Sampul |
Pengarang : Yudhi Herwibowo, Ary Yulistiana
Penerbit : Grasindo
Tahun : 2015
Dibaca : 20 Oktober 2015
Rating : ★★★
Tahun : 2015
Dibaca : 20 Oktober 2015
Rating : ★★★
Agenda pagi itu adalah mengunjungi Gramedia Solo di Jalan Slamet Riyadi. Entah apa yang ada di pikiranku: aku sedang "berlibur", tapi tetap saja ujung-ujungnya mengunjungi hal yang berbau buku. Lalu, Mas Yudhi bilang bahwa buku barunya sudah tersedia di Gramedia dan dia secara cuma-cuma memberiku buku ini. Sebenarnya, buku ini dibelikan oleh Mba Ary untuk Mas Yudhi yang lalu memberikannya padaku.
Cameo dan Revenge. Dua grup band yang sama-sama dipersatukan dalam July Challenge, ajang festival musik terpopuler di kota. Cameo terbentuk sesaat sebelum festival itu diselenggarakan. Iming-iming hadiah seratus juta menjadikan Cameo harus cepat-cepat menyelaraskan personel dan lagu yang akan dibawakan. Revenge lawan terberat Cameo. Sudah terbentuk sejak lima tahun lalu, mencari personel pun dengan jalur audisi. Revenge populer di kalangan penyuka musik rock di kota. Sering diundang dalam acara-acara beken di kota. Penggemarnya pun tidak main-main.
Keadaan semakin tidak terkendali bagi Cameo dan Revenge seusai festival July Challenge. Salah satunya mendapatkan hadiah seratus juta dan rekaman dengan label terkenal. Satunya lagi harus menerima kekalahan dan hanya meraih best vocal. Cameo dan Revenge. Dua grup band yang sama-sama memiliki kisah pelik antar-personelnya.
Satu lagi karya "keroyokan" yang kubaca setelah Januari: Flashback dan Flip-Flop. Masih dengan rasa kagum kepada penulis yang berani berbagi ruang imaji dengan penulis yang lain. Aku masih bisa merasakan perbedaan gaya dan tata bahasanya. Tentulah, setiap orang memiliki ciri khas tersendiri, begitupun penulis. Perbedaan inilah yang menjadi tantangan bagi penulis dan editor dalam membuat karya "keroyokan".
Sewaktu di Solo, Mas Yudhi bercerita banyak tentang penulisan buku ini. "Cameo Revenge" seharusnya menjadi seri selanjutnya dari Monthly Series yang digagas Penerbit Grasindo. Aku tahu seri ini karena sudah membaca "Januari: Flashback" yang merupakan seri bulan Januari alias yang pertama. Tak pelak festival musiknya bernama July Challenge karena seharusnya buku ini adalah seri bulan Juli. Dan seharusnya nama itu menjadi judul bukunya.
Untungnya, Mas Yudhi dan Mba Ary sama-sama tinggal di Solo. Jadi mereka bisa bertatap muka langsung untuk membahas rancangan buku ini. Hasilnya? (1) Satu objek cerita yang selaras dan (2) tema musik yang menambah wawasan pembaca. Dua hal penting bagi penulis gabungan untuk menghindari pembaca teralih dengan hal lain.
Sayangnya, aku terganggu dengan alur cerita. Buku ini dibagi menjadi dua bagian: Cameo dan Revenge. Setiap bagiannya menceritakan personelnya satu per satu. Masing-masing personelnya beralur: masa lalu, beberapa saat sebelum July Challenge, dan masa sesudah July Challenge. Walaupun berbeda konten, hampir setiap personel menceritakan dengan alur seperti itu. Sedikit membosankan.
Juga, lagi-lagi dengan suntingannya yang tidak terlalu mulus. Beberapa kalimat dan penempatan katanya kurang pas, membuatku sedikit risih dan ingin mencorat-coret bukunya. Hal ini juga menjadi kekurangan dari "Januari: Flashback". Berarti sudah dua buku terbitan penerbit yang kubaca memiliki kasus yang sama.
Terlepas dari itu, buku ini bisa menjadi pemandu bagi para personel grup musik yang sedang tumbuh atau yang baru dibuat. Setidaknya, kalian bisa belajar menghindari dan mengantisipasi hal-hal yang terjadi pada buku ini. Walaupun thriller-nya hanya bisa kucecap lamat-lamat, akhir ceritanya sungguh tragis. Dan jangan lupakan lirik "Gloomy Sunday" pada awal cerita. Suram.
***
Cameo dan Revenge. Dua grup band yang sama-sama dipersatukan dalam July Challenge, ajang festival musik terpopuler di kota. Cameo terbentuk sesaat sebelum festival itu diselenggarakan. Iming-iming hadiah seratus juta menjadikan Cameo harus cepat-cepat menyelaraskan personel dan lagu yang akan dibawakan. Revenge lawan terberat Cameo. Sudah terbentuk sejak lima tahun lalu, mencari personel pun dengan jalur audisi. Revenge populer di kalangan penyuka musik rock di kota. Sering diundang dalam acara-acara beken di kota. Penggemarnya pun tidak main-main.
Keadaan semakin tidak terkendali bagi Cameo dan Revenge seusai festival July Challenge. Salah satunya mendapatkan hadiah seratus juta dan rekaman dengan label terkenal. Satunya lagi harus menerima kekalahan dan hanya meraih best vocal. Cameo dan Revenge. Dua grup band yang sama-sama memiliki kisah pelik antar-personelnya.
***
Satu lagi karya "keroyokan" yang kubaca setelah Januari: Flashback dan Flip-Flop. Masih dengan rasa kagum kepada penulis yang berani berbagi ruang imaji dengan penulis yang lain. Aku masih bisa merasakan perbedaan gaya dan tata bahasanya. Tentulah, setiap orang memiliki ciri khas tersendiri, begitupun penulis. Perbedaan inilah yang menjadi tantangan bagi penulis dan editor dalam membuat karya "keroyokan".
Sewaktu di Solo, Mas Yudhi bercerita banyak tentang penulisan buku ini. "Cameo Revenge" seharusnya menjadi seri selanjutnya dari Monthly Series yang digagas Penerbit Grasindo. Aku tahu seri ini karena sudah membaca "Januari: Flashback" yang merupakan seri bulan Januari alias yang pertama. Tak pelak festival musiknya bernama July Challenge karena seharusnya buku ini adalah seri bulan Juli. Dan seharusnya nama itu menjadi judul bukunya.
Untungnya, Mas Yudhi dan Mba Ary sama-sama tinggal di Solo. Jadi mereka bisa bertatap muka langsung untuk membahas rancangan buku ini. Hasilnya? (1) Satu objek cerita yang selaras dan (2) tema musik yang menambah wawasan pembaca. Dua hal penting bagi penulis gabungan untuk menghindari pembaca teralih dengan hal lain.
Signed Copy. Less One Author. |
Juga, lagi-lagi dengan suntingannya yang tidak terlalu mulus. Beberapa kalimat dan penempatan katanya kurang pas, membuatku sedikit risih dan ingin mencorat-coret bukunya. Hal ini juga menjadi kekurangan dari "Januari: Flashback". Berarti sudah dua buku terbitan penerbit yang kubaca memiliki kasus yang sama.
Terlepas dari itu, buku ini bisa menjadi pemandu bagi para personel grup musik yang sedang tumbuh atau yang baru dibuat. Setidaknya, kalian bisa belajar menghindari dan mengantisipasi hal-hal yang terjadi pada buku ini. Walaupun thriller-nya hanya bisa kucecap lamat-lamat, akhir ceritanya sungguh tragis. Dan jangan lupakan lirik "Gloomy Sunday" pada awal cerita. Suram.
"Mencari pekerjaan memang sulit, dan bajingan-bajingan selalu tersebar dan memanfaatkan keadaan sulit orang-orang itu!" (hal. 53)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar