14 Januari 2016

Ulasan Buku: The Sword of Summer

Sampul
Judul : The Sword of Summer
(Magnus Chase and the Gods of Asgard #1)
Pengarang : Rick Riordan
Penerbit : Mizan Fantasi (Noura Books)
Tahun : 2015
Dibaca : 11 Januari 2016
Rating : ★★★★

Jadi, mari kita mulai dengan Rick Riordan. Penulis yang terkenal dengan karya fantasi-mitologi remaja bergaya konyol dan tengil ini sudah menjadi penulis favoritku sejak Percy Jackson yang kutemui sekitar tiga tahun lalu. Lucunya, aku yang tiga tahun lalu tidak tahu apa itu genre fantasi membaca seri "The Heroes of Olympus" terlebih dahulu yang seharusnya dibaca setelah seri "Percy Jackson and The Olympians". Lalu, aku merambah membaca "Kane Chronicles" dan hampir semua karyanya.

Berita tentang Rick membuat buku bertema mitologi Nordik sontak membuat penggemarnya histeris, termasuk aku. Bagaimana tidak? Selama ini penggemarnya hanya disuguhkan cerita tentang mitologi Yunani dan Romawi melulu. Malah banyak yang beranggapan kalau Rick susah move on. Dan sebagai implikasinya, aku membaca buku dengan tebal lebih dari 600 halaman ini hanya dalam waktu empat hari, yang menurutku adalah suatu pencapaian.

***

Magnus Chase adalah gelandangan berumur 16 tahun, berambut pirang gondrong, dan kata ibunya mirip Kurt Cobain. Sudah dua tahun ia benar-benar hidup di jalanan bersama Blitz dan Hearth. Mereka berdua dianggap orangtua Magnus karena selalu ada di dekatnya. Dan Blitz-lah yang memberi tahu Magnus bahwa ada dua orang layaknya ayah dan anak perempuannya membagi-bagikan selebaran yang memuat nama dan foto Magnus.

Magnus sedang berada di Jembatan Longfellow bersama Randolph. Pamannya meminta Magnus mencari pedang yang sudah ditakdirkan menjadi miliknya. Magnus tentu kebingungan setengah mati. Pedang itu tertarik begitu saja ke tangannya layaknya palu Thor yang tertarik otomatis ke tangan Thor. Pedang itu menarik perhatian sang raksasa api hingga Magnus akhirnya mati.

***

Kamu pasti bertanya-tanya kalau Magnus mati, ceritanya berakhir kan? Lalu kenapa bukunya tebal sekali? Tentu saja kamu harus membacanya sendiri karena buku ini menyuguhkan petualangan yang seru, seperti kebanyakan karya Rick sebelumnya. Selain itu, kekonyolan dan humor garing berceceran di mana-mana. Aku sempat tergelak beberapa kali karena humornya sungguh bisa membuat orang yang sedih menjadi ceria kembali. Serius deh.

Jembatan Longfellow di Boston, Amerika Serikat
Teman memberi penilaian kecil terhadap buku ini. Alasan dia cuma satu: bosan dengan plot cerita dalam karya Rick yang itu-itu saja. Kuakui memang begitu adanya. Serius. Satu anak awam dewa lalu harus mengemban misi yang harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu, bertemu dengan makhluk aneh (bila dewa-dewi juga termasuk), membuat hidupnya berubah 180 derajat.

Aku, entah kenapa, masih merasakan hawa menyenangkan ketika membaca Magnus Chase. Walaupun plot yang diberikan hampir seragam dengan yang lain, eksekusi yang diambil tentu saja berbeda. Wawasan tentang mitologi Nordik menjadikan candu tersendiri dengan informasi-informasi tentang siapa itu Loki dan Thor, juga dewa-dewi lainnya. Pembaca diajak belajar mengenai mitologi dengan cara yang berbeda, cara yang mengasyikkan malah. Itu yang aku suka dari setiap cerita bertema mitologi karya Rick!

Dan, mengenai nama belakang Magnus yang sama dengan Annabeth, mereka memang sepupuan. Annabeth bahkan muncul di awal dan akhir. Aku suka pada bagian ketika mereka berdua mengobrol dan berakhir dengan taruhan pengalaman milik siapa yang paling aneh. Aku bertanya-tanya bagaimana sebuah keluarga menjadi begitu penting bagi para dewa-dewi. Mungkin nanti Rick akan membuat crossover Yunani-Romawi dengan Nordik, seperti yang sudah dibuatnya dengan seri "Percy Jackson & Kane Chronicles Crossover".

Aku tidak sabar menunggu "The Hammer of Thor", buku kedua seri ini. Semoga tidak ada kendala yang berarti dalam penerbitan terjemahannya di Indonesia. Sejauh ini, aku merasa puas sebagai penggemar akut Rick Riordan. Penerbit selalu menerbitkan buku-bukunya hampir berbarengan dengan penerbitan di Amerika Serikat sana. Walaupun terkadang terlambat juga.

"Seseorang pernah memberitahuku bahwa pengorbanan seorang pahlawan harus muncul secara spontan—reaksi heroik yang tulen ketika menghadapi krisis. Munculnya harus ikhlas, dari hati, tanpa mengharapkan imbalan." (hal. 528)

Ulasan ini untuk tantangan:
1. Lucky No.15 Reading Challenge kategori Chunky Brick
2. FSFD Reading Challenge 2016 kategori [5] Crunchy Pillow
3. Young Adult Reading Challenge 2016

Tidak ada komentar :

Posting Komentar