Pengarang : Ernita Dietjeria
Penerbit : Kiddo (imprint KPG)
Tahun : 2014
Dibaca : 15 Februari 2017
Rating : ★★★
Rating : ★★★
Mata pelajaran apa yang kamu sukai ketika Sekolah Dasar dahulu? Matematika? Bahasa Indonesia? IPA? IPS? Kala itu aku berpikiran harus menyukai IPS setelah mengenal Geografi karena terdapat cuplikan namaku pada kata itu. Kenaifanku tersebut membuatku sangat menyukainya. Bahkan aku ingat saat kelas 4 SD diberi tugas untuk membuat peta timbul menggunakan bubur kertas koran dan aku sangat menikmati setiap proses merendam kertas, membuat gambar yang sesuai skala pada alas, membentuknya, menunggunya dijemur, hingga memberi warna pada peta tersebut. Hingga waktunya pengumpulan karya, aku dikejutkan dengan buatanku yang tidak bagus-bagus amat dibandingkan dengan teman-teman yang lain. Saat itulah aku menyadari untuk mengganti mata pelajaran favorit. Dan aku memilih IPA karena ada Biologi yang masih membahas tentang alam dan ruang terbuka. Entah kenapa aku begitu impulsif saat itu.
Tonit begitu ambisius dengan tugas mencari tanaman unik untuk mata pelajaran IPA. Dia mengajak Alvin, temannya, untuk pergi ke hutan dan mencari tanaman yang sesuai dengan keinginannya. Saat Alvin memintanya untuk pulang karena hari sudah hampir gelap, Tonit akhirnya menemukan sebuah tanaman yang berbentuk seperti kantung dan memiliki duri-duri pada permukaannya. Tonit yakin hanya dirinya yang akan membawa tanaman itu. Ia asal mengambil dan membawanya pulang tanpa mengetahui tanaman apa yang dia pilih itu. Tanpa mengetahui hal besar yang akan menimpanya setelah kehadiran tanaman itu.
Setelah mengetahui tanaman apa yang dibawanya pulang, Tonit menjadi semakin antusias untuk merawatnya. Tanaman berkantung itu ternyata karnivora yang memakan lalat dan serangga-serangga lainnya. Tanaman itu juga sangat mahal bila dijual karena langka dan banyak orang yang ingin memilikinya. Tonit semakin bergesa untuk memberinya makan. Tidak hanya serangga, ia memberi tanaman itu ayam goreng bahkan rendang daging sapi. Semuanya demi tanaman itu semakin tumbuh besar sehingga bernilai jual tinggi. Setelah mendapatkan uangnya, ibunya tak perlu lagi bekerja dan bisa menghabiskan waktu bersamanya dan kakaknya lagi. Apakah semua akan berakhir sesuai rencananya?
Petunjuk tentang tanaman yang Tonit ambil dari hutan di atas mungkin begitu mudah diterka oleh orang-orang yang mendalami ilmu Biologi. Tanaman berkantung, memakan serangga, dan langka. Tanaman itu bernama latin Nepenthes atau biasa disebut dengan Kantong Monyet atau Kantong Semar; banyak lagi nama lainnya, seperti Ketupat Napu dan Ketakung. Tanaman ini banyak ditemukan di Asia Tenggara lebih-lebih di Indonesia. Terlihat tidak ada manfaatnya namun di beberapa daerah, seperti Kalimantan, tanaman ini dijadikan sebagai wadah untuk menanak nasi dan membuat ketupat. Tanaman ini bersifat menjalar dan menumpang pada tanaman lain. Kantongnya tumbuh di ujung daun dan berisi cairan asam yang dapat menjebak dan melarutkan mangsanya.
Tonit dan antusiasmenya pada tugas mengumpulkan tanaman unik membuatku menceritakan mata pelajaran favorit dan insiden yang menimpaku di atas. Entah mengapa apa yang terjadi pada Tonit berhubungan dengan apa yang terjadi padaku waktu itu. Tapi, setidaknya, kisah Tonit lebih seru ketimbang kisahku. Keseruan yang cenderung mengerikan namun memiliki porsi yang pas mengingat buku ini ditujukan bagi pembaca cilik yang mungkin saja baru mencoba baca genre horor. Mungkin kalau aku membaca sewaktu umur 10 tahun, aku akan memutuskan horor menjadi genre favoritku karena aku suka buku ini dan akan terus membaca cerita sejenisnya. Yah, hanya berselang 7 tahun dari umurku sekarang sih.
Untungnya, buku ini adalah buku pertama dari seri Weird and Wicked terbitan Penerbit Kiddo dan masih ada 4 buku lainnya untuk dinikmati. Pertanyaan besarku adalah: apakah buku-buku selanjutnya akan menceritakan sambungan kisah Tonit karena, jujur, aku begitu penasaran karena Tanaman Monster berakhir menggantung. Tapi karena penulisnya berbeda-beda, aku jadi tidak yakin tentang itu. Terlepas dari itu, aku akan tetap membaca seri ini sampai selesai dan mengoleksi semua bukunya. Gambar sampulnya juga keren! Bikin penasaran dan horornya dapat.
Mengingat buku ini ditujukan untuk pembaca cilik, ceritanya sederhana namun informatif dan menambah wawasan. Beberapa bagiannya pun diberi humor yang cocok untuk anak-anak dan aku sempat tertawa karenanya. Aku memasukkan buku ini sebagai genre fantasi karena, yah, tanamannya terlalu ganas untuk menjadi tanaman karnivora biasa. Sensasi horornya juga terasa, terutama pada bagian akhir buku ini. Aku merekomendasikan buku ini sebagai alternatif bacaan fiksi yang beda dari biasanya namun tetap memberi pengetahuan yang bermanfaat bagi anak-anak. Aku harus buru-buru ke toko buku untuk melengkapi koleksiku!
***
Tonit begitu ambisius dengan tugas mencari tanaman unik untuk mata pelajaran IPA. Dia mengajak Alvin, temannya, untuk pergi ke hutan dan mencari tanaman yang sesuai dengan keinginannya. Saat Alvin memintanya untuk pulang karena hari sudah hampir gelap, Tonit akhirnya menemukan sebuah tanaman yang berbentuk seperti kantung dan memiliki duri-duri pada permukaannya. Tonit yakin hanya dirinya yang akan membawa tanaman itu. Ia asal mengambil dan membawanya pulang tanpa mengetahui tanaman apa yang dia pilih itu. Tanpa mengetahui hal besar yang akan menimpanya setelah kehadiran tanaman itu.
Setelah mengetahui tanaman apa yang dibawanya pulang, Tonit menjadi semakin antusias untuk merawatnya. Tanaman berkantung itu ternyata karnivora yang memakan lalat dan serangga-serangga lainnya. Tanaman itu juga sangat mahal bila dijual karena langka dan banyak orang yang ingin memilikinya. Tonit semakin bergesa untuk memberinya makan. Tidak hanya serangga, ia memberi tanaman itu ayam goreng bahkan rendang daging sapi. Semuanya demi tanaman itu semakin tumbuh besar sehingga bernilai jual tinggi. Setelah mendapatkan uangnya, ibunya tak perlu lagi bekerja dan bisa menghabiskan waktu bersamanya dan kakaknya lagi. Apakah semua akan berakhir sesuai rencananya?
***
Tanaman Kantong Monyet (Nephentes) |
Tonit dan antusiasmenya pada tugas mengumpulkan tanaman unik membuatku menceritakan mata pelajaran favorit dan insiden yang menimpaku di atas. Entah mengapa apa yang terjadi pada Tonit berhubungan dengan apa yang terjadi padaku waktu itu. Tapi, setidaknya, kisah Tonit lebih seru ketimbang kisahku. Keseruan yang cenderung mengerikan namun memiliki porsi yang pas mengingat buku ini ditujukan bagi pembaca cilik yang mungkin saja baru mencoba baca genre horor. Mungkin kalau aku membaca sewaktu umur 10 tahun, aku akan memutuskan horor menjadi genre favoritku karena aku suka buku ini dan akan terus membaca cerita sejenisnya. Yah, hanya berselang 7 tahun dari umurku sekarang sih.
Untungnya, buku ini adalah buku pertama dari seri Weird and Wicked terbitan Penerbit Kiddo dan masih ada 4 buku lainnya untuk dinikmati. Pertanyaan besarku adalah: apakah buku-buku selanjutnya akan menceritakan sambungan kisah Tonit karena, jujur, aku begitu penasaran karena Tanaman Monster berakhir menggantung. Tapi karena penulisnya berbeda-beda, aku jadi tidak yakin tentang itu. Terlepas dari itu, aku akan tetap membaca seri ini sampai selesai dan mengoleksi semua bukunya. Gambar sampulnya juga keren! Bikin penasaran dan horornya dapat.
Mengingat buku ini ditujukan untuk pembaca cilik, ceritanya sederhana namun informatif dan menambah wawasan. Beberapa bagiannya pun diberi humor yang cocok untuk anak-anak dan aku sempat tertawa karenanya. Aku memasukkan buku ini sebagai genre fantasi karena, yah, tanamannya terlalu ganas untuk menjadi tanaman karnivora biasa. Sensasi horornya juga terasa, terutama pada bagian akhir buku ini. Aku merekomendasikan buku ini sebagai alternatif bacaan fiksi yang beda dari biasanya namun tetap memberi pengetahuan yang bermanfaat bagi anak-anak. Aku harus buru-buru ke toko buku untuk melengkapi koleksiku!
Ulasan ini diikutsertakan dalam "Read and Review Challenge 2017" kategori Children Literature.
Saya malah kurang tertarik. karena sederhana itu kali. Atau karena belum baca bukunya jadi belum tahu titik serunya. :)
BalasHapusMungkin kalau bisa langsung baca saja. Dan memang tergantung selera. Kalau memang tidak suka buku anak-anak yang memiliki cerita sederhana, tidak bisa dipaksakan juga.
Hapus