29 November 2014

Sabtu Bersama Bapak

Sampul
Judul : Sabtu Bersama Bapak
Pengarang : Adhitya Mulya
Penerbit : GagasMedia
Tahun : 2014
Dibaca : 19 November 2014
Rating : ★★★★★

Setelah lebih dari setahun berpisah, aku selalu sensitif dengan segala hal yang bersinggungan dengan "bapak". Dari lagu Titip Rindu Buat Ayah-nya Ebiet G. Ade hingga artikel-artikel yang menyangkut bahasan tentangnya. Juga dengan buku ini. Ulasan teman-teman blogger dan Goodreads yang "menyenangkan" tentang buku ini membuatku semakin tidak sabar membacanya.

Cerita yang sederhana. Sebuah keluarga dengan dua anak laki-laki menjadi fokus utama di dalamnya. Konflik terjadi ketika Sang Ayah yang memiliki penyakit berat divonis tidak hidup lebih lama. Karena anak-anaknya masih kecil dan pasti memerlukan sosok seorang ayah, Sang Ayah mencoba membuat video tentang petuah-petuah yang kelak akan dibutuhkan anak-anaknya.

Adalah Satya dan Cakra yang beruntung memiliki sosok ayah yang mempersiapkan segalanya untuk mereka. Setelah Sang Ayah meninggal, mereka selalu menonton videonya bersama Sang Ibu pada setiap hari sabtu. Hingga mereka berdua dewasa, rutinitas ini selalu mereka lakukan ketika membutuhkan orang sebagai panutan dan menunjukkan jalan bijak mereka. Setiap sabtu bersama Bapak.

***

Sungguh cerita yang sepertinya terlihat biasa. Setiap orang memiliki orang yang mereka sayangi dan suatu saat mereka harus melepasnya pergi untuk selamanya. Itulah yang kupelajari tentang kehidupan: menerima apa yang terjadi.

Bedanya dengan Satya dan Cakra, mereka masih bisa mendengar dan melihat sosok ayah mereka dari video-video yang mereka tonton. Jadi, mereka masih bisa, paling tidak, melepas kangen sejenak dengan sosok virtual yang pernah mengisi kehidupan mereka di masa lalu.

Banyak materi-materi dari buku ini yang menggugahku untuk menjadi sosok laki-laki yang baik; suami dan ayah yang selalu memikirkan keluarganya. Yang paling kuingat adalah laki-laki harus siap lahir dan batin sebelum meminang seorang perempuan. Lalu tentang bagaimana mengontrol diri saat menghadapi anak-anaknya. Dan banyak hal lain.

Karlslunde, Copenhagen, Denmark. Salah satu seting di buku ini.
Buku ini kujadikan buku lokal terfavorit sepanjang tahun ini. Melihat banyak hal yang nyaris sempurna. Editorial yang enak dibaca, typo yang hampir tidak ada. Juga tentang deskripsi bagaimana seolah-olah video Sang Ayah yang sedang ditonton Satya dan Cakra terlihat nyata. Satu hal lagi, tentang bagaimana cerita mengingatkanku dengan sosok ayahku sendiri.

Dan juga tentang penulis yang sangat brilian mengaduk perasaanku. Satu paragraf membuatku tertawa terbahak, paragraf selanjutnya membuatku menderai air mata. (Ini serius. Tentang "menderai air mata".) Salut!

Bagian yang menarik dan membuatku berpikir ada di halaman 150-151 dan halaman 224-226.

"Satya, Cakra ... suami-suami yang memperlakukan istri mereka seperti barang, adalah suami yang zolim." —Pak Gunawan (hal. 225)

1 komentar :

  1. good review. bikin penasaran banget.!!!
    www.katamahdi.wordpress.com

    BalasHapus