Judul : Anna Dressed in Blood (Anna, #1)
Pengarang : Kendare Blake
Penerbit : Mizan Fantasi (Noura Books)
Penerbit : Mizan Fantasi (Noura Books)
Tahun : 2014
Dibaca : 15 November 2014
Rating : ★★
Jujur saja, awalnya aku tertarik dengan Anna, bagaimana bisa sesosok hantu bisa berhubungan "manis" dengan orang hidup? Yah, namanya juga novel, semua hal bisa terjadi. Selain itu, aku memang suka dengan cerita bertema hantu seperti ini. Lalu, dengan bangganya aku membeli buku yang baru terbit ini.
Cas, sang tokoh utama, adalah remaja yang tidak pernah tinggal lama dalam satu kota. Dia berpindah-pindah bersama ibunya sesuai dengan permintaan memburu hantu. Mereka memang keluarga pemburu hantu keturunan Wicca. Wicca merupakan aliran spiritual asal Inggris yang mengakui bahwa kedua unsur feminin dan maskulin terkait dengan Dewa-Dewi. Menarik bukan? Untuk lebih lanjut, bisa baca di situs ini.
Jadi, Cas dan ibunya pindah ke Thunder Bay untuk memburu hantu bernama Anna. Anna adalah hantu fenomenal yang sudah membunuh banyak orang yang sengaja atau tidak, masuk ke rumah tuanya. Hingga suatu ketika Cas dan Anna bertemu. Kisah mereka berdua pun dimulai.
Ceritanya sebenarnya menarik, aku yakin kau mau membacanya. Juga membuatku lebih terbuka dengan sosok-sosok hantu dan kesunyian malam nan gelap. Aku sempat merinding dan meringis membaca penggambaran bagaimana hantu-hantu dalam buku ini menemui ajalnya. Yah, tapi cukup sampai di situ saja. Semakin lama kubaca, semakin aku yakin bahwa aku tidak begitu menyukai gaya bercerita penulis. Suntingan terjemahannya pun tidak membantu.
Pertama adalah tentang cara penulis mendeskripsikan Cas sebagai tokoh utama dengan sudut pandang orang pertama. Awal sekali aku membaca bahwa si 'Aku' ini adalah perempuan dengan narasi perasa dan feminin yang kental. Tapi, ternyata bukan. Itu saja sudah membuatku berpikir bahwa penulis kurang sukses dengan tokoh utama dengan sudut pandang orang pertama laki-laki.
Kedua, tentang konsep cerita yang melenceng. Di bagian tengah cerita, aku membaca bahwa hantu itu tidak memiliki daging dan darah. Tapi, di akhir cerita —yang sangat menentukanku untuk terkesan atau tidak— malah tidak sesuai dengan konsep tidak memiliki daging dan darah. Mungkin, hal kecil seperti ini tidak terlalu penting karena kau masih bisa membacanya tanpa peduli. Tapi buatku ini sudah salah kaprah.
Ketiga. Aku tidak tahu apa karena terjemahan dan suntingannya atau memang sudah dari 'sononya' seperti itu. Gaya narasinya sungguh tidak menggali karakter yang membekas di ingatanku. Aku sampai saat ini hanya teringat bahwa Cas adalah remaja lelaki pemburu hantu. Anna adalah hantu perempuan fenomenal. Sudah.
Dan yang terakhir, banyak sekali typo dan bahasa yang terlalu kaku. Aku sempat diberitahu oleh penerjemah bahwa dia juga kaget karena ada perbedaan naskah setelah diterjemahkan dan naskah setelah diterbitkan. Yah, aku mengapresiasi penerjemah yang sudah bekerja keras menjelaskan padaku. Hal ini jadi pembelajaran buatku ke depan, sebagai penyunting untuk selalu berkomunikasi dengan penerjemah atas proyek naskah yang sama.
Sepertinya masih banyak yang mau kujelaskan lagi. Tapi, sepertinya tidak perlu. Semoga ke depannya lebih baik lagi.
***
Cas, sang tokoh utama, adalah remaja yang tidak pernah tinggal lama dalam satu kota. Dia berpindah-pindah bersama ibunya sesuai dengan permintaan memburu hantu. Mereka memang keluarga pemburu hantu keturunan Wicca. Wicca merupakan aliran spiritual asal Inggris yang mengakui bahwa kedua unsur feminin dan maskulin terkait dengan Dewa-Dewi. Menarik bukan? Untuk lebih lanjut, bisa baca di situs ini.
Thunder Bay, kota di Kanada |
***
Ceritanya sebenarnya menarik, aku yakin kau mau membacanya. Juga membuatku lebih terbuka dengan sosok-sosok hantu dan kesunyian malam nan gelap. Aku sempat merinding dan meringis membaca penggambaran bagaimana hantu-hantu dalam buku ini menemui ajalnya. Yah, tapi cukup sampai di situ saja. Semakin lama kubaca, semakin aku yakin bahwa aku tidak begitu menyukai gaya bercerita penulis. Suntingan terjemahannya pun tidak membantu.
Athame, senjata Cas untuk memburu hantu |
Kedua, tentang konsep cerita yang melenceng. Di bagian tengah cerita, aku membaca bahwa hantu itu tidak memiliki daging dan darah. Tapi, di akhir cerita —yang sangat menentukanku untuk terkesan atau tidak— malah tidak sesuai dengan konsep tidak memiliki daging dan darah. Mungkin, hal kecil seperti ini tidak terlalu penting karena kau masih bisa membacanya tanpa peduli. Tapi buatku ini sudah salah kaprah.
Ketiga. Aku tidak tahu apa karena terjemahan dan suntingannya atau memang sudah dari 'sononya' seperti itu. Gaya narasinya sungguh tidak menggali karakter yang membekas di ingatanku. Aku sampai saat ini hanya teringat bahwa Cas adalah remaja lelaki pemburu hantu. Anna adalah hantu perempuan fenomenal. Sudah.
Post-it-nya banyak |
Sepertinya masih banyak yang mau kujelaskan lagi. Tapi, sepertinya tidak perlu. Semoga ke depannya lebih baik lagi.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar