuku yang membuatku kembali ingin membaca. Suatu hari, beliau membelikanku buku karya Agatha Christie berjudul "A Murder is Announced". Seperti "The Red Shoes", buku yang versi terjemahannya berjudul "Iklan Pembunuhan" itu kembali membuatku terobsesi dengan membaca. Aku juga semakin suka dengan buku-buku karyanya (bukan pembunuhannya lho). Sejak saat itu, aku selalu mencari buku-bukunya, terlebih di halaman belakang buku "Iklan Pembunuhan" tertulis bahwa koleksi buku-buku Agatha Christie berjumlah 76 buku. Wow!
Setiap ke toko buku, aku seperti sedang memakai kaca mata kuda karena mataku hanya terfokus pada buku-buku karya Agatha Christie. Nggak pernah barang sedikitpun tertarik untuk melirik buku karya penulis lain. Nggak terpengaruh juga dengan label best seller yang tertera pada sampul buku-buku milik penulis lain. Pokoknya yang aku beli harus Agatha Christie. Kalau aku nggak nemu bukunya, aku dengan tangan hampa keluar dari toko buku tersebut. Tapi bila aku menemukan buku koleksinya, aku seperti menemukan harta karun. Senang banget.
Agatha Christie pula yang membuatku jatuh cinta dengan buku-buku bergenre sejenis, seperti detektif dan crime. Thriller juga masih bisa kuterima. Genre lain? Aku tidak pernah tertarik.
Namun, hampir dua tahun ini aku mulai membuka diri untuk membaca genre yang lain. Penulisnya pun sekarang lebih bervariasi. Nggak terpaku pada satu penulis saja. Sekiranya bukunya bagus dan aku bisa menikmati, aku tak segan untuk membacanya.
Bagiku, membaca itu seperti cinta. Ada kalanya sangat semangat dan terobsesi. Ada kalanya rasa jenuh hadir dan membuatnya teralihkan. Namun, aku yakin, bila membaca menjadi bagian dari hidupmu, ia tak akan pernah hilang sampai kapan pun.
Aku selalu berpikir bahwa hampir sebagian orang suka melakukan hobinya karena ia sudah melakukannya sejak masih kecil. Begitupun dengan Sharie. Aku sedikit iri karena masa kecilku tidak mengenal dongeng karya H.C. Anderson atau karya lainnya tapi hanya dongeng otentik yang keluar dari mulut ayah atau ibuku. Aku juga tidak mengenal Bobo dan teman-temannya secara gamblang. Hanya tahu saja. Dan aku salut dengan Sharie karena tak kusangka menyukai genre-genre seperti itu. Aku juga membaca genre-genre tersebut sih, tapi tidak segetol Sharie ketika mengoleksi karya Agatha Christie.
Satu hal yang pasti tentang kecintaan membaca adalah kamu harus cari tahu genre favoritmu. Caranya? Cobalah membaca segala macam genre atau mulailah dari hal-hal yang kamu sukai dan cari bahan bacaannya. Misalnya kamu suka hal-hal berbau mistis, buku-buku yang seram dan mengandung unsur hantu bisa jadi pilihan. Atau kamu suka dengan sains? Cobalah buku-buku bergenre fiksi ilmiah. Setelah mengetahui genre favoritmu, kamu akan langsung terjerumus untuk terus dan terus membaca. Kalau kamu, adakah hal yang membuatmu jadi cinta membaca?
Giveaway!
Aku dan Sharie sama-sama setuju untuk membagikan kebahagiaan sekaligus memeriahkan acara BBI Share the Love 2017. Selain perayaan Hari Kasih Sayang, ternyata pada 14 Februari juga diperingati sebagai International Book Giving Day alias Hari Memberi Buku Internasional. Alih-alih buku, kami akan membagikan barang mentah untuk membeli bukunya saja sehingga kamu akan punya kesempatan untuk dapatkan buku incaranmu. Akan ada voucher pembelian buku sebesar total IDR 150K untuk dua orang yang beruntung menebak petunjuk buku yang aku dan Sharie saling berikan. Bagaimana caranya?
Semoga beruntung!
Seperti Hari Ibu yang merupakan saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaan sayang kepada ibu tercinta, Hari Kasih Sayang juga dibuat sebagai momentum untuk merayakan perasaan kasih dan sayang masing-masing individu. Bila lebih dibuat simpel lagi, ini juga seperti perayaan ulang tahun. Kita tahu bahwa setiap harinya umur kita bertambah. Namun, ada satu momen ketika kita berada tepat pada hari ketika umur kita bertambah. Dan hal itu membuat kita ingat bahwa kita sudah semakin tua dan harus menjadi lebih dewasa.
Pada momen Hari Kasih Sayang tahun ini, BBI membuat acara BBI Share the Love 2017 yang salah satu tujuannya adalah menunjukkan kasih sayang dengan memberikan hadiah buku sesama anggota. Aku yang ingin tetap eksis di komunitas ini tentu tidak mau ketinggalan. Setelah mendaftarkan diri, aku mendapatkan pasangan untuk saling menunjukkan kasih sayang dengan cara saling membelikan buku. Pasanganku adalah seorang wanita yang berdomisili di Karawang bernama Ratna Sari atau yang dirinya sendiri ingin kupanggil Sharie. Sebenarnya kami sudah saling berinteraksi melalui media sosial, namun tidak sampai sejauh itu.
Acara ini mengharuskan setiap pesertanya saling membuat guest post pada periode yang telah ditentukan. Setelah berbincang secara intens, kami memutuskan untuk saling bercerita tentang kecintaan masing-masing terhadap membaca. Hal ini juga merespons berita tentang minat baca rendah di Indonesia yang dimunculkan kembali oleh salah satu surat kabar. Presiden Joko Widodo bahkan sampai berkunjung ke toko buku dan mempos gambar dirinya yang sedang memegang buku di Instagram sebagai reaksi dari pewartaan tersebut. Jadi, aku bercerita di blog Sharie dan Sharie bercerita di sini. Simak kisahnya yuk!
***
Sejak kapan sih suka membaca? Kalau aku jawab sejak aku berusia 7 bulan saat diikutsertakan di tradisi "turun tanah", kalian percaya? Percayalah, karena saat itu barang yang aku ambil adalah pensil dan buku.
Oke. Aku sendiri juga nggak tahu sejak kapan aku suka membaca. Yang aku tahu sejak kecil aku selalu dibelikan buku dongeng karya H.C. Andersen. Dari semua buku-bukunya, yang paling berkesan adalah "The Red Shoes". Sejak baca buku yang versi terjemahannya berjudul "Sepatu Merah" itu, aku terobsesi dengan warna merah. Sungguh. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, aku selalu minta dibelikan yang berwarna merah. Segala sesuatu harus merah, bahkan minuman juga inginnya yang berwarna merah. Untung saja nggak ada banteng yang lepas di sekitarku. Kalau ada, bisa berbahaya.
Selain buku cerita, orang tuaku juga memberikan fasilitas langganan majalah Bobo. Kira-kira dunia masa SD-ku ditemani oleh Bobo dan kawan-kawan. Lulus SD, hobi membacaku "sedikit" teralihkan. Saat itu aku lagi "jatuh cinta" dengan Westlife (duh, ketahuan deh umurnya) dan AS Roma. Masa-masa itu, aku sempat "puasa" membaca. Buku tidak menjadi prioritasku saat itu.
Adalah ibuku yang membuatku kembali ingin membaca. Suatu hari, beliau membelikanku buku karya Agatha Christie berjudul "A Murder is Announced". Seperti "The Red Shoes", buku yang versi terjemahannya berjudul "Iklan Pembunuhan" itu kembali membuatku terobsesi dengan membaca. Aku juga semakin suka dengan buku-buku karyanya (bukan pembunuhannya lho). Sejak saat itu, aku selalu mencari buku-bukunya, terlebih di halaman belakang buku "Iklan Pembunuhan" tertulis bahwa koleksi buku-buku Agatha Christie berjumlah 76 buku. Wow!
Setiap ke toko buku, aku seperti sedang memakai kaca mata kuda karena mataku hanya terfokus pada buku-buku karya Agatha Christie. Nggak pernah barang sedikitpun tertarik untuk melirik buku karya penulis lain. Nggak terpengaruh juga dengan label best seller yang tertera pada sampul buku-buku milik penulis lain. Pokoknya yang aku beli harus Agatha Christie. Kalau aku nggak nemu bukunya, aku dengan tangan hampa keluar dari toko buku tersebut. Tapi bila aku menemukan buku koleksinya, aku seperti menemukan harta karun. Senang banget.
Agatha Christie pula yang membuatku jatuh cinta dengan buku-buku bergenre sejenis, seperti detektif dan crime. Thriller juga masih bisa kuterima. Genre lain? Aku tidak pernah tertarik.
Namun, hampir dua tahun ini aku mulai membuka diri untuk membaca genre yang lain. Penulisnya pun sekarang lebih bervariasi. Nggak terpaku pada satu penulis saja. Sekiranya bukunya bagus dan aku bisa menikmati, aku tak segan untuk membacanya.
Bagiku, membaca itu seperti cinta. Ada kalanya sangat semangat dan terobsesi. Ada kalanya rasa jenuh hadir dan membuatnya teralihkan. Namun, aku yakin, bila membaca menjadi bagian dari hidupmu, ia tak akan pernah hilang sampai kapan pun.
***
Aku selalu berpikir bahwa hampir sebagian orang suka melakukan hobinya karena ia sudah melakukannya sejak masih kecil. Begitupun dengan Sharie. Aku sedikit iri karena masa kecilku tidak mengenal dongeng karya H.C. Anderson atau karya lainnya tapi hanya dongeng otentik yang keluar dari mulut ayah atau ibuku. Aku juga tidak mengenal Bobo dan teman-temannya secara gamblang. Hanya tahu saja. Dan aku salut dengan Sharie karena tak kusangka menyukai genre-genre seperti itu. Aku juga membaca genre-genre tersebut sih, tapi tidak segetol Sharie ketika mengoleksi karya Agatha Christie.
Satu hal yang pasti tentang kecintaan membaca adalah kamu harus cari tahu genre favoritmu. Caranya? Cobalah membaca segala macam genre atau mulailah dari hal-hal yang kamu sukai dan cari bahan bacaannya. Misalnya kamu suka hal-hal berbau mistis, buku-buku yang seram dan mengandung unsur hantu bisa jadi pilihan. Atau kamu suka dengan sains? Cobalah buku-buku bergenre fiksi ilmiah. Setelah mengetahui genre favoritmu, kamu akan langsung terjerumus untuk terus dan terus membaca. Kalau kamu, adakah hal yang membuatmu jadi cinta membaca?
Aku dan Sharie sama-sama setuju untuk membagikan kebahagiaan sekaligus memeriahkan acara BBI Share the Love 2017. Selain perayaan Hari Kasih Sayang, ternyata pada 14 Februari juga diperingati sebagai International Book Giving Day alias Hari Memberi Buku Internasional. Alih-alih buku, kami akan membagikan barang mentah untuk membeli bukunya saja sehingga kamu akan punya kesempatan untuk dapatkan buku incaranmu. Akan ada voucher pembelian buku sebesar total IDR 150K untuk dua orang yang beruntung menebak petunjuk buku yang aku dan Sharie saling berikan. Bagaimana caranya?
Follow akun Twitter @raafian dan @nAshari3 dan @BBI_2011.Bagikan tautan giveaway ini dengan mention akun Twitter di atas dan gunakan hashtag #BBISharetheLove.Berikan komentar atau respons tentang pos artikel ini pada kolom komentar di bawah.Tebak novel yang kudapatkan dari Sharie dengan petunjuk ini: salah satu karya penulis favorit, baru saja rilis versi terjemahan, Lester Papadopoulos.Cari tahu juga petunjuk novel yang kuberikan kepada Sharie di sini.Lengkapi isian pada Google Form berikut ini atau klik tautan ini: bit.ly/BBISharetheLove-Raafi-Sharie.Giveaway ini berlangsung sampai 20 Februari 2017.Giveaway ini terbuka untuk umum dan memiliki alamat pengiriman di Indonesia.
Semoga beruntung!
Kalau saya dulu selama SD tinggal dengan mbah saya. Mabah saya itu punya sebuah lemari berisi buku-buku lama tapuli menurut saya menarik. Ada majalah Mentari, komik bergambar tg nabi-nabi, novel2 HAMKA, dan berbagai buku berkaitan ttg agama dan tasawuf. Memang bukan buku gress dan sudah menguning, maklum..bacaan itu berusia sepantaran dengan om-tante saya tapi saya suka obrak abrik karena tidak selalu saya bermain dg teman atau bersepeda. SMP pindah ikut orang tua, dan mulailah saya berkenalan dengan keluarga yg punya rental komik dan novel, disitulah saya kenal Harpot, Komik mulai Serial cantik sampai kindaichi, novel horor mulai goshtbump(?)-fearstreet nya RL. Stine dan akhirnya novel2 misteri Indonesia karya S.Mara Gd. Lalu rental pun tutup dan terpaksa saya perlu membeli sendiri buku yg diinginkan. Ya, waktu itu kuis buku dan giveawwy jarang ya...tapi saya tetap menyempatkan membaca buku di perpusdaerah. Kuliah dan sampai sekarang, baru mulai mampu membeli buku uang sendiri. Lhoh jadi curcol saya. Maafkeun ya :D
BalasHapus*ups maaf banyak typo (mabah=mbah, tapuli=tapi), ketik d hp tidak ramah pada jari saya yg besar2 ��
HapusWah, menarik ceritanya. Semoga buku-buku dan bahan bacaan milik mbah masih ada ya. Saya jadi ingin baca majalah Mentari yang zaman baheula. Kayak apa ya. 🤔
HapusIya masih ada :D
HapusMajalah mentari agak mirip Bobo. Ada karikatur khasnya, cerpen, dan bahasanya juga sudah ejaan baru jadi mudah dibaca. :D
Membaca bagi saya adalah pelarian dari rutinitas yang menjemukan. Saya seperti berasa di dunia yang berbeda setiap membuka lembaran buku.
BalasHapusSaya pun nggak pernah langganan Bobo, Mombi dan sebagainya. Membaca buku saja saya harus pinjam ke tetangga. Karena ibu nya kerja di Gramedia Palmerah dan akses beli buku lebih mudah. Saya lebih kenal dengan Laura Ingals Wilder dan Magic School Bus. Buku tentang sains dan sejarah yang paling jadi favorit. Membaca, tidak ada yang lebih membahagiakan selain itu. Buku seperti keluarga. :)
BalasHapusSamaaaa. Nggak bermaksud plagiat tapi saya juga dari kecil udah suka membaca. Majalah bobo adalah teman menyenangkan dan koran adalah teman begadang. Bahkan buku politik dan ekonomi kakek saya juga saya lahap walau nggak ngerti. Tapi dari semuanya saya paling suka buku bahasa indonesia. Karena banyak sekali ceritanya. Mungkin faktor sering didongengkan papa saya makanya jafi tergila-gila sama kancil dan buaya plus cerita-cerita unik yang punya banyak makna. Sampai sekarang pun masih suka walau genrenya sudah berkembang mulai dr roman sampai horror dan tHriller. Selain itu jadi suka menulis jiga gara-gara membaca. Pengen punya karya sendiri yang bisa dibaca banyak orang.
BalasHapusjadi pengen curcol. Awalnya suka baca buku itu kelas 3 smp *telat banget* pas nemu seri Gallagher Girls pertama di perpus. Itu lho yg judulnya panjang lebar kali tinggi bagi dua *hehe* I'd Tell You I Love You But Then I'd Have to Kill You *kalau gak salah*. Nah dari situ jadi suka baca, terutama novel. Dan buku yg paling berkesan itu The Hunger Games, yg bikin aku suka nulis cerita nggak jelas plus nggak selesai-selesai.
BalasHapusawalnya aku suka buku kayak kamu itu.. karena temen temen belum bisa baca dan aku udah bisa baca *songong dikit huahahaha
BalasHapusLalu suka beli beli buku dongeng. Pas SMP ikutan lomba story telling lah. Dan SMA mulai suka teenlit.
Sekarang rada ngurangin romance, lebih ke buku buku triler atau detektif2 an gitu dah hahaa.
Btw kok tebakan kalian membingungkan ya. Kayaknya aku udah gak se addicted dulu deh soal buku :')
Wah aku juga dari kecil suka banget baca majalah bobo karena udah langganan dari pihak sekolah. Ah, jadi kangen sama cerita dongeng.
BalasHapusWaah, aku masih anak baru dalam hal membaca buku-buku fiksi. Biasanya aku sih lebih sering membaca buku pelajaran, yaa karena orang tua dirumah tidak memperbolehkan aku baca novel saat itu:( tapi karena aku udah lulus, jadi sekarang bebas deh mau beli novel jugaa.
BalasHapusEh tapi dulu pas smp aku sering ngumpet-ngumpet beli tabloid gaul pakai uang jajan sekolah, saking pengen banget baca artikel tentang koreaa 😂 suka bohongin mamah kalau ditanya uang jajannya dipake buat apa 😂
Sama, waktu kecil cuma tau dongeng yang orang. Baru suka baca pas SMP
BalasHapusPengalaman dulu pertama kali baca komik donal bebek. Sampai sekarang nggak pernah koleksi, cuman dulu ada kakak kelas yang suka beli. Aku tinggal baca aja.
BalasHapusSuka baca novel baru mulai pas SD, suka bangetnya pas kuliah.
Wah! Aku mirip2 nih sama Sharie. Dulu pas jaman kecil juga seneng banget sama buku dongeng bergambar HC Andersen. Majalah bobo juga jadi majalah fave kala itu. Beranjak ke SD, bacaanku adalah manga macam Candy-Candy, Darah Satria dan Tinju Bintang Utara. Pas SMP mulai deh demen Sailor Moon, Detective Conan dan City Hunter! ^o^ Kalau untuk novel mulai demen sama karyanya Enyd Blyton yang Lima Sekawan. Itulah awal kecintaanku pada buku2 genre mystery/thriller.
BalasHapusKalau sekarang sih bacaanku lebih beragam. Dan musti berbagi budget belanja buku dengan anak2ku, terutama si sulung yang emang suka banget baca buku. Gak kebayang kalau nanti dia sudah SD, bisa2 dia melahap buku2 fantasy faveku dulu: Harry Potter series. Hihihi
Wahhh, saya juga suka banget baca buku. Apalagi novel2 romance. Uhhh, pas bagian sweet sweet nya kena bangettttt. Jadi berasa di sweet-in juga sama doi walaupun jomblo. Pokoknya baca is the best way lah for me❤️❤️❤️
BalasHapusIyaa... Dulu pas TK, aku termasuk anak yang bacanya ngga lancar. Paling pol ngeja nama sendiri. Tapi setiap kali nemu buku bekas di kardus-kardus yang ada di gudang (dulu, sekarang dah pindah), kok rasanya penasaraaaaaann banget itu bacaannya apa. Ceritanya apa. Isinya apa. Baca judul aja ngos-ngosan hehe. Tapi ayah suka ngajak nonton film luar di TV, kan ada subtittlenya. Nah, mulai dari situ. Pertamanya ngeja, lamaaaaaa bener, belum selesai baca udah ganti subtittle lagi. Kan kesel. Tapi, belajar terus, sampe ngga kesulitan baca. Dan akhirnya, di kelas 2 SD (kalo ga salah) aku baca buku Mitologi Yunani punya sepupu, dan di samping buku itu ada Harry Potter dan Tawanan Azkaban. Pinjem, bawa pulang. Dan peristiwa itu ngubah segalanya haha. Jadi sering baca buku, sering ambil buku di perpustakaan sekolah (dan ga dibalikin, soalnya ngga ada yang ngurus bukunya hiks. Kebetulan pintu perpustakaan SD kan bobrok, jadi dobrak aja *ups*). Kesenengan baca sampe sekarang. Ngga ilang-ilang (dan ini anugerah). ^^
BalasHapusjadi inget awal aku suka baca karena dikasih majalah bobo bekas sama temen. karena waktu itu perpus sekolahku udah kayak gudang, jadinya aku sering ke rumah temen yang kasih aku majalah itu buat baca. kayaknya dia kasihan karena tiap dateng aku cuma pengin baca aja, akhirnya dia kasih aku majalah lagi deh, hahaha. lama2 karena gak enak, aku coba beli majalah sendiri. keterusan deh jadi demen baca. pas tau ada rental buku, wih aku merasa kayak di surga banget. duit jajanku abis buat nyewa komik sama novel tiap hari. aku bela2in banget dulu pulang sekolahnya jalan kaki supaya bisa buat pinjem komik :') kalo diinget2 lagi, bener2 perjuangan banget dulu. sekarang sih setelah bisa beli sendiri, kadang bukunya malah gak kubaca2. rasanya agak malu juga, hahaha. yak, semoga kebiasaanku menimbun ini bisa dikurangi. aamiiinn!! *doa sungguh2 xDDD
BalasHapusJadi flashback dulu suka baca karena dicekokin Papa biar rajin baca. Awalnya tiap malem suka dibacain cerita sama Papa sampai lama kelamaan jadi pengen baca ceritanya sendiri. Akhirnya keterusan deh seneng baca buku :))
BalasHapuskalau aku, pertama kali mengetahui ahwa diri ini suka membaca adalah saat TK. kala itu di TK setiap bulannya mendapat jatah majalah anak-anak bernama Pelangi. isinya ya tidak jauh-jauh dari dunia anak-anak yang harus berperilaku terpuji dan penuh aktivitas menggamar dan mewarnai. namun, saya suka saya suka. hingga kemudian setelah masuk sekolah dasar sudah merambah ke majalah nasional seperti Bobo, Mentari, dan komik macem doraemon hehahehe.
BalasHapus'bila membaca menjadi bagian dari hidupmu, ia tak akan pernah hilang sampai kapan pun' <<-- betulsekaliiiii!
BalasHapusAku tertarik baca buku tuh sejak SD, baca buku anak, terutama cerita rakyat sama dan dunia disney. Kalau mulai nyoba baca novel sih pas kelas 2 SMP gara-gara nemu novel di perpustakaan. Nah sejak saat itu aku jadi seneng banget ngunjungi perpus, pinjem bukunya, terus juga ketagihan pergi ke gramed, entah beli buku atau cuma nebeng baca doang. Yah, mungkin begitulah pandangan pertamamu ketemu buku sampai hobi baca. Gak spesial sih kalo menurut sudut pandang orang lain, tapi buatku baca buku sama dengan memupuk ilmu, menambah pengalaman, dan membuka jendela dunia.
BalasHapusAku jadi cinta membaca buku setelah melihat postingan banyak orang tentang buku yang mereka miliki. Dulu aku lebih suka baca komik ketimbang buku-buku macam novel. Lalu, ada bazar buku murah dan aku beli satu waktu itu. Lama kelamaan, aku jadi berkeinginan untuk membuat perpustakaan kecilku sendiri di kamar. Aku pun membeli satu dua buku, dan setelah habis kubaca, aku membelikan buku lagi dari hasil mengumpulkan uang jajan. Aku jadi suka baca buku karena itu. Ditambah, aku juga suka menulis dan aku memerlukan bahan bacaan untuk belajar bagaimana cara menulis yang baik untuk sebuah novel.
BalasHapusAku suka membaca sejak SD. Suka nongkrog di perpustakaan di samping kantin itu. Ya meskipun buku yang tersedia ngga begitu banyak dan bisa dibilang buku usang, tapi aku suka main kesana. Menghabiskan waktu istirahat di perpus. Aroma buku bagiku itu candu.
BalasHapusSemasa Smp aku mulai suka beli majalah Bobo atau Mentari. Ngumpulin uang jajan demi berkenalan dengan Bona, Rong-Rong, Paman Kikuk, dan Putri Nirmala. Ngga ketinggalan, aku pun berlangganan tabloid yang mengupas artis-artis Asia, yang selain bisa memberi makan hobi membacaku aku pun bisa melihat rupa ganteng mas-mas sipit itu. Rasanya warbiyasak dan menguras kantong tentu saja.
Tapi aku ngga pernah menyesalinya.~
Wah aku mirip sama Sharie, masa kecilku diisi oleh dongeng-dongeng H.C. Andersen dan Grimm Bersaudara dan juga majalah Bobo. Bahkan sampai SMP aku masih suka baca majalah Bobo :D ah jadi kangen majalah Bobo :(
BalasHapusWuihhh hebat nih Sharie, sejak kecil udah pilih buku dan terealisasikan saat ini. Kalo di aku ga ada adat seperti itu, hehehe. SD pernah baca Bobo tapi hanya sesekali dan asal aja bacanya. Buku yang pertama dibaca itu Lima Sekawan. Pas SMP masih lanjut hanya sesekali, saat itu mulai mengenal karya Buya Hamka dan buku Agatha Christie. Putus dan aru lanjut sekarang jauh setelah lulus SMA. Awalnya hanya iseng dan untuk mengisi waktu luang, tapi keterusan, hehehe. Saat ini aku malah lagi kangen sama karya Agatha Christie, tapi lagi males buat baca yang berat-berat dan lebih suka romance sekarang-sekarang.
BalasHapusAku pembaca segala genre, namun masih belum sepaham dengan buku-buku yang menggunakan sudut pandang benda-benda mati atau hewan. Misal O karya Eka Kurniawan. Tapi ada kemungkinan kedepannya aku akan baca buku semacam Semua Ikan Di lANGIT. ya walaupun agak aneh blurbnya, tapi ingin coba ^^
BalasHapusKalau aku suka membaca juga dari kecil.. dari sebelum aku sekolah..kebetulan ibuku dulu guru di SD. Jadi kalalu pulang sekolah suka bawa buku cerita yang dipinjam dari perpustakaan sekolah. hihi..
BalasHapusdan ngomong-ngomong majalah Bobo.. ah itu majalah awet bener.. dari jaman kakakku udah langganan.. sampe aku SD juga masih langganan..
Masa kecil bahagia.. :D :D
Membaca buku buatku adalah momen saat aku bisa masuk ke dalam dunia lain dalam cerita, dunia yg mungkin belum pernah aku alami dan ketahui. Sangat menarik, seru dan asik. Karenanya aku suka sekali membaca :D
BalasHapusWuih, aku juga pembaca majalah bobo :D, dari kecil aku sudah dibiasakan membaca sama ibuku dan majalah bobo adalah salah satu bacaan favorit dan beberapa komik juga jadi sasaran bacaanku hehe.
BalasHapusaku sudah tertarik membaca dari sebelum masuk tk. sayangnya hobi tersebut dulu kurang didukung sama orang tua, maklum karena perekonomian keluarga dulu masih pas-pasan. kenal buku bacaan seperti Bobo dulu aja pinjem dari tetangga, dan kalaupun punya biasanya beli yang bekas di toko loak.
BalasHapusdulu, buku "baru" yang yang aku punya sih kayaknya Kisah 25 Nabi yang dibeli kalau ada acara pengajian atau layar tancep di desa. buku tersebut jadi berharga banget buatku, soalnya buku tersebut satu-satunya bukan buku bekas yang aku miliki.
tapi Alhamdulillah sih sekarang udah bisa beli buku sendiri 😁