Postingan

Menelisik Kemiskinan dari Mata The White Tiger

Gambar
Netflix harus menunggu sampai 2021 untuk mengalihwahanakan novel “The White Tiger” yang rilis 13 tahun sebelumnya menjadi sebuah film. Namun, itu bukan masalah. Film adaptasi kerap membuat orang-orang 'ngeh' dengan karya novelnya. Begitu juga dengan karya pemenang The Man Booker Prize 2008 ini. Aku yakin belum pernah menemukan buku ini ‘nangkring’ di rak toko buku sampai setidaknya beberapa bulan lalu. Novel ini diterjemahkan dan diterbitkan Penerbit ANDI bahkan sejak 2010 (alias dua tahun setelah versi aslinya terbit). Kini, si versi terjemahan ‘hadir kembali’ di toko buku dengan jaket sampul baru yang membalut sampul lamanya (dapatkan di toko buku online Andi Publisher ). Sudah semestinya ini berhubungan dengan kehadiran film adaptasinya di Netflix. Betapa euforia film yang diangkat dari karya novel membuka kembali keran pengenalan tokoh Balram dalam novel ini sekaligus keran cuan untuk penerbit bukunya. Balram. Itu bukan nama aslinya. Kedua orang tuanya tidak punya waktu unt...

Melongok Kisah Korok dalam Tahun Penuh Gulma

Gambar
“Bahwa orang bisa memilih apa yang dimakan atau digunakan, benar-benar tidak pernah terpikir olehnya.” (hlm. 89) Sebelum berkunjung ke India tepatnya Desa Gondi yang menjadi latar utama buku ini, mari sejenak berkujung ke Desa Wadas, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Sebuah insiden terjadi di Desa Wadas yang melibatkan warga desa dan aparat kepolisian beberapa hari lalu. Insiden bermula saat warga desa, yang di barisan paling depan merupakan para ibu berpakaian merah-merah, melakukan aksi blokir jalan dengan cara duduk-duduk dan bersawalat. Mereka menghadang rombongan yang dikawal polisi dan TNI yang akan merangsek memasuki desa. Rencananya, mereka akan menggelar “sosialisasi pemasangan patok trase dan bidang tanah”. Perang urat tak terhindarkan dan bentrokan terjadi. Aparat kepolisian menarik beberapa orang, kebanyakan mahasiswa yang menemani para warga aksi. Gas air mata dilancarkan yang praktis membubarkan aksi. Aksi ini mungkin tidak akan pernah warga desa lakukan jika tanah merek...

Unsur Puisi Anak yang Diinginkan Enid Blyton dalam Bisikan Anak-Anak

Gambar
Memasuki kuartal kedua 2021, jumlah bacaan yang sudah kuselesaikan ada 20 buku. Itu berarti sudah lebih dari sepertiga target jumlah buku yang mesti dibaca tahun ini. Walau begitu, aku tetap akan membaca buku-buku yang ingin kubaca sesuai dengan tema bulanan yang kutentukan sendiri. Aku tertarik melakukan metode membaca ini sejak Maret 2021 ketika aku bertekad untuk lebih banyak membaca karya dari penulis perempuan. Hasilnya tidak buruk. Lima dari enam buku yang kubaca bulan lalu ditulis oleh pengarang perempuan. Nah, metode membaca dengan menentukan satu topik bacaan kucoba lakukan lagi pada April ini. Kuputuskan topiknya yaitu buku anak-anak. Aku terpantik dengan topik ini setelah membaca kumpulan esai “Kitab Cerita”. Bagi penyuka karya tulis anak-anak, buku  karya Setyaningsih tersebut bisa dijadikan referensi (ulasan  di sini ). Nah, sekarang aku mengulas kumpulan puisi “Bisikan Anak-Anak” yang berjudul asli “Child Whispers” karya Enid blyton.

Seputar Kegiatan Blogging: Definisi, Tren, dan Alasan Bertahan

Gambar
Baru delapan tahun blog ini berdiri, aku sudah diminta menjadi pembicara dalam acara komunitas buku Kumpulbaca . Ini bermula awal Februari lalu saat dikontak panitia acara ulang tahun Kumpulbaca berkonsep webinar dan ditawari menjadi pembicara dengan bahasan perkembangan literasi di dunia digital. Medium digital yang utama bagi mereka yaitu blog, podcast, dan YouTube. Muncul tiga anggapan yang kureka sendiri perihal alasan Kumpulbaca memilihku untuk berpartisipasi dalam perayaan HUT mereka: (1) aku kenal salah satu penggawa Kumpulbaca, (2) aku mudah dikontak melalui media sosial, atau (3) aku termasuk segelintir blogger buku yang masih beredar di platform maya. Terlepas mana alasan yang benar, aku putuskan untuk menyanggupi tawaran dari teman-teman Kumpulbaca. Seminggu sebelum acara, aku tampil dalam IG Live bersama Kumpulbaca dalam rangka promosi acara dengan membahas pengalaman membaca. Aku kaget saat tahu mereka menayangkan  rangkuman IG Live-nya  di sebuah akun Medium mili...

Belajar Melawan dari Si Beruang Kutub

Gambar
Pertemuan seseorang dan buku yang dibacanya selalu menarik untuk diceritakan. Begitupun dengan pertemuanku dan “Kenang-kenangan Mengejutkan Si Beruang Kutub” karya Claudio Orrego Vicuña. Sejak awal Februari, aku dan Danang sepakat untuk mengontrak sebuah rumah di Jogja. Selama proses adaptasi kondisi di kontrakan baru, aku yang tetap ingin membaca buku memutuskan untuk menikmati bacaan yang tipis-tipis saja. Salah dua buku yang kubaca yaitu “Sengkarut” dan “Cerita, Bualan, Kebenaran” . Saat beres-beres, aku mendapati buku karya Vicuña ini di tumpukan buku koleksi Danang. Tidak ada harapan apa pun waktu itu. Namun, semakin menyimak kisahnya, semakin aku tenggelam dalam kondisi terkungkung yang dinarasikan oleh si beruang kutub. Saking tenggelamnya, perasaanku dibuat menggebu-gebu untuk menuliskan sebuah ulasan. “Kenang-kenangan Mengejutkan Si Beruang Kutub” menghadirkan seekor beruang kutub sebagai tokoh utama. Ia dibawa dari habitatnya di kutub untuk ‘dirumahkan’ di sebuah kebun binat...