Edited by Me |
Beberapa waktu lalu, aku dan dua kenalan di Twitter sepakat melakukan baca bersama sebuah buku. Sayangnya, pada saat teman yang lain sudah menyelesaikannya, sekitar seminggu setelah hari dimulai, aku masih berada di halaman 30-an. Aku merasa terseok-seok dalam melanjutkannya. Pilihan bukunya memang bukan genre yang biasa kubaca; nonfiksi, lumayan serius, dan berbahasa inggris. Aku akhirnya memberanikan diri untuk bilang kepada keduanya bahwa aku tidak bisa menuntaskan buku tersebut. Walaupun dimaklumi oleh teman tersebut, ada rasa malu karena kupikir aku bisa menyelesaikannya dengan mudah. Belum lagi soal komitmen yang sama-sama dibuat di awal. Ini membuatku memikirkan apa saja yang perlu dipertimbangkan sebelum menentukan ikut/tidaknya sebuah baca bersama yang termasuk reading challenge ini.
Apa itu reading challenge? Tidak ada definisi terselubung, reading challenge adalah kegiatan menantang diri sendiri untuk membaca sebuah bacaan. Konteks bacaan di sini adalah buku. Kegiatan ini kerap dilakukan secara kolektif dan digagas oleh satu atau beberapa orang yang memilih sebuah buku untuk dibaca bersama. Penggagas kemudian akan mengajak pembaca lain untuk bergabung. Selain pilihan buku, jumlah bacaan dan bentuk tema/genre tertentu kerap menjadi objek dalam tantangan. Salah satu reading challenge yang masyhur di kalangan pembaca buku adalah Goodreads Reading Challenge yang digagas oleh platform basis data buku daring Goodreads. Dalam reading challenge tersebut, pengguna Goodreads ditantang untuk menentukan jumlah buku yang akan dibaca selama setahun. Pada akhir tahun, Goodreads akan menampilkan rekapilutasi keberhasilan reading challenge-nya di akun masing-masing pengguna yang turut serta.
Yang namanya reading challenge tentu saja menantang. Dan tantangan kerap memunculkan keseruan. Pembaca bisa mengajak pembaca lain untuk sama-sama “menikmati” tantangan itu. Mereka dapat bertukar opini tentang cerita atau topik dari buku yang sama-sama dibaca. Reading challenge juga efektif dalam memperkenalkan ragam bacaan kepada khalayak yang lebih luas dan mengajak lebih banyak orang untuk membaca. Pembaca pun bisa melakukan diskusi seusai melakukan reading challenge.
Meskipun demikian, ada hal lain lagi yang juga perlu diperhatikan di balik faedah-faedah tersebut. Pengalaman yang kuceritakan di awal menyadarkanku bahwa aku mesti mempertimbangkan kesanggupan diri sebelum memutuskan bergabung dalam reading challenge. Apa saja pertimbangan yang perlu disiapkan untuk mengantisipasi dampak gagalnya mengikuti sebuah reading challenge?
Objek tantangan
Penjelasan sebelumnya menyebutkan bahwa ada beberapa objek tantangan dalam reading challenge. Yang umum setidaknya ada tiga: jumlah tertentu, buku tertentu, dan genre/tema tertentu. Goodreads Reading Challenge merupakan kegiatan dengan objek tantangan jumlah tertentu yang disesuaikan oleh para pengguna platform tersebut. Objek tantangan buku tertentu kerap dilakukan oleh pembaca pada umumnya. Contoh: ketika seorang pengarang baru menerbitkan sebuah buku, pembaca yang memfavoritkannya akan bersama-sama melakukan kegiatan baca bersama atau reading challenge. Lalu, untuk genre/tema tertentu biasanya dilakukan oleh sebuah komunitas dan kerap dilakukan secara tahunan dengan genre/tema bacaan yang berbeda-beda setiap bulan.
Dengan mengetahui ketiganya, kamu bisa menaksir objek tantangan mana yang cocok denganmu. Kamu bisa menilik beberapa akun media sosial komunitas buku untuk mengikuti reading challenge. Ada komunitas Goodreads Indonesia dengan Tantangan Baca GRI-nya. Kamu bisa cek akun Twitter mereka di @bacaituseru untuk info lanjutan. Goodreads Reading Challenge milik Goodreads lumayan mudah untuk diikuti karena kamu bisa menantang diri sendiri dengan angka jumlah bacaan yang juga kamu patok sendiri. Masih terasa sulit? Coba ajak teman pembaca untuk membaca bersama-sama sebuah buku dalam rentang waktu yang kalian tentukan sendiri. Itu mungkin bisa jadi langkah awal.
Tantangan Baca GRI 2020 (Sumber: Twitter @bacaituseru) |
Waktu/durasi
Waktu sungguh penuh tipu daya. Pada satu titik, kamu berharap memiliki waktu untuk melakukan sesuatu. Namun pada titik berikutnya, waktu tiba-tiba sirna bak sosok pengkhianat. Itu membuat waktu harus selalu jadi bahan pertimbangan dalam apa pun—termasuk dalam mengikuti reading challenge. Setiap tantangan membaca punya durasinya masing-masing tergantung penggagasnya: satu tahun, satu bulan, bahkan ada yang satu atau minggu saja. Bila kamu seorang pembaca cepat, mengikuti reading challenge dalam rentang waktu yang singkat mungkin bukan masalah. Akan tetapi, hati-hati jika kamu adalah slow reader. Pikirkan dua kali untuk mengikuti kegiatan baca bersama yang diset dengan durasi waktu baca pendek. Dari kesemuanya, yang tak kalah penting adalah menilik rutinitas harianmu karena ini sungguh akan memengaruhi keleluasaanmu dalam membaca.
Jumlah halaman
Jumlah halaman termasuk hal krusial untuk dipertimbangkan jika ingin bergabung dalam reading challenge. Bedakan antara jumlah buku tertentu yang termasuk objek tantangan dan jumlah halaman bukunya. Cek lagi pilihan buku dalam reading challenge yang akan kamu ikuti: seberapa tebal? Buku dengan tebal 100-200 halaman—termasuk kategori tipis—mungkin bisa diselesaikan dalam waktu lima hari sampai seminggu. Buku dengan tebal 250-500 halaman (kategori sedang) bisa diselesaikan dalam waktu satu sampai dua minggu. Sementara itu, buku dengan lebih dari 500 halaman bisa dihabiskan dalam waktu sebulan. Bila kamu setuju dengan tingkatan tersebut, silakan ikuti reading challenge dengan ketentuan waktu baca yang sama. Ingatlah bahwa kamu sendiri yang bisa menaksir kemampuan membacamu.
Mood
Walaupun disebutkan terakhir, mood tidak kalah penting dalam menentukan keikutsertaan sebuah reading challenge. Perkirakan apa yang akan terjadi selama waktu tantangan membaca tersebut. Ikut saja bila terpantau bakal baik-baik saja, begitupun sebaliknya. Namun, mood ini memang rumit. Walaupun kamu begitu optimis di awal, kamu tidak tahu apa yang akan terjadi di tengah-tengah atau menjelang akhir. Bisa jadi mood jelek datang karena hal yang tak terduga sehingga mengganggu keberhasilan tantangan membaca. Yang perlu dilakukan: evaluasi ulang apakah kamu masih bisa meneruskan tantangannya atau kamu perlu berhenti. Opsi terakhir itu mungkin memberi kesan buruk bahwa kamu pengecut dan tidak memegang komitmen. Namun, itu tidak apa-apa. Dengan melakukannya, kamu berarti jujur dengan dirimu sendiri.
***
Terlepas dari pertimbangan-pertimbangan tersebut, reading challenge merupakan variasi dalam kegiatan membaca. Kamu bisa menantang diri sendiri untuk menikmati sebuah buku dan mungkin berdiskusi seusai menyelesaikannya bersama teman yang kamu ajak bergabung. Namun, bila kamu tidak/belum bisa menikmati cerita atau topik dalam buku tersebut, buat apa dipaksa terus melanjutkan? Kamu akan tertekan dan mungkin bahkan merasa cemas berlebihan karena tidak bisa menyelesaikan tantangannya. Luruh sudah keseruan dan faedah yang kamu cari saat mengikuti reading challenge.
Platform Goodreads memberikan fitur ubah jumlah bacaan dalam Goodreads Reading Challenge sehingga kamu bisa menyesuaikannya dalam rentang waktu reading challenge-nya. Kamu berhak mengubah (mengurangi) angkanya karena itu urusanmu dengan dirimu sendiri. Kamu pun tidak dilarang untuk berhenti mengikuti reading challenge apa pun di tengah jalan. Tapi ketika memutuskan berhenti, akan lebih baik jika kamu memberitahukannya kepada teman yang menggagas tantangan membaca itu lalu jelaskan alasannya. Pada akhirnya, membaca adalah kegiatan personal dirimu dengan cerita atau topik dalam buku yang kamu baca.
Jangan paksakan, baca saja yang bisa kamu selesaikan.
Dua bulan yang lalu aku pernah juga ikutan tantangan membaca dan kendalaku bukan di genrenya tapi ketersediaan bukunya. Yah walau nemu juga akhirnya buku yang diminta. Aku rasa ini juga bisa jadi pertimbangan;punya bukunya ga? Kalau ga punya bakal bisa dibeli ga? Kalau engga yah jangan dipaksa juga yah kan. Kadang ketika nemu tantangan seperti ini rasa semangat ingin berpartisipasi itu bisa buat lupa (mungkin) kita belum punya beberapa buku yang di minta dalam tantangan. TMI, kemarin itu tantangan bacanya perminggu itu beda tema gitu. Jadi yah otomatis sebulan ada 4 buku kan? Nah aku cuma punya 2 ternyata setelah dicari-cari wkwkw
BalasHapusKalau reading challenge (RC) JUDUL tertentu kadang males, karena seringnya yang dibaca adalah buku baru dan aku bukan tipe pembaca yang ‘kekinian’ alias membaca buku baru terbit. Makanya lebih nyaman ikut RC di Goodreads yang cuma nentuin jumlah, atau di GRI (atau grup lain) yang menentukan sebatas topik/tema. Dengan demikian, judul buku yang aku pilih untuk dibaca bisa kusesuaikan dengan kebutuhan, kesukaan, atau ketersediaan.
BalasHapusGoodreads RC itu sudah jadi kewajiban untuk saya ikuti. Memasang target bacaan bisa menjadi motivasi untuk membaca.
BalasHapusSaya biasanya menghindari RC yang durasi waktunya singkat, misalnya sebulan.
Jaman BBI masib aktif sekitar tahun 2013, ada banyak sekali RC bertebaran trus ada semacam link buat setoran reviewnya. Saya sampai membuat list penyelenggara RC, siapa yg ikut dan apa bacaannya. Hadiah2 RCnya waktu itu lumayan banget buat nambah2 timbunan #eh
Selama WFH waktu buat berangkat-pulang kantor dibuat baca babat timbunan sekalian RC GRI. Wah! Ternyata sudah melewati target padahal belum akhir tahun. Maka tambahkan target RC.
BalasHapusSaya masih kesulitan menyelesaikan satu judul buku. Rasanya banyak banget gangguan yang datang pas lagi membaca. Bisa 30 menit baca buku saja sudah bagus, kebanyakan nggak bisa selama itu.
BalasHapusAku jujur juga masih kesulitan, tapi mungkin sudah harus menjadi motivasi untuk catchup rutinitas yang positif.
BalasHapusJadi ingat tahun 2016 lalu, aku ikut banyak sekali reading challenge, termasuk yg ada di blog rafi ini. Hasilnya kacau, banyak yg gak selesai haha. Sampai sekarang cuma satu reading challenge yg terus kuikuti. Apalagi kalau bukan Goodreads RC. :D
BalasHapus