Sampul |
Pengarang : Annisa Ihsani
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2016
Dibaca : 23 Maret 2016
Rating : ★★★
Tidak ada ekspektasi apa pun pada buku ini kecuali kesempurnaan Amanda yang tergambar jelas pada huruf A berwarna merah di dalam lingkaran. Pasti ada sesuatu dengan nilai-nilai Amanda. Dan dilihat dari gambar sang gadis dan ekspresinya, mungkin ia mengalami kegagalan atau apa yang membuatnya bermuram durja. Well, sekarang aku juga bekerja sebagai interpreter sampul buku Young Adult.
Hidup Amanda begitu sempurna. Mendapatkan nilai-nilai paling tinggi seangkatan di sekolahnya. Memiliki teman-teman yang kooperatif. Bahkan pacar yang selalu akan menjadi belahan jiwanya dan memiliki rumah di area suburban. Hingga pada suatu hari Amanda mendapat nilai B minus pada PR Sosiologi.
Bisa kaubayangkan bagaimana sosok Amanda yang disegani itu mendapat nilai bukan A! Bukan A! Amanda mulai terusik setelahnya. Berlama-lama di tempat tidurnya. Malas bertemu teman-temannya juga pacarnya. Amanda berpikir menemui dokter atau seseorang yang tepat untuk membantunya kembali seperti semula karena ada yang tidak benar dalam dirinya.
Aku senang pada karakter Amanda yang kuat. Aku bahkan menyelesaikan hampir setengah buku dalam dua jam sepulang kerja karena Amanda. Aku merasa bisa berhubungan dengan Amanda. Bukan, bukan tentang nilai sempurnanya. Tapi perihal ketakutannya pada pemikiran orang lain tentangnya. Kau tahu, ketika kau melakukan sesuatu lalu kau melirik sekitar untuk mengecek apakah ada orang yang memperhatikanmu dan berakhir menilaimu. Amanda semacam itu. Dan, aku juga semacam itu. Aku yakin banyak juga yang mengalaminya.
Lebih dari itu, novel ini cerdas. Aku selalu suka dengan percakapan Amanda dan psikiaternya—pada akhirnya ia menemukan seseorang yang tepat. Seperti percakapan antara Sherlock dan Dr. Watson; percakapan panjang yang kau harus mengikutinya dengan saksama atau kau dipaksa mengulang dari awal bila terjeda di tengah-tengah. Sudut pandang orang pertama dari sosok Amanda sangat "remaja" dengan gaya sarkasme dan pemikiran labilnya. Amanda bisa merepresentasikan buku berlabel "Young Adult" ini. Salut kepada penulis!
Sayangnya, konten yang dibahasnya begitu sensitif. Ada isu feminisme dan agnotisisme di dalamnya yang begitu rentan dibaca oleh remaja. Kau tahu kan bagaimana remaja, selalu mudah terpengaruh. Aku yakin ada alasan. Mungkin untuk menggambarkan Amanda yang cerdas dan kuat. Mungkin supaya Amanda memiliki alasan atas apa yang dihadapinya. Keduanya punya kekuatan yang akan mengubah pola pikir seseorang.
Klise dan kolot sekali aku ini menilai sebuah buku hanya dari isu-isu semacam itu. Tidak salah kok, aku hanya risih saja ketika keduanya disandangkan pada cerita remaja; begitu riskan. Tapi pada akhirnya aku lega karena Amanda baik-baik saja. Dan jujur, aku sungguh menikmati buku ini. Semangat ya, Amanda! Oh ya, kamu juga harus dengarkan musik wajib Amanda dan ibunya!
Giveaway!
Satu buku "A untuk Amanda" bisa kamu dapatkan pada giveaway Bibli kali ini. Caranya?
Semoga beruntung!
Tahun : 2016
Dibaca : 23 Maret 2016
Rating : ★★★
"Kau tidak butuh persetujuan saya. Apa pun yang saya dan orang lain pikirkan, itu tidak penting. Satu-satunya hal yang berpengaruh adalah apa yang kaupikirkan tentang dirimu sendiri." (hal. 253)
Tidak ada ekspektasi apa pun pada buku ini kecuali kesempurnaan Amanda yang tergambar jelas pada huruf A berwarna merah di dalam lingkaran. Pasti ada sesuatu dengan nilai-nilai Amanda. Dan dilihat dari gambar sang gadis dan ekspresinya, mungkin ia mengalami kegagalan atau apa yang membuatnya bermuram durja. Well, sekarang aku juga bekerja sebagai interpreter sampul buku Young Adult.
***
Hidup Amanda begitu sempurna. Mendapatkan nilai-nilai paling tinggi seangkatan di sekolahnya. Memiliki teman-teman yang kooperatif. Bahkan pacar yang selalu akan menjadi belahan jiwanya dan memiliki rumah di area suburban. Hingga pada suatu hari Amanda mendapat nilai B minus pada PR Sosiologi.
Bisa kaubayangkan bagaimana sosok Amanda yang disegani itu mendapat nilai bukan A! Bukan A! Amanda mulai terusik setelahnya. Berlama-lama di tempat tidurnya. Malas bertemu teman-temannya juga pacarnya. Amanda berpikir menemui dokter atau seseorang yang tepat untuk membantunya kembali seperti semula karena ada yang tidak benar dalam dirinya.
***
Aku senang pada karakter Amanda yang kuat. Aku bahkan menyelesaikan hampir setengah buku dalam dua jam sepulang kerja karena Amanda. Aku merasa bisa berhubungan dengan Amanda. Bukan, bukan tentang nilai sempurnanya. Tapi perihal ketakutannya pada pemikiran orang lain tentangnya. Kau tahu, ketika kau melakukan sesuatu lalu kau melirik sekitar untuk mengecek apakah ada orang yang memperhatikanmu dan berakhir menilaimu. Amanda semacam itu. Dan, aku juga semacam itu. Aku yakin banyak juga yang mengalaminya.
Lebih dari itu, novel ini cerdas. Aku selalu suka dengan percakapan Amanda dan psikiaternya—pada akhirnya ia menemukan seseorang yang tepat. Seperti percakapan antara Sherlock dan Dr. Watson; percakapan panjang yang kau harus mengikutinya dengan saksama atau kau dipaksa mengulang dari awal bila terjeda di tengah-tengah. Sudut pandang orang pertama dari sosok Amanda sangat "remaja" dengan gaya sarkasme dan pemikiran labilnya. Amanda bisa merepresentasikan buku berlabel "Young Adult" ini. Salut kepada penulis!
Sayangnya, konten yang dibahasnya begitu sensitif. Ada isu feminisme dan agnotisisme di dalamnya yang begitu rentan dibaca oleh remaja. Kau tahu kan bagaimana remaja, selalu mudah terpengaruh. Aku yakin ada alasan. Mungkin untuk menggambarkan Amanda yang cerdas dan kuat. Mungkin supaya Amanda memiliki alasan atas apa yang dihadapinya. Keduanya punya kekuatan yang akan mengubah pola pikir seseorang.
Klise dan kolot sekali aku ini menilai sebuah buku hanya dari isu-isu semacam itu. Tidak salah kok, aku hanya risih saja ketika keduanya disandangkan pada cerita remaja; begitu riskan. Tapi pada akhirnya aku lega karena Amanda baik-baik saja. Dan jujur, aku sungguh menikmati buku ini. Semangat ya, Amanda! Oh ya, kamu juga harus dengarkan musik wajib Amanda dan ibunya!
***
Satu buku "A untuk Amanda" bisa kamu dapatkan pada giveaway Bibli kali ini. Caranya?
Ikuti blog "Ough, My Books!" via Google Friend Connect (GFC).Ikuti akun Twitter @raafian dan Twitter penulisnya, @nisaihsani.Bagikan tautan giveaway ini via akun media sosialmu dengan mention akun di atas.Sepengetahuanmu, apa sih feminisme dan agnotisisme itu? Terangkan pada kolom komentar. Sertakan Akun Twitter dan tautan share tweet kamu.Giveaway ini berakhir pada 3 April 2016. Pengumuman pemenang pada 4 April 2016.
@dabelyuphi
BalasHapushttps://mobile.twitter.com/DabelyuPhi/status/714221581015212032
feminisme adalah sebuah gerakan para perempuan yang menuntut adanya kesamaan hak dan keadilan terhadap kaum pria yang beberapa tahun terakhir ini sangat giat diperjuangkan dan cukup ramai diperbincangkan. persamaannya yang diperjuangkan sendiri menyangkut berbagai aspek dan bidang, yaitu politik, sosial, ekonomi dan personal.
sedangkan agnostisisme adalah sebuah paham dimana para penganutnya tidak percaya akan keberadaan Tuhan/dewa maupun segala sesuatu yang berhubungan dengan metafisika dan teologi karena mereka mengklaim keberadaan hal-hal tersebut tidak bisa dinalar oleh pikiran mereka yang terbatas.
berbeda dengan atheisme yang menyangkal keberadaan Tuhan secara mutlak, para penganut agnostisisme sebenarnya ada sebagian yang percaya maupun ada juga sebagian yang tidak percaya dengan adanya Tuhan itu sendiri. para agnostisisme mungkin bisa percaya jika alam semesta dan isinya ini merupakan ciptaan Tuhan, tapi mereka masih mempertanyakan untuk tujuan apa semua hal tersebut itu diciptakan? apakah hanya sebuah keisengan?
dan karena pertanyaan tersebut, mereka jadi menyangkal keberadaan Tuhan. akibatnya para penganut agnostisisme menjadi orang yang individual, kebenaran yang mereka anut hanya yang nampak di depan mata mereka serta tidak adanya nilai standar dalam moral yang mereka miliki.
jadi bisa dikatakan kalo agnostisisme itu sebuah kebodohan yang sempurna. karena mereka mempercayai adanya Tuhan tapi mereka tetap tidak menyakininya karena nalar mereka tidak bisa menjawab pertanyaan dari pikiran mereka tersebut .
https://twitter.com/andidzulrahmat/status/714242696634761218
BalasHapusfeminisme adalah pergerakan dimana perempuan menuntut persamaan gender. Karena selalu terjadi diskriminasi terhadap perempuan karena dominannya Masculinity.feminisme itu sendiri terbagi banyak. Kalau dalam sastra sih biasanya yang tokoh utamanya perempuan atau penulisnya perempuan yang kadang menyelipkan unsur feminism.
Agnotisme itu dimana seseorang tidak terlalu peduli akan adanya tuhan atau tidak. biasanya paham ini kebanyakan dianut orang barat. mereka tidak ingin mempercayai tapi mengetahui. mereka lebih memilih open mind dengan apa yang terjadi di dunia dan apa yang dunia ajarkan kepada mereka dari pada harus mempercayai buku sebagai kebenaran yang harfiah.
@asepnanang59
BalasHapuslink share: https://twitter.com/asepnanang59/status/714254086443413504
Feminisme adalah faham yang menuntut kesetaraan gender antara perempuan dengan laki-laki. Di Indonesia faham ini dikenal dengan istilah emansipasi. kemunculan faham ini diakibatkan oleh penidasan dan citra buruk yang dilekatkan pada perempuan. berikut ini jenis-jenis feminisme:
1.Feminisme Liberal
Aliran feminisme Liberal berakar dari filsafat liberalism yang memiliki konsep bahwa kebebasan merupakan hak setiap individu sehingga ia harus diberi kebebasan untuk memilih tanpa terkekang oleh pendapat umum dan hokum. Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraan rasionalitas.
2.Feminisme Marxis
Aliran ini memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik kapitalisme. Asumsinya, sumber penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi. Status perempuan jatuh karena adanya konsep kekayaan pribadi (private property) kegiatan produksi yang semula bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri berubah menjadi keperluan pertukaran (exchange).
3.Feminisme Radikal
Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriarki (sistem yang berpusat pada laki-laki). Pada pokoknya, aliran ini berupaya menghancurkan sistem patriarki, yang fokusnya terkait fungsi biologis tubuh perempuan.
4.Feminisme Sosial
Feminisme sosial muncul sebagai kritik terhadap feminisme Marxis. Aliran ini mengatakan bahwa patriarki sudah muncul sebelum kapitalisme, dan tetap tidak akan berubah jika kapitalisme runtuh. Feminisme sosial menggunakan analisis kelas dan gender untuk memahami penindasan perempuan.
5.Feminisme Teologis
Teori ini dikembangkan berdasarkan paham teologi pembebasan yang menyatakan bahwa sistem masyarakat dibangun berdasarkan ideologi, agama, dan norma-norma masyarakat. mereka berpendapat bahwa penyebab tertindasnya perempuan oleh laki-laki adalah teologi atau ideologi masyarakat yang menempatkan perempuan di bawah laki-laki (subordinasi).
6.Ekofeminisme
Aliran ini merupakan jenis feminisme yang meyalahi arus utama ajaran feminisme, sebab cenderung menerima perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Ekofeminisme mengkritik pemikiran aliran-aliran sebelumnya yang menggunakan prinsip maskulinitas-ideologi untuk menguasai-dalam usaha untuk mengakhiri penindasan perempuan akibat sistem patriarki.
Agnostisisme adalah pandangan bahwa manusia saat ini tidak memiliki pengetahuan yang diperlukan dan/atau alasan untuk memberikan landasan secara rasional yang cukup untuk membenarkan keyakinan bahwa dewa/tuhan itu ada. Orang-orang dengan faham ini memiliki sikap skeptis terhadap keberadaan Tuhan.
@dust_pain
BalasHapushttps://twitter.com/dust_pain/status/714254128105414656
feminisme adalah suatu paham yang menentang budaya maupun kebijakan politik yang tidak menguntungkan kaum perempuan. pelakunya sendiri disebut feminis. yang diperjuangkan oleh para feminis adalah agar perempuan mendapat akses pendidikan, pekerjaan, maupun berpolitik setara dengan laki2. atau bisa dibilang kaum feminis ingin mereka memiliki hak yang setara dengan laki2.
agnotisisme adalah sebuah paham di mana seseorang masih percaya pada Tuhan, tapi tidak menganut agama/kepercayaan tertentu. mereka bersikap demikian, karena mereka masih skeptis dengan keberadaan Tuhan itu sendiri. ada ruang nalar/logika pada pikiran mereka yang susah menerima kalau Tuhan itu sungguh2 ada.
@mndshl / followed via GFC
BalasHapushttps://mobile.twitter.com/mndshl/status/714290853125050368
Feminisme adalah paham yang menuntut dan memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan dalam segala bidang. Di Indonesia, feminisme ini lebih dikenal dengan istilah emansipasi wanita. Although personally to me, terserah mau dibilang kolot atau ketinggalan kereta, equality for women still has its own time and place.
Sementara agnostisisme adalah paham atau pandangan di mana seseorang masih percaya dengan adanya Tuhan atau 'higher force', tapi di satu sisi mereka masih butuh untuk diyakinkan lagi akan adanya Tuhan, karena tidak ada bukti yang cukup nyata untuk mereka selain dari kitab suci. Agnostic biasanya cuma ikut-ikut budaya agama yang mereka anggap suitable dan mudah; contohnya orang barat, yang mayoritas beragama Nasrani, merayakan Hari Natal, maka agnostic akan ikut merayakan Hari Natal tanpa benar-benar peduli dengan makna Hari Natal.
Terima kasih untuk kesempatannya!
@destinugrainy
BalasHapushttps://twitter.com/destinugrainy/status/714353885704380418
Duuh..keder liat jawaban di atas..hehe
Setahu saya, feminisme itu paham yang menentang budaya atau kebijakan (bisa secara politik) yang merugikan perempuan. Kurang lebih menuntut kesamaan hak dengan laki-laki. Tapi feminisme bukan berarti tidak menyukai/membenci laki-laki ya...Trus, seorang feminisme bukan "hanya" perempuan. Bisa saja seorang laki-laki menganut paham ini.
Agnostisisme, kalau kata Bertrand Russel itu bertuhan tapi tak beragama. Yang menganut paham ini percaya adanya Tuhan, namun memilih untuk menunda menganut suatu agama atau aliran kepercayaan tertentu sampai ada bukti-bukti sahih akan kebenaran yang diajarkan oleh suatu agama tersebut. Sumber lain menyebutkan kalau Agnostisisme menganggap akal pikiran manusia itu terbatas, sehingga tidak bisa digunakan untuk membenarkan keyakinan bahwa Tuhan berbuat/melakukan sesuatu. Karena agama adalah produk budaya pemikiran manusia, jadi agama itu tidak penting.
Ugh..berat ya... *nenggak kopi* *tabur garam biar menang*
@haelianthus
BalasHapushttps://mobile.twitter.com/haelianthus/status/714348349327978496?p=v
Menurut saya , feminisme adalah sebuah paham yang menuntut adanya kesetaraan antara kaum pria dan wanita. Baik di bidang sosial, ekonomi, hingga pendidikan. Di Indonesia, istilah feminisme ini lebih sering kita kenal dengan emansipasi wanita yang sudah berkembang sejak zaman R.A Kartini
Agnotisisme adalah paham yang menyatakan ketidakpercayaan seseorang atas adanya Tuhan atau tidak, dilandasi oleh ketidakmampuan pikiran manusia untuk membuktikan hal tersebut.
Sering kali orang orang sulit membedakan mana paham agnotisisme dan mana paham atheisme. Agnotisisme dan atheisme sesungguhnya tidaklah sama. Agnotisisme mengandung unsur keraguan untuk mempercayai kebenaran adanya Tuhan yang dilandasi oleh rasa skeptis terhadap keterbatasan pola pikir manusia terhadap sesuatu yang bersifat absolut.
Di lain pihak, Atheisme adalah pandangan yang dianut oleh seseorang yang memercayai adanya keberadaan Tuhan, namun memilih untuk tidak mempercayai ajarannya, disebabkan kurangnya bukti empiris dan pemikiran ilmiah mengenai ajaran agama yang bersifat absolut
@putripramaa
BalasHapushttps://mobile.twitter.com/PutriPramaa/status/714570423837401088
Sepengetahuanmu, apa sih feminisme dan agnotisisme itu?
Setahuku, feminisme adalah suatu kepercayaan untuk memosisikan wanita dan pria di derajad yang sama. Pokoknya suatu kepercayaan untuk menyamakan hak bagi pria dan wanita. Sedangkan Agnotisime sepengetahuanku adalah suatu kepercayaan tentang keberadaan Tuhan namun tidak dapat dibuktikan keberadaannya karena keterbatasan pikiran manusia. Aku sempat kesulitan membedakan atheis dan agnotisime ini karena hampir-hampir sama. Namun akhirnya otakku ini menyimpulkan bahwa agnotisime ini percaya Tuhan tapi tidak tahu bagaimana membuktikannya dan biasanya dia tidak percaya agama.
Hmm, aku tidak menyangka bahwa A Untuk Amanda akan menyinggung kedua hal ini, ini kedua kalinya aku membaca review yang membahas Agnotisisme dan Feminisme A Untuk Amanda ini (yang pertama adalah reviewnya Kak Daniel di goodreads). Dari review itu aku semakin mengerti tentang feminisme itu sendiri. Kubahas lagi, ya feminismenya. :) Jadi, feminisme itu memang menuntut kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan, bukan hanya tentang perempuan yang bisa melakukan apa yang dilakukan laki-laki seperti mencari nafkah, tetapi juga tentang melepaskan stereotipe laki-laki itu harus kuat, harus tegar, lebih besar logikanya daripada nuraninya, dll. Menurutku nggak bisa dipukul rata seperti itu. Nggak semua laki-laki itu kuat dan nggak semua perempuan ingin mendapatkan haknya untuk mencari pekerjaan dan memilih berdiam diri di rumah. Lalu, tentang agnotisisme, sebagai remaja (tepatnya anak SMA), pasti hal seperti ingin membuktikan keberadaan Tuhan itu ada. Nah, di sini kadang muncul agnotisisme dalam diri masing-masing orang. Akui saja, pasti kita semua ingin bukti tentang keberadaan Tuhan, bukan? Tetapi, terkadang akal ini tidak bisa menjangkau apa yang telah ditentukan, bukan?
Nah, aku benar-benar penasaran dengan A Untuk Amanda ini karena banyak yang merekomendasikannya untuk dibaca utamanya oleh anak SMA (maupun pembelajar lain) tentang betapa dia selalu mempehatikan pandangan orang tentang dirinya (entah nilainya, atau yang lainnya). Aku berharap aku bisa beruntung untuk mendapatkan novel ini. Terima kasih :)
Akun Twitter: @blogpostrizki
BalasHapusLink share: https://twitter.com/BlogpostRizki/status/714738172102623232
Jawaban:
Menurut pemahamanku yg sederhana ini, feminisme adalah suatu paham yg menuntut persamaan hak dan derajat antara kaum perempuan dan kaum laki2 di segala aspek kehidupan. Mungkin awalnya feminisme ini baik contohnya memberikan kesempatan bagi wanita untuk mendapatkan pendidikan dan memiliki pekerjaan di luar rumah. Cuma agak miris ketika mendengar cerita tentang bagaimana para pelakunya menjadi berlebihan dalam menganut paham ini. Misalnya cerita tentang wanita yg menjadi imam atas jamaah perempuan sekaligus laki2 di suatu mesjid di suatu negara (aku lupa nama negaranya). Menurutku hal tsb sudah berlebihan. Setiap makhluk punya kodratnya masing2 dan tidak bisa dilanggar meski atas dasar paham tertentu. Agaknya feminisme ini baik, hanya saja terkadang pelakunya yg berlebihan. Bila dianalogikan, feminisme itu sebuah alat. Pada akhirnya kebermanfaatan dari alat tersebut bergantung kepada si pemakainya.
Kemudian tentang agnotisisme. Aku mengenal kata ini pertama kali dalam bentuk kata "agnostik". Menurutku agnotisisme adalah suatu paham yg dianut oleh orang-orang yg percaya kepada keberadaan Tuhan namun dia memilih untuk beribadah dengan caranya sendiri. Seorang agnostik bukanlah seorang atheis. Kalau Atheis, mereka tidak percaya dengan keberadaan Tuhan dan menolak untuk beribadah dalam bentuk apapun. Sedikit cerita, aku mengenal paham ini pertama kali dari membaca buku berjudul Niskala karangan Daniel Mahendra. Buku ini berisi kisah perjalanan yang dibumbui dengan kisah cinta dan keyakinan. Silakan baca reviewnya di blogku ya (bukulova.blogspo). Haha, sekalian promo. :D
Terimakasih dan sukses buat GA-nya. :D
@APradianita
BalasHapushttps://twitter.com/APradianita/status/714746763987562496
FEMINISME: Menurut saya pribadi, feminisme adalah wajah dari banyak perempuan, yang terwujud dalam pemikiran-pemikiran dan ekspresi berbeda, semuanya dengan tujuan sama untuk membangun kesetaraan untuk perempuan di semua wilayah kehidupan mereka. Saya berpikir ada beberapa pemahaman keliru tentang feminisme, saya harus meluruskannya karena saya adalah perempuan:
1. Feminis membenci laki-laki. Ini adalah salah satu kekeliruan paling kuno dan paling melelahkan mengenai feminisme. Feminisme adalah sebuah gerakan dan ideologi yang memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan dalam politik, ekonomi, budaya, ruang pribadi dan ruang publik. Feminisme tidak pernah merupakan ideologi kebencian.
2. Untuk mencapai kesetaraan, feminisme harus melemahkan laki-laki. Mencapai kesetaraan gender memang harus melalui dekonstruksi maskulintas, namun hal ini tidak sama dengan mengebiri laki-laki. Dalam ratusan tahun sejarahnya (bahkan sebelum istilah “feminisme” dilontarkan), gerakan ini telah memupuk tradisi perenungan dalam dan pemikiran kembali konstruksi sosial atas gender maupun dinamika gender. Feminisme seharusnya memperbaiki relasi gender, bukan memperkuat salah satu jenis kelamin dengan mengorbankan yang lain.
3. Feminisme hanya membantu perempuan. Feminisme tidak hanya membebaskan perempuan, gerakan ini juga membebaskan laki-laki dengan memutus standar-standar yang diberikan masyarakat pada perempuan dan laki-laki. Feminisme adalah tentang mengubah peran-peran gender, norma seksual dan praktik-praktik seksis yang membatasi diri. Laki-laki memiliki kebebasan untuk menjelajah hidup di luar batas-batas kaku maskulinitas tradisional. Feminisme juga mempercayai akses yang sama untuk pendidikan, yang barangkali memungkinkan ibu-ibu kamu mendapatkan gelar universitas dan mendapatkan pekerjaan, sehingga kamu dan saudara-saudara kamu memiliki kesempatan yang lebih baik dalam hidup. Dengan pendidikan, perempuan cenderung memiliki pilihan-pilihan hidup yang lebih baik, menghasilkan keluarga dan masyarakat yang lebih sehat dan berfungsi secara optimal.
4. Hanya perempuan yang bisa jadi feminis. Feminis berkomitmen untuk mengatasi masalah-masalah sehari-hari seperti kekerasan dalam rumah tangga, pemerkosaan dan kekerasan seksual, ketidaksetaraan penghasilan, obyektifikasi seksual, dan lain-lain. Cara terbaik untuk menanggulangi masalah-masalah ini adalah untuk melibatkan laki-laki, meningkatkan kesadaran para pegawai pria mengenai kepekaan gender, mengajarkan anak laki-laki untuk menghormati anak perempuan, membuat para ayah mau berbagi beban pekerjaan rumah tangga dan lebih terlibat dalam membesarkan anak-anak, dan masih banyak lagi.
AGNOSTISISME: Menurut saya pribadi, agnostisisme bukanlah agnotisisme seperti yang Blogger Raafi kemukakan pada pertanyaannya.. ^_^ Agnostisisme merupakan keyakinan kelompok yang ragu atas keberadaan Tuhan. Mereka tidak bisa secara pasti mengatakan bahwa mereka percaya atau tidak percaya akan keberadaan Tuhan. Agnostisisme percaya bahwa seseorang tidak dapat menentukan apakah Tuhan itu ada atau tidak, sehingga memilih menjalani kehidupan sesuai dengan seperangkat keyakinan terlepas dari kepercayaan mengenai ada atau tidaknya Tuhan. Mereka merasa bahwa mengetahui apakah Tuhan ada atau tidak bukanlah suatu hal yang penting. Tidak semua dari mereka yang mengaku sebagai agnostik adalah agnostik sejati, yang telah sebelumnya melakukan berbagai usaha untuk mencapai kebenaran, yang karena suatu sebab dan lainnya mereka gagal menemukannya, sehingga mereka bertahan pada posisi mereka sebagai agnostik.
@_loisninawati
BalasHapushttps://twitter.com/_loisninawati/status/714860687227355138
Kalau menurutku, feminisme itu, gerakan yang memperjuangkan hak hak perempuan.
Kalau agnostisisme itu, pemahaman kalau untuk membuktikan "Tuhan itu ada" tidak ada.
@_loisninawati
BalasHapushttps://twitter.com/_loisninawati/status/714860687227355138
Kalau menurutku, feminisme itu, gerakan yang memperjuangkan hak hak perempuan.
Kalau agnostisisme itu, pemahaman kalau untuk membuktikan "Tuhan itu ada" tidak ada.
@ekafap
BalasHapushttps://twitter.com/ekafap/status/714848536399990784
Sebelumnya, saya salut atas cara penyampaian mbak arie pradianita tentang feminis dan ya... itulah feminis yang saya tau :)
Feminisme. Siapa yang tidak kenal dengan istilah feminisme? Feminisme terdiri atas beberapa aliran. Awalnya feminisme merupakan gerakan persamaan hak antara laki-laki d. Bahkan pada awal gerakan ini laki-laki cenderung dibenci. Tapi sekarang yang menjadi feminist bukan hanya perempuan, tapi laki-laki pun mulai berpartisipasi dan yang diperjuangkan feminist bukan KESAMAAN tetapi KESETARAAN.Berbicara mengenai feminisme tidak akan pernah lepas dari istilah budaya patriarki, gender, dan tubuh. Dalam budaya patriarki laki-laki memiliki posisi dan derajat yang lebih tinggi daripada perempuan, dengan kata lain laki-laki sangatlah dominan dan superior. Perempuan hanya dianggap sebagai 'milik' laki-laki, hanyalah second sex. Isu mengenai kesetaraan gender juga sering terdengar. Gender sendiri merupakan pemisahan jenis kelamin yang dibentuk oleh masyarakat. Dan yang terakhir mengenai tubuh. Kenapa tubuh? karena tubuh perempuan sering dieksploitasi dan mendapatkan penindasan.
Agnostisisme. sebenarnya saya tidak begitu tahu mengenai agnostisisme tapi secara garis besar agnotisisme merupakan faham yang percaya bahwa tuhan itu ada, tapi keberadaannya tidak dapat diketahui dan itu semua tidak dapat nalar/kerasionalitasan mereka. Jadi agnotisisme itu ragu, berbeda dengan atheis yang memang tidak percaya akan adanya tuhan.
Saya amat sangat tertarik pada buku ini!! kenapa? karena empat kata pemikat ini: psikiater, remaja, feminisme, dan agnotisisme. Berbicara mengenai atheis sudah biasa, nah agnotisisme? ditambah feminisme? apalagi oleh remaja? amat sangat menggiurkan! Saya ingin tahu bagaimana penulis mengemasnya.
@tewtri
BalasHapushttps://mobile.twitter.com/tewtri/status/714621593431838722
Feminisme, melihat dari banyaknya sudut pandang yang membahas soal ini toh inti besarnya adalah tuntutan kesetaraan gender yang diusung oleh kaum perempuan. Di era modern, nampaknya sudah mulai terlihat hasilnya meski masih belum merata di seluruh belahan dunia. Di lingkungan tempat saya hidup, mungkin hal ini lumrah dan mampu di terima. Tapi, di luar sana tidak sedikit orang yang masih memandang sebelah mata soal feminisme. Sebagai perempuan, saya memandang kesetaraan gender itu penting walau dalam pelaksanaannya ada hal-hal yang terlalu tabu bila dipaksa untuk setara. Kesetaraan dalam bidang pekerjaan, hak-hak individu yang point-pointnya sudah tercantum dalam UU, it's oke ini wajar dan cukup beken. Tapi, ada garis yang tidak etis untuk perempuan seberangi demi apa pun itu entah feminisme atau apa.
Agnotisisme, kebanyakan bilang ini adalah paham yang menganggap Tuhan itu tidak jelas entah ada atau tidak. Ateisme yang cukup terang-terangan.
@viniapurba
BalasHapushttps://twitter.com/viniapurba/status/715194715474235393?s=17
Feminisme itu gerakan penyetaraan gender oleh kaum perempuan agar haknya setara dengan kaum laki-laki.
Agnotisisme itu orang yang tidak yakin kalau Tuhan itu ada atau tidak. Banyak banget tipe agnostik (sebutan untuk penganut agnotisisme), ada yang percaya kalau kita tidak akan pernah bisa tahu mengenai keberadaan tuhan (agnostik kuat atau agnostik positif). Lalu ada yang mengatakan kalau kita tidak dapat tahu apapun mengenai tuhan pada saat ini jika memakai bukti yang ada, namun dapat mungkin di masa depan (agnostik lemah). Trus juga ada yang yakin kalau tidak ada bukti ketiadaan atau keberadaan tuhan, dengan tambahan, mempertanyakan tuhan itu tidak ada artinya (agnostik pragmatis).
Feminisme adalah ketika perempuan tidak takut keluar di malam hari.
BalasHapusFeminisme adalah menyalahkan pelaku pemerkosaan, bukan korban.
Feminisme adalah memercayai bahwa laki-laki juga bisa menjadi korban pelecehan seksual.
Feminisme adalah memercayai perempuan bisa memilih untuk menjadi ibu atau tidak.
Feminisme adalah memercayai perempuan memiliki pilihan.
Feminisme adalah memercayai laki-laki dan perempuan itu sama.
Agnotisisme adalah pilihan. Entah mengklaim dirinya tidak memiliki cukup pengetahuan untuk mengetahui ada tidaknya Tuhan, atau karena tidak tahan melihat kekerasan yang terjadi atas nama Tuhan.
Agnotisisme adalah pilihan. Pilihan untuk memercayai adanya keberadaan Tuhan tanpa harus melaksanakan ibadah 5 waktu, atau pergi ke rumah ibadah setiap hari Minggu.
Agnotisisme adalah pilihan. Pilihan untuk memercayai Tuhan itu baik, Tuhan itu tidak mungkin melihat ciptaan-Nya menderita karena ciptaan-Nya yang lain, yang berperang atas nama-Nya.
@blackinbook
https://twitter.com/blackinbook/status/715719256801951744
@falfanyfitri
BalasHapushttps://twitter.com/falfanyfitri/status/715989487915044866
Izin ikutan ya, Kak Rafi.
Feminisme, pengetahuan saya tentang ini; Kartini, Islam.
Jujur, pengetahuan pribadi saya masih minim. Iya, hanya tentang dua kata itu. Dan yah, daripada salah bicara dan sesat, jadi saya googling deh. Tidak ada salahnya kan? Toh, dengan begitu saya juga dapat ilmunya kok, hehehe. Pengetahuan bisa datang dari mana saja, benar?
Kenapa saya ingat kartini setelah mendengar feminisme? Dia tokoh sejarah Indonesia. Dan dalam buku sejarah saya dikatakan, bahwa beliau adalah perintis emansipasi wanita Indonesia. Ada kaitannya dengan feminisme.
Lalu yang kedua, islam. Kenapa begitu?
Sebenarnya feminisme sudah ada sejak adanya islam. Kenapa begitu? Dulu sebelum adanya Nabi Muhammad atau pada jaman jahiliyah (pra-Islam), kita sering mendengar bahwa bayi perempuan dianggap tidak ada gunanya hidup dan lantas dibunuh hidup-hidup. Tetapi semenjak ada islam, hal itu tidak lagi dilakukan. Dan dengan tegas dinyatakan dalam Al Qur’an bahwa orang yang paling mulia di depan Allah adalah orang yang bertaqwa, baik laki-laki maupun perempuan. Derajat laki-laki maupun perempuan sama di mata Allah, yang berbeda hanya tingkat ketaqwaannya.
Oke, jadi kesimpulan saya adalah;
Feminisme ialah pemikiran, kesadaran dan tindakan nyata yang didasarkan oleh kepedulian untuk memperjuangkan hidup dan kehidupan perempuan demi keadilan bagi semua. Ke-a-di-lan!
Banyak yang menafsirkan feminisme sebagai gerakan pemberontakan terhadap kaum laki-laki, atau upaya melawan pranata sosial, maupun upaya pemberontakan perempuan untuk mengingkari kodrat atau ketentuan agama. Hal ini (mungkin) karena jika seorang perempuan mengatakan ’feminist’ maka akan banyak negatif stigma pada diri perempuan, seperti menyalahi kodrat, ingin mendominasi laki-laki dan menerima lesbianism. Sebaliknya jika seorang laki-laki menyebut dirinya seorang feminis, dia akan terangkat derajatnya, karena dia seorang yang peduli pada perempuan dan keadilan.
Salah, ya! Kita, perempuan hanya menuntut keadilan kok. Ya, saya pikir itu pendapat saya sebagai perempuan, Kak.
Lalu tentang agnotisisme;
Saya tahu tentang hal yang satu ini. Tidak asing. Guru agama saya pernah bilang, agnotisisme itu percaya pada Tuhan. Hanya saja, tidak percaya pada agama-Nya.
Seorang agnostik tidak menyatakan bahwa Tuhan itu ada, walaupun beberapa dari mereka juga meyakini akan keberadaan Tuhan, pada akhirnya. Ia juga tidak akan menyatakan bahwa Tuhan itu tidak ada, karena ia menyadari akan bukti-bukti keberadaan Tuhan. Bagi yang meyakini bahwa Tuhan itu ada, mereka akan menyangkal bahwa Tuhan menurunkan syariat, ketentuan, hukum (agama) untuk manusia.
Terimakasih kesempatannya, Kak.
Bismillah
BalasHapusAkun Twitter : @hensus91
Link Share : https://twitter.com/hensus91/status/716110478401871872
Feminisme dan Agnotisisme?
Yang selama ini aku tahu cuma feminisme, yaitu gerakan perempuan menuntut kesamaan hak dengan laki-laki. Hal-hal yang berkaitan dengan emansipasi perempuan, kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, dan gerakan mendapatkan hak-hak perempuan.
Sedangkan kalau agnotitisme, jujur baru aku tahu dari sini. Dan kalau menurut Bang Wiki agnostisisme adalah suatu pandangan filsafat bahwa suatu nilai kebenaran dari suatu klaim tertentu yang umumnya berkaitan dengan teologi, metafisika, keberadaan Tuhan, dewa, dan lainnya yang tidak dapat diketahui dengan akal pikiran manusia yang terbatas. Yang dari pemahamanku berarti kalau tidak ada cara untuk membuktikan atau mengetahui apakah Tuhan itu benar-benar ada atau tidak. Mirip sama ateisme ya? Bedanya kalau ateisme yakin kalau Tuhan tidak ada dan agnotisisme tidak yakin apakah sebenarnya ada Tuhan atau tidak.
Demikian
Twitter : @PidaAlandrian92
BalasHapusLink Share : https://twitter.com/PidaAlandrian92/status/716268856184942594
Sepengetahuanmu, apa sih feminisme dan agnotisisme itu?
Jawaban:
Sepengetahuanku, Feminisme adalah semacam aliran atau gerakan para perempuan/wanita untuk memperjuangkan hak-hak mereka, agar tidak membedakan status antara perempuan dan laki-laki. Seperti yg terjadi di Indonesia beberapa tahun belakangan. Banyak di daerah kita yg merugikan wanita, sehingga mereka menuntut Negara untuk membuat sebuah emansipasi (pembebasan) untuk melindungi hak-hak perempuan. Karena selama ini wanita di anggap paling lemah di bandingkan para lelaki.
Kalau Agnotisisme adalah tentang seseorang yang tidak mempedulikan akan keberadaan Tuhan, baik itu ada maupun tidak. Agnotisisme ini sendiri timbul di karenakan mereka yang tidak mampu membuktikan keberadaan Tuhan (secara logika )sehingga mereka tidak peduli akan keberadaannya.
(diluar jawaban) aku jadi salut dengan penulisnya, krn memasukkan ide tentang Feminisme dan Agnotisisme ini ke dalam novel A untuk Amanda ini. Jarangkan ada penulis mengaitkan ceritanya dengan kehidupan faktanya, apalagi ini berkaitan dengan suatu paham aliran yg berkaitan dgn Agama (Agnotisisme) dan Negara (Feminisme).
Sekian.
Salam Pida Alandrian
Twitter: @womomfey
BalasHapusLink Share: https://twitter.com/WoMomFey/status/716377954125631489
Sebelum menjawab pertanyaan Raafi, aku mau bilang kalau ternyata dari review ini terlihat bahwa "A untuk Amanda" ini tidaklah sesimple apa yang tergambar pada covernya yang manis >.< Tapi justru ini yang akan membuat pembaca makin penasaran dengan jalan ceritanya.
Agnotisme adalah sebuah paham yang meyakini bahwa TIDAK ADA CARA YANG PASTI untuk manusia dapat mengetahui keberadaan Tuhan. Yup! Sekilas kok mirip sama Ateisme ya? But nope! Agnotisme dan Ateisme sama sekali TIDAK SAMA! Ateisme adalah paham yang TIDAK PERCAYA AKAN KEBERADAAN TUHAN.
Jadi kalau dalam bahasa sederhananya sih: seorang Ateis itu sudah pasti YAKIN bahwa TUHAN ITU TIDAK ADA, sedangkan seorang Agnostik itu masih GALAU akan KEBERADAAN TUHAN. Bisa dibilang kalau si Agnostik ini masih menye-menye antara ADA atau TIDAK ADANYA TUHAN, sedangkan si Ateis justru SUDAH POSITIF dan MANTAP meyakini TIDAK ADANYA TUHAN.
Kalau aku kok lebih prefer seorang Ateis yang punya pendirian ketimbang seorang Agnostik yang plin-plan ya? Hehehe. Oh well, meskipun demikian adalah hak masing-masing pribadi dan individu untuk memilih dan menganut keyakinan sesuatu kata hatinya.
Let's go to the next question about feminisme...
Pada dasarnya, feminisme adalah sebuah gerakan yang menuntut kesetaraan gender, dalam hal ini kaum feminis menuntut kesetaraan hak antara pria dan wanita. Tentu saja kalau dilihat dari hal ini, kita bisa langsung tahu bahwa dari dulu itu ternyata ada perbedaan antara pria dan wanita, terutama dari segi hak baik secara individu maupun kelompok.
Kebetulan aku dulu hidup di kampus Sastra yang memang 95%nya dihuni oleh para perempuan dan banyak sekali isu feminisme berhembus di kampusku. Masing-masing feminis ini sendiri punya beberapa pandangan yang berbeda mengenai apa yang sedang mereka perjuangkan loh! Ada yang merasa bahwa menjadi feminis itu artinya melakukan aksi solidaritas bagi kaumnya, tapi lantas akhirnya malah jadi menjauhi bahkan (ironisnya) membenci pria! Yup! Some of my friends sadly choose to have relationship with the same gender for a non-sense reasons! (Sorry, semoga gak ada yg tersinggung sama hal ini ya! It's pure my own opinion) Namun ada juga sebagian yang tetap menjalani kehidupan normal (menikah dengan lawan jenis, meski tidak berketetapan hati tidak ingin memiliki anak) dan tetap hidup memperjuangkan hak-hak perempuan yang dirasa belum setara dengan pria.
Sebetulnya apa yang kuceritakan di atas adalah salah satu bentuk "penyimpangan" yang mengatasnamakan paham feminisme sih! (Ya meskipun paham feminisme sendiri memang memiliki banyak sub-paham sih!) Karena feminis sejati itu seharusnya bukannya nyeleneh kaya gitu, melainkan tetap menyadari dan menjalani kodratnya tanpa merasa terbebani hal-hal yang tidak perlu. Dan penganut feminisme itu bisa wanita dan pria loh! :)
Semoga saja apa yang kubagikan sejauh pengetahuanku ini bisa lebih mencerahkan dan bukannya membingungkan ya. Maaf kalau bahasa yang kugunakan agak ceplas-ceplos :D
BalasHapus@daisy_skys
Link Share : https://twitter.com/Daisy_skys/status/716525782378504192
Sepengetahuanmu, apa sih feminisme dan agnotisisme itu?
● Feminisme
feminisme adalah wajah dari banyak perempuan dan laki-laki, yang terwujud dalam pemikiran-pemikiran dan ekspresi berbeda, semuanya dengan tujuan sama untuk membangun kesetaraan untuk perempuan di semua wilayah kehidupan mereka.Sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan
pria .
Dari Virginia Woolf dengan keindahan tulisannya , martir penuntut hak perempuan untuk memilih, Emily Davison , para intelektual seperti Simone de Beauvoir, Germaine Greer dan Naomi Wolf , aktris tanpa cela Emma Watson , sampai para aktivis daring dari Everyday Sexism –
Dan siapapun dari kita pasti mengenal feminis pertama Indonesia, R.A Kartini . Banyak sekali pemahaman yang keliru soal feninisme .Seperti Feminis sejati tidak menggunakan rias wajah dan beha (kebetulan saya melihat gambar di wikipedia ) Bohong! Feminisme memberikan perempuan pilihan – bukan membatasi – ekspresi pribadi. Tidak bisa lepas dari sepatu hak tinggi? Pakailah. Senang memakai rok mini hitam? Mengapa tidak.
Ada pula yang beranggapan Feminisme adalah konsep Barat.Padahal feminisme telah ada sejak lama di bagian dunia non-Barat, dari Amerika Selatan, Asia sampai Afrika, meskipun dengan fokus-fokus yang sedikit disesuaikan dengan konteks lokal.
Yang jelas Feminisme hanya menginginkan kesetaraan gaji , kesempatan sama atas pendidikan dan pekerjaan, jaminan hak-hak reproduksi, dan penghapusan kekerasan atau pemaksaan seksual.
● Agnotisme
Keyakinan bahwa kita tidak dapat memiliki pengetahuan tentang Tuhan. Atau keyakinan bahwa mustahil untuk membuktikan ada atau tidak adanya Tuhan. Sebagian dari mereka tau Tuhan itu ada tapi mereka menginginkan bukti nyata tentang keberadaan Tuhan .Padahal hal semacam itu berada diluar kemampuan manusia .Mereka adalah orang orang yang hanya percaya dengan apa yang dilihatnya ,Dengan teori ilmiah ,dan akal manusia padahal tidak semua hal di dunia ini bisa dijawab oleh hal semacam itu .
Kebanyakan dari penganut faham ini adalah orang yang lebih muda, kebanyakan pria, berpendidikan dan berpendapatan tinggi, lebih liberal, sering tidak bahagia dan terasingkan dari masyarakat.Mereka yang terang - terangan mengaku sebagai agnostik cenderung secara politik liberal, Demokrat, mandiri, lebih muda, hidup di Barat, mahasiswa, dan mereka yang tinggal dengan seseorang tanpa pernikahan.
Berbeda dengan Ateisme yang memang Anti Tuhan ,tidak percaya pada ajaran manapun. kebendaan, dan kehidupan pun terbatas hanya dalam kehidupan duniawi saja. Kehidupan ruhani serta alam setelah kematian adalah khayal manusia yang tak terbukti kebenarannya. Agama formal yang ada mereka anggap tidak bisa memenuhi kebutuhan batin mereka untuk mendapatkan ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan. Mereka menganggap aturan agama yang ada hanya membelenggu mereka. Belum lagi masing masing agama yang mengklaim ajarannya paling benar, kemudian menyalahkan agama lain yang berujung dengan saling serang antara satu dengan yang lainnya.
Tapi menurutku ,tidak ada satupun manusia di dunia ini yang tidak merindukan Rabb -nya .Selalu ada kekosongan dalam orang orang yang mencampakkan Tuhannya.Tidak terkecuali para agnotisme yang meragukan keberadaan tuhan.
Twitter: @tiarizee
BalasHapusLink share: https://twitter.com/tiarizee/status/716530277128888321
Feminisme adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi / kesamaan / kesetaraan dan keadilan hak dengan pria. Mereka menentang budaya maupun kebijakan politik yang tidak menguntungkan perempuan. Sedangkan Kepustakaan Internasional mendefinisikannya sebagai pembedaan terhadap hak perempuan yang didasarkan pada kesetaraan perempuan dan laki-laki. Feminisme sendiri terbagi menjadi: F. Liberal, F. Teologis, F. Radikal, F. Sosial, F. Marxis, dan Ekofeminisme.
Terlepas dari sisi positif feminisme yang membuat para wanita sudah bisa menikmati akses begitu luas dalam bidang apapun yang mana berbeda sekali dengan era Kartini yang masih berjuang menghilangkan struktur sosial yang menempatkan perempuan pada posisi bawah dan dalam mendapatkan haknya, namun tak ayal kesalahpahaman yang menimbulkan pandangan negatif pun terjadi.
Penganut feminisme (feminis) yang salah jalur ini malah membenci laki-laki, melemahkan laki-laki, atheis, menuntut hak untuk aborsi, memilih pasangan sesama jenis, hanya membantu perempuan, tidak percaya pernikahan, dan sebagainya. Pengkritik menganggap feminisme sudah keluar jalur, & pada akhirnya dianggap sebagai paham yang justru membuat perempuan seolah-olah menuntut sesuatu yang lebih dan spesial.
Pandangan miring terhadap feminisme, membuat mereka dianggap sebagai; gerakan perempuan tukang bakar bra, anti lelaki, perusak keluarga, dan seseorang yang tidak mau punya anak.
Well, menurutku, feminisme seharusnya terwujud dalam pemikiran-pemikiran dan ekspresi berbeda, dengan tujuan sama; membangun kesetaraan untuk perempuan di semua sektor kehidupan mereka. Seharusnya pula, memperbaiki relasi gender, bukanlah memperkuat salah satu jenis kelamin. Memperjuangkan 'equal right' sah-sah saja, namun bukan berarti merusak citra perempuan dengan melakukan aksi-aksi yang salah langkah.
Untuk agnotisisme sendiri, adalah seseorang yang terjebak akan keraguan dan ketidaktahuan mereka akan keberadaan Tuhan. Mereka percaya bahwa tidak ada seorang pun yang mengetahui eksistensi Tuhan. Bahwa urusan mengenai Tuhan adalah bentuk pengetahuan yang tidak bisa dijangkau oleh akal, nalar, dan logika pikiran manusia. Mereka adalah orang-orang yang percaya akan adanya Tuhan, namun memilih untuk tidak beragama karena keraguan mereka terhadap mengadanya suatu agama. Sebelum memutuskan menjadi agnotis, mereka menelaah banyak agama sebelum memutuskan untuk tidak beragama.
Jujur aku baru tahu dua hal ini. Feminisme dan Agnotisisme merupakan kata baru dalam kamus di otakku. Tapi hal yang paling menggelitikku adalah Agnotisisme. Walaupun berbeda dengan atheis yang mutlak tidak percaya terhadap adanya tuhan, menurutku agnotisisme sangat disayangkan keberadaannya. Sudah mengetahui 'adanya' keberadaan Tuhan, namun masih ragu. Lalu beralih ke zona netral, alih-alih untuk menghindar. Maka lahirlah agnotisisme yang mereka anggap sebuah pilihan. Menggelitik sekali. Sebagai anak SMA yang sedang menuju proses dewasa, hal ini merupakan pengetahuan baru bagiku sekaligus mengingatkanku pada saat dulu sempat terbersit dalam pikiran mengenai, 'mengapa tuhan tidak terlihat'.
Menurutku penulis 'A Untuk Amanda' berani sekali menyelipkan dua topik berat dan sensitif ini untuk sebuah novel berlabel Young Adult. Dan aku semakin penasaran karenanya! Apa hubungan nilai Amanda dengan dua hal tersebut? Hanya sebagai selingankah, atau memang ada keterkaitannya? Setidaknya (kalau menang) saat membaca buku ini, aku tidak terlalu buta dengan Agnotisisme dan Feminisme. Dan mungkin pengetahuanku akan semakin bertambah saat membacanya. Semoga aku bisa menuntaskan rasa penasaranku lewat buku ini.
Terimakasih (:
Wardah
BalasHapus@bungaoktober_
https://twitter.com/bungaoktober_/status/716511052448423936
"Sepengetahuanmu, apa sih feminisme dan agnotisisme itu?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Seumur-umur ikut GA baru kali ini nemu pertanyaan yang ...... seberat ini. *pegangan* /emangapa
Well, dari "isme" yang mengiringi di akhir dua kata itu, jelas kedua hal itu semacam kepercayaan. Bukan kepercayaan kayak agama sih, tapi lebih ke.... pemahaman? Gerakan gitu. Erat banget kaitannya sama politik, sosial, atau ekonomi. Kayak kapitalisme, sosialisme, dll.
Nah, feminisme dan agnotisisme pun demikian. (..... kan?) /malahnggakyakin
Hmm, feminisme ini sering didengar. Sering banget, apalagi belakangan ini, ya. Feminisme berkaitan dengan gerakan perempuan yang menuntut kesetaraan gender dengan laki-laki. Tokoh feminisme ini sering banget saya dengar, ada Foucault dan Derrida. Well, ini akibat bergaul sama banyak feminis sih. Wkwk.
Saya pribadi menjunjung agama saya sebagai kepercayaan paling dasar dalam hidup, tapi saya nggak menafikan bahwa ada poin-poin yang dibawa feminisme itu sesuai dengan apa yang saya pikirkan. Misalnya saja terkait standar ganda di masyarakat kita sendiri soal laki-laki dan perempuan, kayak "dia laki-laki jadi nggak perlu tahu cuci piring", "dia laki-laki jadi nggak papa pulang tengah malam buat kerja", dll. Yah gitulah.
Takut kepanjangan nih jadi mending diputus aja bagian feminisme dan beralih ke agnotisisme.
Agnotisisme sendiri, yang pernah saya dengar itu terkait ketidakyakinan kalau tuhan itu ada. Beda sama ateisme yang nggak percaya tuhan, agnotisisme ini percaya bahwa akal manusia nggak bisa membuktikan bahwa tuhan itu ada atau enggak.
Yah, pengetahuan saya soal agnotisisme cuma sebatas itu sih. Maklum, saya nggak terlalu menaruh minat dan nggak banyak orang di sekitar saya yang menganut paham ini (atau saya aja yang nggak tahu?).
Oke. Kayaknya cukup. Tolong diperbaiki kalau ada yang salah dan tolong dilengkapi, ya, Raaf. :p
Sekarang jadi penasaran kenapa Raafi menanyakan dua hal ini sebagai kuis di GA ini, ya. Emang sebesar apa sih porsi kedua paham ini sampai Raafi menyinggung cukup banyak dalam review-nya. Hmmm......
Akun twitter : @Agatha_AVM
BalasHapusLink share : https://twitter.com/Agatha_AVM/status/716654540737478656
Feminisme, terkadang orang salah mengartikan bahwa feminisme selalu berhubungan dengan menuntut hak perempuan terutama dalam bidang politik. Feminisme ini hanyalah bentuk buah pemikiran dari kita (perempuan dan laki-laki) untuk berjuang mendapatkan kesetaraan hak bagi kaum perempuan. Para laki-laki pun terlibat dalam mendapatkan hak tersebut. Feminisme tidak pernah membenci atau malah ketakutan terhadap para lelaki. Justru para lelaki tersebut sebagai pondasi kokoh dalam mendapatkan hak-hak perempuan seperti halnya Ibu Kartini yang berhasil menaikkan derajat para kaum perempuan pun dengan bantuan teman-teman dan pengertian suaminya dengan memberikan kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita.
Agnotisisme (Atheis), menurutku bukannya mereka tidak percaya dengan keberadaan Tuhan hanya saja mereka masih bersikukuh bahwa hidup adalah logika. Hal yang menurut mereka tidak masuk diakal atau mustahil untuk terjadi dianggap hal yang sia-sia. Mereka hanya percaya pada diri mereka sendiri dan diri mereka lah yang benar. Mereka tidak ingin terikat pada suatu agama sampai mereka percaya dan yakin bahwa agama tersebut diakui kebenarannya oleh mereka.
Wah semoga berhasil dan makin sukses ya mbak.
BalasHapus