Pengarang : Paulo Coelho
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2011
Dibaca : 22 September 2015
Rating : ★★★★
Wow. Hal pertama yang harus kulakukan usai membaca buku ini adalah memberi apresiasi kepada diri sendiri. Tidak menyangka aku bisa membaca novel dengan genre baru seperti ini. Spiritualis, filosofis, dan sedikit melantur karena bacaannya lebih ke agama Nasrani. Tentu selesainya membaca didukung dengan premis cerita yang memaksaku untuk harus sampai di akhir cerita. Mungkin akan berbeda mengambil kesimpulan bila kau baca buku ini tanpa menyelesaikannya.
Seorang pria asing tiba-tiba datang ke Viscos, sebuah desa dengan penduduk yang tidak banyak dan masih sangat menjunjung sejarah masa lalu desanya. Pria tersebut mempunyai misi yang aneh. Dia akan memberikan semua emas yang dibawanya kepada penduduk Viscos apabila salah seorang di antara mereka dibunuh. Entah apa maksud si pria misterius itu, penduduk Viscos merasa harus mempertimbangkan tawaran itu.
Dialah Miss Prym yang pertama tahu apa tujuan pria asing itu datang ke Viscos. Miss Prym adalah pelayan hotel yang diinapi pria asing selama berada di Viscos. Pria tersebut memberi tahu wanita itu di mana letak emas yang amat menggiurkan itu. Tentu saja Miss Prym bernafsu juga untuk mendapatkan emas-emas itu. Daripada harus membaginya dengan penduduk Viscos, bukankah lebih baik dia memilikinya sendiri dan hidup dengan harta berlimpah di dunia? Iblis Miss Prym pun datang; menyala terang.
Aku akui membaca buku ini membutuhkan konsentrasi dan fokus yang kuat untuk memahami apa yang dimaksudkan penulis dalam tutur ceritanya. Dengan alur yang sedikit lambat, aku harus mengerahkan dobel konsentrasi dan fokus yang kuat. Untung saja aku diselamatkan dengan terjemahan yang enak dibaca. Penuh kata-kata mutiara; hampir pada setiap babnya.
Terlepas dari konsentrasi dan fokusku yang terkuras habis, aku salut kepada penulis atas perlengkapan cerita yang sungguh sederhana. Kau tidak perlu diajak ke beberapa tempat untuk menikmati buku ini; hanya Viscos saja latar yang disajikan oleh penulis. Dan soal karakter, yang dominan pun bisa dihitung dengan jari. Tetapi dengan perlengkapan cerita yang sederhana, tidak menyederhanakan konflik yang ditimbulkan dalam cerita.
Pelajaran yang sungguh kentara dari buku ini adalah konflik bagaimana iblis dan malaikat terus berseteru dalam diri setiap insan. Bagaimana seorang manusia bisa menjadi baik atau jahat jika dilihat dari kodratnya yang diberikan oleh Tuhan. Dan bagaimana Tuhan akan senang bila insannya juga melakukan kesenangannya sendiri. Terdengar bagai ironi, tapi mungkin saja benar.
Satu cerita dalam buku ini yang menempel di kepala adalah tentang seorang pelukis yang mencari objek lukisan Yesus—si Baik—dan Judas—si Jahat. Pelukis itu sudah menemukan si Baik untuk dilukis; bocah anggota paduan suara. Dia belum menemukan si Jahat, ketika setelah tiga tahun, dia bertemu dengan gelandangan yang pas untuk menjadi Judas. Pelukis itu bertanya-tanya kenapa si Jahat dan si Baik itu hampir mirip. Ternyata, gelandangan objek Judas itu adalah si bocah naggota paduan suara beberapa tahun lalu.
Tentu saja dari sedikit penggambaran cerita di atas, kalian pasti dibuat tanya tentang satu hal: apakah penduduk Viscos menerima tawaran pria asing itu? Pertanyaan inilah yang membuatku bisa sampai pada halaman terakhir buku ini. Bacalah, dan kau akan tahu jawabannya.
Tahun : 2011
Dibaca : 22 September 2015
Rating : ★★★★
"Tentang sifat manusia. Aku menemukan bahwa jika dihadapkan pada percobaan, kita selalu gagal. Jika diberikan kondisi yang tepat, setiap manusia di muka bumi ini akan bersedia melakukan kejahatan." (hal. 27)
Wow. Hal pertama yang harus kulakukan usai membaca buku ini adalah memberi apresiasi kepada diri sendiri. Tidak menyangka aku bisa membaca novel dengan genre baru seperti ini. Spiritualis, filosofis, dan sedikit melantur karena bacaannya lebih ke agama Nasrani. Tentu selesainya membaca didukung dengan premis cerita yang memaksaku untuk harus sampai di akhir cerita. Mungkin akan berbeda mengambil kesimpulan bila kau baca buku ini tanpa menyelesaikannya.
***
Seorang pria asing tiba-tiba datang ke Viscos, sebuah desa dengan penduduk yang tidak banyak dan masih sangat menjunjung sejarah masa lalu desanya. Pria tersebut mempunyai misi yang aneh. Dia akan memberikan semua emas yang dibawanya kepada penduduk Viscos apabila salah seorang di antara mereka dibunuh. Entah apa maksud si pria misterius itu, penduduk Viscos merasa harus mempertimbangkan tawaran itu.
Dialah Miss Prym yang pertama tahu apa tujuan pria asing itu datang ke Viscos. Miss Prym adalah pelayan hotel yang diinapi pria asing selama berada di Viscos. Pria tersebut memberi tahu wanita itu di mana letak emas yang amat menggiurkan itu. Tentu saja Miss Prym bernafsu juga untuk mendapatkan emas-emas itu. Daripada harus membaginya dengan penduduk Viscos, bukankah lebih baik dia memilikinya sendiri dan hidup dengan harta berlimpah di dunia? Iblis Miss Prym pun datang; menyala terang.
***
Aku akui membaca buku ini membutuhkan konsentrasi dan fokus yang kuat untuk memahami apa yang dimaksudkan penulis dalam tutur ceritanya. Dengan alur yang sedikit lambat, aku harus mengerahkan dobel konsentrasi dan fokus yang kuat. Untung saja aku diselamatkan dengan terjemahan yang enak dibaca. Penuh kata-kata mutiara; hampir pada setiap babnya.
Terlepas dari konsentrasi dan fokusku yang terkuras habis, aku salut kepada penulis atas perlengkapan cerita yang sungguh sederhana. Kau tidak perlu diajak ke beberapa tempat untuk menikmati buku ini; hanya Viscos saja latar yang disajikan oleh penulis. Dan soal karakter, yang dominan pun bisa dihitung dengan jari. Tetapi dengan perlengkapan cerita yang sederhana, tidak menyederhanakan konflik yang ditimbulkan dalam cerita.
Pelajaran yang sungguh kentara dari buku ini adalah konflik bagaimana iblis dan malaikat terus berseteru dalam diri setiap insan. Bagaimana seorang manusia bisa menjadi baik atau jahat jika dilihat dari kodratnya yang diberikan oleh Tuhan. Dan bagaimana Tuhan akan senang bila insannya juga melakukan kesenangannya sendiri. Terdengar bagai ironi, tapi mungkin saja benar.
"Bagaimana kita tahu apa yang menyenangkan hati Yang Maha Esa? Lakukan apa yang diperintahkan hatimu, dan Tuhan akan senang." (hal. 187)
Satu cerita dalam buku ini yang menempel di kepala adalah tentang seorang pelukis yang mencari objek lukisan Yesus—si Baik—dan Judas—si Jahat. Pelukis itu sudah menemukan si Baik untuk dilukis; bocah anggota paduan suara. Dia belum menemukan si Jahat, ketika setelah tiga tahun, dia bertemu dengan gelandangan yang pas untuk menjadi Judas. Pelukis itu bertanya-tanya kenapa si Jahat dan si Baik itu hampir mirip. Ternyata, gelandangan objek Judas itu adalah si bocah naggota paduan suara beberapa tahun lalu.
Tentu saja dari sedikit penggambaran cerita di atas, kalian pasti dibuat tanya tentang satu hal: apakah penduduk Viscos menerima tawaran pria asing itu? Pertanyaan inilah yang membuatku bisa sampai pada halaman terakhir buku ini. Bacalah, dan kau akan tahu jawabannya.
"Mungkin pertarungan antara Baik dan Jahat berlangsung setiap saat dalam hati setiap manusia. Hati manusia adalah medan pertarungan bagi semua malaikat dan iblis; demi menguasai hati manusia; keduanya berjuang sedikit demi sedikit selama ribuan milenium, sampai salah satu dari mereka akhirnya menaklukan lawannya." (hal. 204)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar