20 Mei 2016

Ulasan Buku: The Penderwicks

Sampul
Judul : Keluarga Penderwick
Judul Asli : The Penderwicks
Pengarang : Jeanne Birdsall
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2008
Dibaca : 8 Mei 2016
Rating : ★★★★★

"Ini salahmu, Batty. Kita takkan tersesat jika Hound tidak memakan peta, dan Hound takkan memakan peta kalau kau tidak menyembunyikan sandwich-mu di dalamnya." (hal. 10-11)

Satu hal konyol yang terjadi ketika mulai membaca ini adalah menunggu-nunggu hadirnya entitas fantasi seperti monster atau peri atau makhluk-makhluk aneh semacam itu. Entah kenapa aku mengaitkan buku ini mirip seperti buku genre fantasi keluarga-kakak-adik seperti "The Spiderwick Chronicles". Kau tahu kan, kata "Penderwick" dan "Spiderwick" itu tidak jauh-jauh amat. Mungkin mereka memiliki hubungan dan memiliki petualangan seru yang sama.

***

Keempat kakak-beradik Penderwick dan ayah mereka berkendara menuju Arundel, lokasi liburan musim panas mereka kali ini. Setelah tersesat karena masalah peta, mereka bertanya kepada seorang penjual tomat bernama Harry dan menemukan rumah besar yang menjadi tempat tinggal mereka selama menghabiskan liburan. Seorang remaja laki-laki bertubuh jangkung bernama Cagney yang kemudian diketahui sebagai tukang kebun Arundel Hall.

Arundel Hall adalah kompleks luas yang berisi beberapa bangunan. Keluarga Penderwick menempati vila tamu dibalik halaman belakang rumah utama besar yang ditempati Mrs. Tifton, seorang wanita pemilik Arundel Hall yang cantik tetapi luar biasa congkak. Setidaknya seperti itu yang dikatakan oleh Harry. Lalu, keseruan apa yang terjadi selama liburan musim panas Keluarga Penderwick?

***

Jadi, ternyata ini bukan novel fantasi, teman-teman sekalian! Ini adalah novel tentang keluarga Penderwick dan keseharian di tempat liburan musim panas mereka. Awalnya aku akan mengakhiri buku ini karena tidak sesuai ekspektasi sok tahuku, tapi semakin ke belakang membaca, semakin kompleks dan mengena juga ceritanya. Masing-masing dari kakak-beradik Penderwick memliki "masalah"-nya masing-masing.

Mari kita mulai dari si anak bungsu bernama Batty yang paling dengan dengan Hound, anjing Keluarga Penderwick. Batty sangat senang mengetahui Cagney memelihara kelinci di rumahnya dan selalu mengajak sang kakak datang ke sana setiap hari untuk memberikan wortel. Hal itu terhenti ketika kelinci Cagney hilang dan Batty merasa dirinya bersalah dan begitu kesal sampai ia pergi dari Arundel Hall.

Anak ketiga bernama Jane, gadis yang, mungkin, paling luas imajinasinya dari ketiga kakak-adiknya. Jane suka menulis dan bercita-cita menjadi novelis suatu hari nanti. Saat pergi ke Arundel, ia sedang memiliki proyek menulis sebuah cerita. Hingga beberapa hari sebelum mereka meninggalkan Arundel, Jane bertemu dengan seseorang yang mengaku dirinya orang penerbitan bernama Dexter. Seusai menyelesaikan ceritanya, Jane dengan berani mengajukan naskahnya kepada Dexter dan pria angkuh itu bilang naskahnya buruk.

Lalu, ada Skye. Seperti namanya, ia bermata biru (sky-eye) dan itu yang membedakan dirinya dengan saudari Penderwick lain. Skye jago matematika dan yang paling aktif dan paling berani. Hingga pada suatu ketika ia begitu kesal dan begitu frontal kepada Mrs. Tifton yang congkak itu.

Yang terakhir, dan merupakan anak sulung, bernama Rosalind. Kakak paling tua ini begitu dimabuk kepayang. Ingat tukang kebun Arundel itu? Ya, Rosalind terbayang-bayang oleh remaja itu, padahal usianya baru 12 tahun. Dan rasa mengasyikkannya itu membeku ketika melihat Cagney sedang bersama perempuan lain. Siapakah perempuan itu sebenarnya?

***

Setiap petualangan—alih-alih masalahyang terjadi pada kakak-beradik ini begitu pas dengan kadarnya yang juga wajar untuk masing-masing. Dan briliannya, setiap "petualangan" tersebut saling berkaitan! Yang awalnya merasa bosan, aku malah dibawa terus-terusan menemukan petualangan-petualangan berikutnya.

Yah, aku terlalu antusias menceritakan kakak-beradik Penderwick karena begitu menyentuh, bisa-bisa aku menceritakan semuanya. Beberapa bagian memberikan visi tentang bagaimana kakak-beradik seharusnya saling berperan, dan membuatku terenyuh karena hal itu tidak terjadi pada kehidupan pribadiku. Dengan membaca ini, aku jadi bisa merasakan arti kakak-beradik yang sebenarnya.

Aku tidak akan melupakan Jeffrey, anak Mrs. Tifton yang memiliki "petualangan"-nya sendiri dan kakak-beradik Penderwick yang coba membantu cowok itu. Aku juga tidak akan melupakan Churchie, seorang pelayan yang begitu penuh kasih. Dan Mr. Penderwick sendiri! Aku pikir dia ayah yang hebat, mengurusi empat anak perempuan itu bukan hal mudah. Buku ini sungguh sempurna. Aku berharap bisa bertemu Keluarga Penderwick dengan "petualangan" seru yang lain.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar