12 Desember 2014

Spora

Sampul
Judul : Spora
Pengarang : Ahmad Alkadri
Penerbit : Moka Media
Tahun : 2014
Dibaca : 2 Desember 2014
Rating : ★★★

Sebuah Novel Horor. Begitulah yang tersurat di sampul depan. Melihat dari gambar yang terpampang di sampulnya, memang terlihat horor dan misterius. Makhluk apakah itu? Manusia dengan banyak akar di sekujur tubuhnya? Dan ... apa itu spora? Spora yang menurut buku teks biologi adalah serbuk yang berasal dari tumbuh-tumbuhan?

Ini adalah buku lokal keenam yang kubaca pada tahun 2014. Tak banyak referensiku untuk membandingkan Spora dengan buku lokal lainnya yang bergenre horor. Tapi pentingkah itu? Aku selalu mengapresiasi penulis Indonesia, apalagi yang semakin berkembang dengan "mencoba" genre dan tema cerita baru yang notabene penerbit harus gambling dengan hasil penjualan dan ini-itunya di kemudian hari.


Cerita dengan bahasan yang ringan menjadi salah satu pertimbangan penulis lokal untuk menerbitkan bukunya. Tidak ada satu pun penerbit yang mau melirik penulis lokal dengan cerita yang tidak mudah dipahami ... dan tebal. Terkecuali mereka adalah penulis yang laris manis di pasaran dan memiliki ribuan pembaca setia, penulis baru harus memutar otak agar tulisannya cepat diterbitkan. Bukankah impian setiap penulis adalah menerbitkan apa yang ditulisnya dan membuatnya dibaca semua orang?

***

Spora menceritakan remaja SMA bernama Alif yang tinggal di Kota Bogor yang menemukan kejadian mengerikan di sekolahnya. Bersama Rina, sahabatnya, Alif mengulik pembunuhan aneh itu. Keseruan dimulai ketika deskripsi-deskripsi horor tentang pembunuhan itu terkuak.

Spora—serbuk tumbuhan—adalah bahan apik sebagai asal mula pembentukan kisah misteri. Penulis cerdas membuatnya seperti benar-benar terjadi. Bayangkan bagaimana spora menjadi virus mematikan yang dapat membuat kalian kehilangan raga dalam sekejap saja? Mungkin saja satu tumbuhan berspora mematikan dari berjuta tumbuhan yang hidup di bumi ini memang benar-benar ada. Bisa saja 'kan?


Jalan ceritanya sederhana. Dibuat dengan bahasa ala remaja yang santai, menjadikan Spora sebagai bacaan santai di akhir pekan. Walaupun banyak inkonsistensi tentang hal-hal kecil seperti penggunaan sapaan ibu dari seorang Alif, aku tidak cemas. Ini buku pertama penulis. Kecuali ia tidak bekerja keras untuk memperbaiki tulisannya, aku yakin buku-buku selanjutnya akan lebih memukau.

***

Banyak hal yang kukulik tentang penulis. Alkadri adalah seorang asal Cilacap, Jawa Tengah. Sama sepertiku. Kota dengan Pantai Teluk Penyu-nya dan Pulau Nusakambangan yang selalu setia menjaganya tetap aman dari terjangan laut selatan yang konon dahsyat. Dia sedang berjuang dengan S2-nya. Dia juga baru-baru ini menerjemahkan dua naskah novel fiksi-ilmiah dari penulis A.G. Riddle.

Aku bahagia ada seorang dari asal yang sama yang sukses di bidang perbukuan. Tidak banyak dari kotaku yang merantau dan menggeluti bidang ini. Kebanyakan dari mereka memang tetap di sana, menjadi teknisi di pabrik-pabrik besar seperti Pertamina dan Holcim atau sekadar meneruskan pekerjaan pendahulunya sebagai nelayan.

"Uang tak bisa membeli kebahagiaan, tapi bisa membeli kasur nyaman, rumah besar, dan gadis cantik, yang mana ketiganya dapat membawa kebahagiaan. ... Kata-kata seperti itu rasanya lebih tempat untuk diucapkan oleh orang yang lebih mengerikan." (hal. 72-73)

1 komentar :