Judul Asli : The Sleeper and the Spindle
Pengarang : Neil Gaiman
Ilustrator : Chris Riddell
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2017
Dibaca : 13 April 2017 (SCOOP)
Rating : ★★★★
Apa yang biasanya terjadi pada dongeng-dongeng kerajaan? Seorang raja dan ratu memiliki anak seorang pangeran. Sang pangeran merasa hidupnya begitu monoton dan penuh tuntutan, dari kecil hingga dewasa. Ia masih harus menikahi seorang putri dari kerajaan lain yang tidak dicintainya. Ia nekat kabur untuk mencari pujaan hatinya sendiri. Dan kala menemukan seorang gadis desa yang amat ia cintai, ia mulai menyadari bahwa kisah hidupnya tidak seperti itu. Sang pangeran harus tetap menikahi sang putri yang sudah dijodohkan untuknya bahkan sejak ia masih dibuai di dalam kandungan. Atau mungkin kisahnya lebih singkat. Sang pangeran harus menyelamatkan sang putri yang amat dicintainya karena diculik oleh penjahat desa yang menginginkan tebusan harta milik kerajaan. Sang pangeran yang sudah terlatih bela diri akhirnya menumpaskan para penjahat dan menyelamatkan sang putri. Mereka hidup bahagia selama-lamanya.
Tujuan utama para kurcaci pergi ke desa adalah membelikan kain sutra terbaik di Dorimar untuk sang ratu sebelum hari pernikahannya tiba. Setibanya di desa, para kurcaci mendapati para penduduk yang waswas karena ada wabah tidur. Salah satu dari mereka bertanya apa yang salah dengan tidur karena setiap dari semua makhluk pasti tidur. Para penduduk desa berspekulasi bahwa yang membuat wabah tidur adalah penyihir, peri jahat, atau pembaca mantra. Sang penyihir itu telah mengutuk seorang putri sejak lahir sehingga saat berumur delapan belas tahun jari gadis itu akan tertusuk dan membuatnya tidur selamanya. Dan orang-orang di istana juga ikut tertidur, selagi sang putri tertidur. Dan setelah berpuluh-puluh tahun, wabah tidur itu mulai menyebar hingga ke desa-desa lainnya dan membuat semua penduduk tertidur.
Sang ratu tahu bahwa dirinya akan segera melaksanakan pernikahan. Sang ratu berencana akan menikah dengan seorang pangeran, bahwa mereka akan tetap menikah, meskipun dia hanya pangeran sedangkan ia adalah ratu. Ia tidak memiliki pilihan karena ia sudah ditakdirkan untuk menikah dengan sang pangeran sampai pilihan lain menghampiri kala ketiga kurcaci membeberkan hal genting yang ditemui mereka di desa Giff. Sang ratu meminta baju perjalanannya disiapkan. Sang ratu meminta pedangnya disiapkan. Sang ratu meminta perbekalan disiapkan, juga untuk kudanya, kemudian ia menunggang kuda dan berderap keluar dari istana, menuju arah timur.
Biar kuceritakan lagi secara singkat dongeng Putri Salju dan 7 kurcaci. Sang putri hidup bahagia dengan ketujuh kurcaci tersebut hingga seorang penyihir memiliki niat buruk padanya dan menawarkan buah apel yang ternyata memiliki racun. Sang putri yang tanpa prasangka mencoba memakan apel itu hingga ia tertidur. Para kurcaci yang mendapati sang putri dalam keadaan kaku tidak bergerak mengiranya sudah mati, maka mereka memasukkannya ke dalam peti dan menyimpannya di suatu tempat di dalam hutan. Hingga suatu hari, seorang pangeran menemukan peti tersebut. Melihat kecantikannya, seakan tersihir, sang pangeran mencium bibir sang putri. Tak disangka, Putri Salju terbangun dan kembali hidup. Ternyata, penawar dari racun sang penyihir jahat itu adalah ciuman sang cinta sejati. Akhirnya, Putri Salju dan pangeran hidup selama-lamanya bersama para kurcaci.
Kisah Sang Ratu di "The Sleeper and the Spindle" mengingatkanku pada dongeng Putri Salju karena premisnya kurang-lebih sama. Setelah ditelisik lagi, masih ada dongeng lain yang mirip dengan salah satu adegan yang ada dalam buku ini: Sleeping Beauty atau Putri Tidur. Tentang jarum sulam, tentang putri yang ditawan dengan tertidur, dan tentang istana yang dikelilingi oleh tanaman liar berduri dan pangeran yang menembus semua itu hingga menemukan sang putri. Retelling dua dongeng sekaligus! Diceritakan hanya dalam kurang dari seratus halaman dan menciptakan sebuah kisah baru yang lebih bisa diterima bagi sebagian orang dan mungkin tidak bagi sebagian yang lain. Karakter kisah yang sangat khas dari seorang pencerita ulung bernama Neil Gaiman.
Kenapa aku bilang kisahnya bisa diterima dan tidak bisa diterima? Apakah semacam kontroversi? Bisa jadi sampai ke ranah itu karena perlu diingat bahwa terjemahan buku ini menjadi dikategorikan 'Dewasa' padahal buku ini notabene ditujukan pada pembaca anak-anak. Bagaimana tidak? Buku ini adalah kisah retelling dongeng jadi sudah barang tentu sasaran pembacanya adalah anak-anak. Karakter utamanya yang seorang ratu mungkin tidak masalah karena siapa yang tidak suka dengan pahlawan super seorang wanita? Apakah aku luput menyinggung tentang Putri Salju yang harus dicium oleh seorang pangeran untuk kembali terbangun dari tidur lelapnya selama bertahun-tahun? Yah, bagaimana bila pangeran itu ditukar oleh seorang ratu? Nah, sudah dapat? Dari situlah, menurutku, mengapa penerbit yang menerjemahkan buku ini dengan berat hati memberikan label 'Dewasa' pada sampul buku ini.
Aku jadi ingat novel young adult terjemahan penerbit lain yang juga mengandung unsur seperti ini dalam bukunya dan memberikan label 'Dewasa' secara terang-terangan pada sampul belakangnya. Padahal sudah dipastikan bahwa sebenarnya sasaran utama buku tersebut adalah remaja. Silakan baca ulasan "Simon vs The Homosapiens Agenda" karya Becky Albertalli yang di dalamnya terdapat pengakuan penerbit mengapa memberikan label 'Dewasa' pada bukunya.
Hal yang sebenarnya tidak kontroversial-kontroversial amat itu malah membuatku semakin mengagumi penulis yang satu ini. Kisah seorang ratu yang menyelamatkan seorang putri? Wow, itu brilian! Aku sebenarnya sudah membaca versi aslinya sebelumnya dan masih merasa bahwa kisahnya sepertinya biasa saja. Saat aku membaca kedua kalinya dalam bahasa Indonesia ini, aku jadi mengerti apa yang sebenarnya terjadi dalam diri sang ratu. Ia hanya sedang memilih apa yang sebenarnya ia harus pilih dalam hidupnya, karena toh hidup adalah tentang memilih dan melepaskan yang tidak dipilih. Pertanyaan pamungkasnya, setelah menyelamatkan sang putri, apakah sang ratu kembali ke istananya dan melangsungkan pernikahan dengan sang pangeran yang menunggunya?
Satu lagi yang membuatku menyukai buku ini adalah keterkesimaanku pada ilustrasi-ilustrasi di dalam buku ini. Saat aku membacanya versi digital dan masih merasa tidak puas, tanpa tedeng aling-aling aku membeli versi cetaknya. Melihat ilustrasi-ilustrasi buku ini secara nyata, membuatku semakin mengagumi penciptanya. Gambar-gambar Chris Riddell memberikan kesan magis yang kuat. Tak pelak Neil Gaiman selalu meminta jasa gambarnya untuk mengilustrasikan karya-karyanya, seperti "Fortunately, the Milk" dan "Coraline". Oh ya, hal lucu terjadi ketika aku membeli buku ini. Buku ini dijejerkan bersama coloring book dalam sebuah rak. Memang mirip sih, tapi apa yang menata tidak melihat keterangan bahwa buku ini termasuk novel? Di situ kadang saya merasa sedih.
Rating : ★★★★
"Apa yang perlu ditakutkan tentang tidur? Itu kan hanya tidur. Kita semua melakukannya." (hal. 18)
Apa yang biasanya terjadi pada dongeng-dongeng kerajaan? Seorang raja dan ratu memiliki anak seorang pangeran. Sang pangeran merasa hidupnya begitu monoton dan penuh tuntutan, dari kecil hingga dewasa. Ia masih harus menikahi seorang putri dari kerajaan lain yang tidak dicintainya. Ia nekat kabur untuk mencari pujaan hatinya sendiri. Dan kala menemukan seorang gadis desa yang amat ia cintai, ia mulai menyadari bahwa kisah hidupnya tidak seperti itu. Sang pangeran harus tetap menikahi sang putri yang sudah dijodohkan untuknya bahkan sejak ia masih dibuai di dalam kandungan. Atau mungkin kisahnya lebih singkat. Sang pangeran harus menyelamatkan sang putri yang amat dicintainya karena diculik oleh penjahat desa yang menginginkan tebusan harta milik kerajaan. Sang pangeran yang sudah terlatih bela diri akhirnya menumpaskan para penjahat dan menyelamatkan sang putri. Mereka hidup bahagia selama-lamanya.
***
Tujuan utama para kurcaci pergi ke desa adalah membelikan kain sutra terbaik di Dorimar untuk sang ratu sebelum hari pernikahannya tiba. Setibanya di desa, para kurcaci mendapati para penduduk yang waswas karena ada wabah tidur. Salah satu dari mereka bertanya apa yang salah dengan tidur karena setiap dari semua makhluk pasti tidur. Para penduduk desa berspekulasi bahwa yang membuat wabah tidur adalah penyihir, peri jahat, atau pembaca mantra. Sang penyihir itu telah mengutuk seorang putri sejak lahir sehingga saat berumur delapan belas tahun jari gadis itu akan tertusuk dan membuatnya tidur selamanya. Dan orang-orang di istana juga ikut tertidur, selagi sang putri tertidur. Dan setelah berpuluh-puluh tahun, wabah tidur itu mulai menyebar hingga ke desa-desa lainnya dan membuat semua penduduk tertidur.
Sang ratu tahu bahwa dirinya akan segera melaksanakan pernikahan. Sang ratu berencana akan menikah dengan seorang pangeran, bahwa mereka akan tetap menikah, meskipun dia hanya pangeran sedangkan ia adalah ratu. Ia tidak memiliki pilihan karena ia sudah ditakdirkan untuk menikah dengan sang pangeran sampai pilihan lain menghampiri kala ketiga kurcaci membeberkan hal genting yang ditemui mereka di desa Giff. Sang ratu meminta baju perjalanannya disiapkan. Sang ratu meminta pedangnya disiapkan. Sang ratu meminta perbekalan disiapkan, juga untuk kudanya, kemudian ia menunggang kuda dan berderap keluar dari istana, menuju arah timur.
***
Biar kuceritakan lagi secara singkat dongeng Putri Salju dan 7 kurcaci. Sang putri hidup bahagia dengan ketujuh kurcaci tersebut hingga seorang penyihir memiliki niat buruk padanya dan menawarkan buah apel yang ternyata memiliki racun. Sang putri yang tanpa prasangka mencoba memakan apel itu hingga ia tertidur. Para kurcaci yang mendapati sang putri dalam keadaan kaku tidak bergerak mengiranya sudah mati, maka mereka memasukkannya ke dalam peti dan menyimpannya di suatu tempat di dalam hutan. Hingga suatu hari, seorang pangeran menemukan peti tersebut. Melihat kecantikannya, seakan tersihir, sang pangeran mencium bibir sang putri. Tak disangka, Putri Salju terbangun dan kembali hidup. Ternyata, penawar dari racun sang penyihir jahat itu adalah ciuman sang cinta sejati. Akhirnya, Putri Salju dan pangeran hidup selama-lamanya bersama para kurcaci.
Kisah Sang Ratu di "The Sleeper and the Spindle" mengingatkanku pada dongeng Putri Salju karena premisnya kurang-lebih sama. Setelah ditelisik lagi, masih ada dongeng lain yang mirip dengan salah satu adegan yang ada dalam buku ini: Sleeping Beauty atau Putri Tidur. Tentang jarum sulam, tentang putri yang ditawan dengan tertidur, dan tentang istana yang dikelilingi oleh tanaman liar berduri dan pangeran yang menembus semua itu hingga menemukan sang putri. Retelling dua dongeng sekaligus! Diceritakan hanya dalam kurang dari seratus halaman dan menciptakan sebuah kisah baru yang lebih bisa diterima bagi sebagian orang dan mungkin tidak bagi sebagian yang lain. Karakter kisah yang sangat khas dari seorang pencerita ulung bernama Neil Gaiman.
Sumber |
Kenapa aku bilang kisahnya bisa diterima dan tidak bisa diterima? Apakah semacam kontroversi? Bisa jadi sampai ke ranah itu karena perlu diingat bahwa terjemahan buku ini menjadi dikategorikan 'Dewasa' padahal buku ini notabene ditujukan pada pembaca anak-anak. Bagaimana tidak? Buku ini adalah kisah retelling dongeng jadi sudah barang tentu sasaran pembacanya adalah anak-anak. Karakter utamanya yang seorang ratu mungkin tidak masalah karena siapa yang tidak suka dengan pahlawan super seorang wanita? Apakah aku luput menyinggung tentang Putri Salju yang harus dicium oleh seorang pangeran untuk kembali terbangun dari tidur lelapnya selama bertahun-tahun? Yah, bagaimana bila pangeran itu ditukar oleh seorang ratu? Nah, sudah dapat? Dari situlah, menurutku, mengapa penerbit yang menerjemahkan buku ini dengan berat hati memberikan label 'Dewasa' pada sampul buku ini.
Aku jadi ingat novel young adult terjemahan penerbit lain yang juga mengandung unsur seperti ini dalam bukunya dan memberikan label 'Dewasa' secara terang-terangan pada sampul belakangnya. Padahal sudah dipastikan bahwa sebenarnya sasaran utama buku tersebut adalah remaja. Silakan baca ulasan "Simon vs The Homosapiens Agenda" karya Becky Albertalli yang di dalamnya terdapat pengakuan penerbit mengapa memberikan label 'Dewasa' pada bukunya.
Hal yang sebenarnya tidak kontroversial-kontroversial amat itu malah membuatku semakin mengagumi penulis yang satu ini. Kisah seorang ratu yang menyelamatkan seorang putri? Wow, itu brilian! Aku sebenarnya sudah membaca versi aslinya sebelumnya dan masih merasa bahwa kisahnya sepertinya biasa saja. Saat aku membaca kedua kalinya dalam bahasa Indonesia ini, aku jadi mengerti apa yang sebenarnya terjadi dalam diri sang ratu. Ia hanya sedang memilih apa yang sebenarnya ia harus pilih dalam hidupnya, karena toh hidup adalah tentang memilih dan melepaskan yang tidak dipilih. Pertanyaan pamungkasnya, setelah menyelamatkan sang putri, apakah sang ratu kembali ke istananya dan melangsungkan pernikahan dengan sang pangeran yang menunggunya?
Satu lagi yang membuatku menyukai buku ini adalah keterkesimaanku pada ilustrasi-ilustrasi di dalam buku ini. Saat aku membacanya versi digital dan masih merasa tidak puas, tanpa tedeng aling-aling aku membeli versi cetaknya. Melihat ilustrasi-ilustrasi buku ini secara nyata, membuatku semakin mengagumi penciptanya. Gambar-gambar Chris Riddell memberikan kesan magis yang kuat. Tak pelak Neil Gaiman selalu meminta jasa gambarnya untuk mengilustrasikan karya-karyanya, seperti "Fortunately, the Milk" dan "Coraline". Oh ya, hal lucu terjadi ketika aku membeli buku ini. Buku ini dijejerkan bersama coloring book dalam sebuah rak. Memang mirip sih, tapi apa yang menata tidak melihat keterangan bahwa buku ini termasuk novel? Di situ kadang saya merasa sedih.
Sumber |
"Belajar untuk menjadi kuat, untuk merasakan perasaannya sendiri dan bukan perasaan orang lain, memang berat; tapi sekali kau berhasil, kau takkan bisa lupa." (hal. 59)
Ulasan ini diikutsertakan dalam "Read and Review Challenge 2017" kategori Fantasy Fiction.
Biasa ya..kalau Om Neil Gaiman pasti bikin sesuatu deh di endingnya
BalasHapushuft..
Betul sekali, Mbak!
Hapus