"Bagi saya, parfum bagaikan asap rokok. Semakin orang tak peka menyemprotkan minyak wangi banyak-banyak, semakin jengkel orang-orang seperti saya," ujar Wendy Helfenbaum dalam tulisannya. Ia mengalami hiperosmia atau meningkatnya kepekaan pada indra penciuman. Hiperosmia tidak berkaitan secara langsung dengan masalah psikologis atau syaraf, tapi merupakan reaksi terhadap berbagai jenis bau yang biasanya tidak bisa dihidu oleh kebanyakan orang. Wendy pernah satu lift dengan seorang wanita karier dengan aroma parfum menyengat. Tenggorokan Wendy seketika meregang. Walaupun berada jauh dari sang wanita karier, Wendy merasa seperti sedang menelan bulat-bulat aroma bunga. Kepala Wendy berdenyut, gelombang mual menyergapnya. Wendy juga pernah berada dalam sebuah acara pesta keluarga dan tiba-tiba seorang wanita—yang sepertinya menyemprotkan seisi botol parfumnya—duduk di sampingnya. Wendy meminta pelayan memintanya wanita itu pindah secara halus. Saat hal itu ternyata, sang wanita menatap Wendy kebingungan seolah-olah berkata, "Siapa? Aku? Memakai terlalu banyak parfum? Aku bahkan tak menciumnya."
Lantas, apakah penderita hiperosmia sensitif hanya terhadap parfum? Tentu saja tidak. Segala bau-bauan pasti tercium secara masif sampai-sampai mereka merasakan sesak. Bagi yang tidak kuat, mual bahkan muntah-muntah. Biasanya, toleransi mereka akan sudah diambang batas saat memasuki tempat makan, studio bioskop, atau tempat yang begitu ramai. Beberapa orang bahkan tahu kehadiran seseorang dari baunya tanpa melihat dulu siapa seseorang itu. Hiperosmia juga membuat mereka yang menderitanya meminta atasan mereka untuk membatasi pemakaian produk di tempat kerja—terutama jika lingkungannya terbuka. Bagaimanapun, mereka dapat mengendus apa saja sepanjang hari. Akan tidak nyaman dan kurang fokus ketika mereka bertemu dengan aroma-aroma menyengat. Lebih jauh, sensitivitas terhadap bau ini mungkin bisa dimanfaatkan untuk meracik minyak asiri dalam industri parfum. Barangkali kepekaan mereka akan menghasilkan sebentuk aroma yang pas dan disukai banyak orang. Dua kalimat sebelum ini sebenarnya hanya imajinasi hasil dari cerita yang baru saja kunikmati—sebuah buku berjudul "Aroma Karsa".
Lantas, apakah penderita hiperosmia sensitif hanya terhadap parfum? Tentu saja tidak. Segala bau-bauan pasti tercium secara masif sampai-sampai mereka merasakan sesak. Bagi yang tidak kuat, mual bahkan muntah-muntah. Biasanya, toleransi mereka akan sudah diambang batas saat memasuki tempat makan, studio bioskop, atau tempat yang begitu ramai. Beberapa orang bahkan tahu kehadiran seseorang dari baunya tanpa melihat dulu siapa seseorang itu. Hiperosmia juga membuat mereka yang menderitanya meminta atasan mereka untuk membatasi pemakaian produk di tempat kerja—terutama jika lingkungannya terbuka. Bagaimanapun, mereka dapat mengendus apa saja sepanjang hari. Akan tidak nyaman dan kurang fokus ketika mereka bertemu dengan aroma-aroma menyengat. Lebih jauh, sensitivitas terhadap bau ini mungkin bisa dimanfaatkan untuk meracik minyak asiri dalam industri parfum. Barangkali kepekaan mereka akan menghasilkan sebentuk aroma yang pas dan disukai banyak orang. Dua kalimat sebelum ini sebenarnya hanya imajinasi hasil dari cerita yang baru saja kunikmati—sebuah buku berjudul "Aroma Karsa".