23 April 2017

Ulasan Buku: The Rest of Us Just Live Here

Judul : Yang Biasa-biasa Saja
Judul Asli : The Rest of Us Just Live Here
Pengarang : Patrick Ness
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2017
Dibaca : 22 April 2017
Rating : ★★★

"Tidak semua orang harus menjadi Sosok Pilihan. Tidak semua orang harus menjadi sosok yang menyelamatkan dunia. Kebanyakan orang hanya harus menjalani kehidupan mereka sebaik mungkin, melakukan hal-hal yang hebat bagi mereka, memiliki teman yang hebat, berusaha membuat hidup mereka lebih baik, mencintai orang dengan semestinya. Pada saat yang sama mereka juga menyadari bahwa dunia ini tak masuk akal tapi tetap saja berusaha mencari jalan untuk bahagia." (hal. 190)

Awal mengetahui buku ini diterjemahkan, aku bertanya-tanya tentang judul bahasa Indonesia. Kenapa berubah sedemikian berbeda menjadi "Yang Biasa-biasa Saja"? Aku tahu mungkin jawabannya akan ditemukan seusai membaca bukunya. Namun, sebenarnya tidak juga. "The Rest of Us" secara harfiah berarti "kita semua". Dalam kondisi ini, "The Rest of Us" ternyata memiliki arti yang lebih spesifik yaitu "kita" yang awam. Seseorang bertanya pada sebuah forum tentang apa arti dari frasa "The Rest of Us". Salah satu jawaban yang direkomendasikan menjelaskan bahwa frasa tersebut ditujukan pada orang-orang yang tidak (setidaknya pada saat ini) memiliki pemahaman mendalam tentang subjek yang ada. Mereka hanya orang yang biasa-biasa saja yang tidak mengerti tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dalam konteks buku ini, mereka adalah yang biasa-biasa saja terhadap Para Abadi yang merangsek datang untuk mengambil alih bumi.

***

Mike tahu hidupnya biasa-biasa saja. Ia seorang siswa tingkat akhir di sekolah menengah atas yang biasa-biasa saja. Ia memiliki sahabat-sahabat yang sepertinya terlihat biasa-biasa saja. Bahkan salah satu di antara mereka adalah kakak perempuan kandungnya yang setingkat dengannya di sekolah. Ia dan sahabat-sahabatnya memiliki masalahnya masing-masing, yang sebenarnya juga biasa-biasa saja kecuali Jared. Mike memiliki Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) yang menyukai salah satu sahabatnya, Henna. Kakak perempuannya, Mel, pernah hampir mati karena anorexia nervosa yang dideritanya. Selepas kelulusan, Henna harus ikut bersama orang tuanya yang akan menjadi misionaris di Republik Afrika Tengah. Terakhir, Jared, yang keturunan Dewi Kucing, adalah gay yang tangannya diberkati karena memiliki kelebihan menyembuhkan. Oh, hampir lupa, ayah Mike seorang pemabuk berat dan ibunya adalah politikus yang berpengaruh di distriknya. 

Mike tinggal di sebuah kota kecil yang dikelilingi padang dan danau yang bahkan konser grup musik terkenal saja terkesan privat dan intim karena diselenggarakan di sebuah amfiteater yang biasa jadi tempat kompetisi hewan ternak selama pekan raya county. Lalu apa yang sebenarnya terjadi di antara Mike dan sahabat-sahabatnya dan orang tuanya dan penduduk di kota kecil itu sehingga kisah ini harus dikarang?

***

Tidak ada. Ya, tidak ada yang terjadi selain hal yang biasa terjadi di sebuah kota kecil. Orang tua bekerja untuk keberlangsungan hidup mereka dan keluarganya; di antaranya mengejar ambisi-ambisinya. Para remaja dan yang lebih muda bersekolah dan menuntut ilmu. Setelahnya mereka kuliah di luar kota atau langsung bekerja menjadi apa saja yang bisa mereka kerjakan di kota kecil itu. Bagi yang kuliah, setelah mendapatkan gelar, mereka akan bekerja seperti orang tua mereka dan sebagian dari mereka juga mengejar ambisi-ambisi mereka. Begitulah yang sebenarnya terjadi di bagian kehidupan Mike dan sahabat-sahabatnya pada buku ini. Mereka hanya sedang berada pada situasi masa sekolah mereka yang akan berakhir. Apa yang biasa dilakukan seorang remaja dan sahabatnya ketika akan mengakhiri satu fase? Mereka akan lebih banyak bertemu, melakukan hal-hal seru yang belum pernah mereka lakukan, melakukan hal-hal yang biasa dilakukan orang tua karena mereka toh akan menjadi seperti itu nantinya.

Namun, mereka tidak tahu di balik hal yang biasa-biasa saja yang mereka lalui, ada sebagian kecil orang yang sedang menyelamatkan dunia. Serius. Para Abadi datang ke bumi dan sedang membuat Wadah agar mereka bisa menetap lebih lama di sini. Tujuan utama mereka? Mengambil alih dunia karena memiliki banyak sumber daya yang mereka butuhkan. Adalah anak-anak indie yang berusaha agar dunia tidak jatuh di tangan Para Abadi. Mereka sekuat tenaga berupaya; beberapa di antara mereka menjadi korban. Setiap dari mereka ada yang menjadi korban, orang-orang yang tidak mengetahui apa-apa selalu memiliki alasan-alasan yang wajar untuk menutupi kematian mereka. Karena dunia sudah terlalu kacau tanpa perlu ditambah alasan aneh bahwa anak indie mati karena serangan makhluk luar angkasa kan? Itu amat sangat tidak diterima! Jadi, selagi anak-anak indie menyelamatkan dunia, mereka yang biasa-biasa saja tetap melanjutkan hidup mereka. Sesederhana itu inti cerita buku ini.

Kesederhanaan itulah yang menarik. Kamu pernah membaca sebuah kisah epik? Entah itu fantasi atau yang lainnya? Orang-orang terpilih yang memiliki sebuah misi; menyelamatkan seseorang dari penjahat, melawan serangan jahat yang akan menghancurkan atau mengambil alih dunia, atau yang lainnya yang tak kalah epik. Pernahkah berpikir bagaimana orang-orang yang tidak berkenaan dengan sepilihan orang tersebut menghadapi apa yang sebenarnya terjadi? Mereka hanya mendapatkan akibat-akibat dari terjadi yang biasanya aneh dan mereka akan menutupinya dengan hal-hal yang wajar; yang masuk akal. Mereka akan tetap menjalani hidup mereka sendiri; melakukan rutinitas harian, bekerja, bersekolah, berwisata, melakukan hal-hal yang bisa mereka lakukan. Mereka memiliki peran masing-masing. Dan mereka masih mempunyai masalah mereka sendiri. Jadi, bila disebutkan bahwa buku ini biasa-biasa saja, itu karena penulis memang membuatnya biasa-biasa saja.

Edited by Me

Yah, masalah selalu terjadi pada siapa saja, bukan? Di saat anak-anak indie berupaya menyingkirkan Para Abadi, Mike berupaya menyingkirkan kecemasannya yang berlebihan. Kecemasan itulah yang membuatnya kembali melakukan hal-hal secara berlebihan. Ia menghabiskan satu jam hanya untuk mencuci muka. Ia melakukannya berulang-ulang. Ia merasa ia belum melakukannya dengan benar. Ia mungkin akan terus melakukannya bila ia tidak sadar sendiri atau tidak ada yang menyadarkannya. Ia cemas karena ia tidak terlalu berguna buat orang lain. Kecemasannya menjadi berlebih karena ia benci pada dirinya sendiri; karena ia merasa tidak diinginkan. Yah, ternyata itu serius juga sehingga mereka yang merasakannya harus dibantu untuk mengatasinya. Aku jadi ingat bab ketika Mike berbicara dengan Dr. Luther, psikiater yang ditemuinya. Percakapan yang amat intens dan lekas, sehingga aku harus mengulang setiap barisnya untuk lebih memahaminya. Bisa dibilang, pada bab itulah aku melihat Mike dengan mata yang berbeda. Empatiku padanya meningkat.

Pada akhirnya, aku sebal dengan buku ini. Aku menyukai sekaligus tidak begitu menyukai buku ini karena kesederhanaannya. Lalu, aku dijadikan paham bahwa buku ini bukan tentang misi epik yang harus segera dituntaskan, tetapi tentang kisah orang-orang biasa yang hidup berjajar dengan segala hal tak masuk akal yang sedang terjadi. Aku jadi berpikir bahwa selagi aku menulis ulasan ini, selagi aku membaca buku-buku yang tak habis dari timbunanku, selagi aku makan, minum, dan bekerja, ada orang lain--mungkin minoritas--yang sedang melakukan misi-misi tak terduga. Mereka sedang menyelamatkan dunia atau meringkus para penjahat atau menghalau para alien yang sedang berbondong-bondong datang dari tata surya lain. Apa pun itu, intinya, buku yang biasa-biasa saja ini memberikan hal-hal yang lebih dari biasa-biasa saja bagi para pembacanya. Dan, kamu tahu, tidak masalah untuk menjadi biasa-biasa saja.

"Tapi kenapa semua harus berarti sesuatu? Bukannya kita sudah punya cukup kehidupan untuk dijalani?" (hal. 279)

Ulasan ini diikutsertakan dalam "Read and Review Challenge 2017" kategori Young Adult Literature.

2 komentar :