11 Desember 2013

The Hunger Games

Jadi, serial novel ini adalah salah satu yang "harus-dibaca" bagi para penggemar novel fantasi. Aku mengakuinya. Memang cerita fantasinya berbeda dengan yang lainnya. Walaupun sama-sama tentang kehancuran suatu negara atau wilayah yang biasa disebut novel bergenre distopia, tetapi ide ceritanya berbeda dengan yang lain.

Seri ini bercerita tentang suatu kondisi negara bernama Panem yang setiap tahun mengadakan acara tahunan sebagai bentuk rasa syukur dan rasa berterima kasih rakyat kepada pemimpin. Disini terlihat kepemimpinan yang otoriter sedang dijalankan oleh Panem.

Acara tahunan itu adalah The Hunger Games. Seperti namanya, acara ini merupakan permainan yang para pemainnya atau disebut "tribut" harus saling membunuh. Yang salah adalah para tribut ini harus berusia di bawah 18 tahun.

Nah... Nah... Menarik bukan? Berikut adalah ulasan trilogi The Hunger Games yang mana setiap filmnya masuk deretan teratas box office (walaupun sampai ulasan ini diturunkan, baru dua film yang sudah rilis). Ough!

***
Sampul
Judul : The Hunger Games
Pengarang : Suzanne Collins
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2009
Dibaca : 31 Oktober 2013
Rating : ★★★★
Akhirnya selesai juga. Seru! Suatu konsep dunia yang baru, layaknya The Maze Runner atau Delirium dengan aksi yang kental. Bela-belain baca dan membuat review se-dini hari ini.

Fantasi? Tentu saja aku mencari-cari ada entitas yang tidak biasa dalam ceritanya, tapi aku hanya bertemu gerombolan serigala berdiri di akhir cerita yang bahkan hanya lewat setengah hari saja. Itu yang membuatku mengurungkan membuat nilai sempurna.

Seorang anak dilahirkan untuk diundi dan diserahkan untuk mati dalam suatu "ajang pencarian bakat". Seperti X-Factor? Ya, harus ada pemenang. Tapi, tidak semudah dan sesimpel itu. Kau harus bertarung dan bertahan hidup hingga kau menjadi penghuni terakhir yang masih hidup. Penghuni Terakhir ya? Kayak ajang pencarian bakat di salah satu stasiun televisi nasional itu. Hahaha....

Tentang peraturan ajang tersebut tidak akan kuceritakan karena akan menghabiskan waktu. Tapi tentang pemikiran subjektifku akan ajang tersebut... Aku berpikir, berarti hampir di semua ajang pencarian bakat itu seperti ini di dunia nyata? Benarkah? Suatu waktu ada yang pernah bilang kalau ajang tersebut hanya untuk menarik para penonton dan sponsor agar bisa memberikan sumbangsihnya untuk acara. Semacam charity? Bukan, ini dilakukan dengan pamrih. Semua untung. Semua kebagian. Dan mungkin para peserta juga dibuat sedemikian rupa untuk berlaga layak drama. Atau mungkin dalam setiap minggunya sudah ditentukan siapa yang akan dieliminasi dan dibayar atas itu? Hmmm... pemikiran ini terlalu buruk. Tapi, siapa yang tahu?

Kembali ke novel, kisah ini menceritakan dua pasangan dalam satu ajang yang dipaksauntuk saling mencinta, dipaksa saling berakting untuk mendapat sponsor. Tapi, selain itu, mereka juga harus berjuang untuk hidup. Entah bagaimana hingga akhirnya mereka benar-benar jatuh cinta dalam kehidupan nyata, tanpa berpura-pura, tanpa naskah skrip, tanpa berakting. Bisakah?

Satu cerita yang bisa mengajarkan arti hidup dengan segala kamuflase agar manusia mendapatkan uang, tetap mengisi perut yang selalu ingin minta tambah, dan tetap hidup. Dengan superioritas diktator yang menganggap diri mereka pengatur kehidupan dan manusia menghamba dengan paksa kepadanya. Kehidupan yang mengerikan!

Semua itu berpadu dengan sikap rela berkorban dan tidak memikirkan diri sendiri. Itu yang mungkin dijelaskan dalam novel ini.

***
Sampul
Judul : Tersulut
Judul Asli : Catching Fire
Pengarang : Suzanne Collins
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2010
Dibaca : 8 November 2013
Rating : ★★★★

Buku kedua. Ketika cerita mulai menjadi lebih kompleks.

Tapi sebenarnya ini membosankan. Maksudku, dalam seri ini. Kenapa harus ada Hunger Games lagi? Walaupun dengan nama Quarter Quell, tapi kalau format permainannya sama, bagaimana pembaca (read: me) ingin lanjut membaca? Tidak! Tidak lima bintang!

Terlepas dari Hunger Games yang menguras tenaga dan jiwa, ide cerita yang sangat ditonjolkan disini adalah "pemberontakan". Kalau dengar kata berontak, pasti kita teringat akan tahu. Tahu berontak? Bukan, bukan. Kalau dengar kata berontak, pasti teringat tentang kehancuran daerah itu yang berlanjut ke akhir dunia.

Tapi novel ini belum. Belum akhir, masih pada bagian awal dan pada saat "deklarasi" tak bertoa yang memecah distrik-distrik di Panem untuk memulai. Seru? Pasti! Karena Katniss dan Peeta bahkan tidak tahu apa-apa mengenai rencana itu. Para peserta yang adalah para pemenang Hunger Games sebelumnya malah menjadi penggagas pemberontakan. Ah, pokoknya seru!

Lalu, penambahan karakter yang banyak memberi keberagaman dalam cerita. Sedikit pusing tentang siapa dari distrik mana, tapi selebihnya tidak masalah karena karakter utama seperti Katniss, Peeta, Gale masih lebih menonjol. Tapi ada karakter tambahan yang menonjol: Finnick. Si six-pack impian para wanita Capitol dari distrik... empat kalau tidak salah.

Tentang kisah cinta, mengingat seri ini ber-genre Young-Adult, Katniss dan Peeta masih memerankan sepasang kekasih, bahkan lebih seru lagi ketika Peeta memberitahu bahwa Katniss sedang hamil. Padahal ya, semua itu palsu... su... su...

Pelajaran yang dapat diambil adalah kesetiaan, bagaimana Katniss ingin berusaha agar Peeta tetap hidup. Bagaimana Finnick melindungi Katniss dan Peeta, pasangan pionir atas pemberontakan. 

Selanjutnya adalah rasa persatuan. Persatuan atas pemberontakan, atas sama-sama ditindas oleh Capitol dan ingin berubah. Persatuan ketika pemberontakan menjadi kunci untuk perubahan.

Jadi, setelah membaca buku satu, bacalah buku dua! Dan mungkin kalian ingin membaca buku ketiga...

***
Sampul
Judul : Mockingjay
Pengarang : Suzanne Collins
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2012
Dibaca : 11 Desember 2013
Rating : ★★★★

Bahagia. Senang. Itu perasaanku setelah membaca lengkap semua seri The Hunger Games ini. Sepertinya aku lolos mejadi menjadi seorang fanatik fantasi. Sebenarnya ini terlalu subjektif, tapi berilah keleluasaan untukku!

Selanjutnya apa? Sebelumnya di buku dua, Katniss tidak sadar atas apa yang dilakukannya di arena Quartel Quell karena dia benar-benar tidak tahu apa yang sedang direncanakan untuk dirinya. Di buku tiga, Katniss tetap menjadi seorang yang rapuh dilihat dari kondisi fisiknya yang menurun.

Distrik Tiga Belas, yang Capitol bilang sudah menjadi distrik yang hangus ternyata masih ada. Para penduduknya bersembunyi di lorong-lorong bawah tanah yang luas tanpa sepengetahuan Capitol dan distrik lain. Tiga belas menjadi savior bagi para korban yang selamat dari pengeboman di Distrik Dua Belas. Dua Belas sudah hancur dan tengkorak-tengkorak korban bergelimpangan di sana. Tiga Belas, bersama Presiden Alma Coin, menjadi 'hal yang sangat berpengaruh' dalam pergerakan pemberontakan.

Tidak. Aku tidak akan menceritakan secara detail tentang bagaimana kehidupan di Tiga Belas yang pastinya berbeda dengan di Dua Belas. Aku bercerita tentang pemberontakan. Katniss Everdeen menjadi pionir dalam tersulutnya api pemberontakan. Ia harus mempengaruhi seluruh distrik dalam pemberontakan melawan Capitol. Ia juga harus tampil sebagai Mockingjay untuk dapat memberikan rasa percaya pada seluruh warga Panem.

Sebenarnya buku ini hanya empat ratus dua puluh halaman, tapi aku kalang-kabut untuk menceritakan inti ceritanya karena setiap potongan cerita itu layaknya inti cerita. Itulah yang mungkin menjadi dasar pembuatan dua bagian film dalam satu buku ini.

Maaf, tapi aku bingung harus bercerita sampai mana agar tidak memberikan spoiler. Mungkin aku hanya akan bilang: pada akhirnya Katniss hidup bahagia bersama kedua anaknya dengan berbagai kematian tragis yang terus membayanginya. Tidak, Katniss tidak akan memberitahukan hal itu kepada anaknya hingga mereka dewasa dan mengerti.

Jadi, bagaimana cara Katniss mempengaruhi seluruh penduduk Panem untuk melakukan pemberontakan? Apakah Katniss berhasil menjatuhkan Capitol? Dan siapa saja nyawa yang dikorbankan atas pemberontakan itu? Tidak! Aku tidak akan menyebut satu pun sampai kalian mengetahuinya sendiri.

Cerita yang sangat memukau, aku tak pernah merasa begitu dalam mengikuti alur ceritanya yang mendebarkan. Dengan aksi yang sangat kental, kau tak akan pernah merasa bosan dan ingin terus membaca hingga akhir. Twist yang keren dan tidak terduga masih menjadi ciri khas penulis. Tidak lupa dengan kisah romansa antara Katniss dan Peeta atau ... Gale? Atau keduanya...

Kutipan dari Plutarch Heavensbee tentang filosofi manusia setelah semua kejadian yang menimpa negeri Panem, Capitol dan distrik-distrik:

"Pikiran kolektif biasanya tak berumur panjang. Manusia adalah makhluk plin-plan dan bodoh, dengan ingatan yang payah dan diberkahi kemampuan menghancurka diri sendiri. Walaupun tak ada yang bisa menerka masa depan, mungkin inilah saatnya perdamaian. Mungkin inilah saatnya menyaksikan evolusi manusia."

Jadi, akhir yang bahagia? Entahlah... Baca dan nilai sendiri!

Tidak ada komentar :

Posting Komentar