26 Juli 2015

[R&B] Episode Kahve: Shamrock & Raven

Edited by Me
R&B adalah fitur baru yang akan membawa kita membaca ulasan Bibli lebih berbeda. Mengambil tema hubungan Raafi dan Bibli yang penuh lika-liku layaknya sepasang kekasih, kita diajak merasakan itu semua dengan gaya R&B. Dengan sedikit humor garing, kita dibawa merasakan pengalaman membaca ulasan lain dari yang lain.

***

Setelah kejadian Bibli merajuk untuk mengadakan giveaway, Raafi menempatkan diri di saf paling depan; memohon kepada Sang Pencipta agar mendapatkan pasangan yang lebih penyabar dan penyayang. Tentu saja dia memohon dalam hati. Bisa-bisa Ant-man datang kalau Bibli tahu permohonan Raafi itu. Sungguh. Tak lama berselang ketika Raafi tiba di rumah dan sedang menyeruput kopi ...

Sampul
Pengarang : Yuu Sasih
Penerbit : de TEENS (DIVA Press)
Tahun : 2015
Dibaca : 26 Juli 2015
Rating : ★★★

Bibli: Aku senang akhirnya kamu menepati janjimu. Bagaimana kopinya?

Raafi: Aku juga senang akhirnya aku menepati janjiku. Rasa kopi instan biasa, sama dengan yang sering kamu beli di warung. Tapi tahukan kamu kalau rasa kopi instan itu mirip dengan kopi Jawa? Aku jadi ingin mencoba kopi Jawa. Aku juga ingin tahu siapa yang sebenarnya mengirimkan buku ini padaku.

Bibli: Wah. Kamu memang banyak tahu. Itu salah satu yang aku suka darimu. Aku ingat ketika menerima buku ini dari Mas Dulah, si kurir ganteng itu. Setelah kubuka ternyata ada catatan itu. Aku sempat berpikir kamu bermain di belakangku. Tapi aku pun ingin tahu siapa. Aku senang kita bisa bersama-sama. Bersama-sama ingin tahu siapa pengirim buku ini.

Siapakah?
Raafi nyengir. "Berkat buku ini!" gumamnya dalam hati. Lalu melanjutkan: Lupakan sajalah! Tidak ada gunanya. Setelah membaca buku ini, aku sedikit terganggu karena menggunakan sudut pandang orang ketiga yang sebetulnya bisa memakai sudut pandang orang pertama. Tokoh bernama Kencana ini mendominasi dari halaman pertama hingga akhir. Ketika membaca, aku coba mengganti kata 'dia' dan 'Kencana' dengan 'aku'. Hasilnya lebih baik, setidaknya menurutku.

Bibli: Orang-orang juga menyukai sudut pandang orang pertama karena lebih bisa mengetahui perasaan si tokoh. Tapi tentu saja ini masalah selera. Seperti aku yang memilihmu karena kamu seleraku. Lalu Kencana itu siapa?

Raafi: Aku bukan mie instan, oke? Jadi, Kencana adalah mahasiswi Sastra Inggris yang kehilangan kakaknya bernama Saras—bukan yang 007 itu—karena bunuh diri. Menariknya, banyak pertanyaan tentang meninggalnya Saras. Kencana tidak yakin Saras meninggal karena bunuh diri. Dan pertanyaan itulah yang membuatku—sebagai pembaca—terus membaca buku ini hingga usai. Hal ini juga yang biasa digunakan setiap penulis agar menarik minat pembaca. Pertanyaan-pertanyaan.

Bibli: Cerdas. Satu lagi yang aku suka darimu. Lalu, apa itu kahve? Dan shamrock? Dan raven? Simbol? Atau semacam benda yang bertekstur lembek?

Raafi: Bodoh. Itu salah satu yang aku suka darimu. Sama sekali bukan benda bertekstur lembek. Simbol ... bisa jadi. Salah satu yang aku suka dari buku ini adalah tasseografi atau ilmu penjabaran peruntungan dengan menggunakan media ampas kopi. Pendeknya meramal. Shamrock dan raven adalah simbol yang terbentuk dari ampas kopi setelah seseorang meminum kahve. Kahve adalah kopi khas Turki. Pokoknya buku ini menambah wawasan tentang dunia perkopian dan ... ramalan.

Sayangnya, buku ini belum selesai. Banyak pertanyaan yang masih belum terjawab tentang Kencana dan Saras. Juga tentang Rasy, Farran, Linda, dan Prof. Rangga. Lah ... malah hampir semua tokohnya ya. Aku tidak akan menjabarkannya, tentu saja.

Bibli: Aku tahu pembaca seperti kamu pasti tidak suka cerita dengan begitu banyak tanda tanya di akhirnya. Seperti masih butuh banyak air untuk menghentikan cegukan. Apalagi jika penulis tidak melanjutkan ceritanya. Sudahlah. Jangan terbawa perasaan begitu. Kamu kenal penulisnya kan?

Raafi: Aku hanya mengenal saja. Belum pernah bertatap muka langsung. Dia teman satu komunitas dan kami suka menyapa di jejaring sosial. Jangan cemburu, oke? Dan ternyata dia seorang mahasiswi jurusan psikologi. Pantas saja aku sedikit pening karena narasi yang sedikit teoritis dan pembawaan cerita yang sedikit mensugesti.

Buku ini juga terlalu banyak mengupas karya Oscar Wilde "The Picture of Dorian Gray". Dan itu sedikit mengganggu pembaca yang belum membaca karya klasik itu, seperti aku. Uh. Mungkin dia akan sedih mendengar kita berdua membicarakan bukunya. Atau mungkin dia akan ...

Bibli, sedikit meninggikan suaranya: Cukup! Kenapa kamu selalu seperti ini? Terlalu terbawa perasaan. Let it go, lah! Dan tentang "The Picture of Dorian Gray" itu. Bukankah kamu sudah membeli bukunya? Kamu ke manakan? Kamu timbun lagi?

Raafi, menyiapkan tameng: Hehe. Iya. Hehe. Buku ini lebih menarik, Bli. Hehe.

Bibli, mengeluarkan amunisi: Ya ampun, Raafi! Kapan timbunanmu akan habis dibaca, hah? Rumah ini hampir roboh gara-gara timbunanmu. Sini kamu!

***

Raafi segera keluar dari rumah. Kembali menuju tempat yang tadi didatanginya; mengantisipasi untuk berada di saf paling depan lagi untuk memohon lagi kepada Sang Pencipta. Meminta agar permohonannya segera terkabul.

Ulasan ini untuk tantangan 100 Hari Membaca Sastra Indonesia.

Baca juga: R&B Episode Harry Potter dan Batu Bertuah

Tidak ada komentar :

Posting Komentar