Judul : Silver Phoenix
Pengarang : Cindy Pon
Penerbit : Mahda Books
Tahun : 2009
Dibaca : 14 Februari 2014
Rating : ★★★★
Nah, begini. Ini adalah novel fantasi bangsa Timur
pertama yang aku baca dan ini juga adalah novel dengan kisah romansa tidak
kental tetapi memikat yang aku sukai. Tidak banyak novel dengan kisah romansa
yang aku suka. Tapi, akhir-akhir ini aku mendapatkannya. Atau mungkin aku
memang sedang berjalan menuju menyukai kisah romansa. Entahlah.
Awalnya aku pikir novel ini bercerita tentang
perempuan dan naga peliharaannya-mengingat di setiap babnya terdapat ilustrasi
naga; atau perempuan yang menjelma menjadi phoenix.
Opsi yang kedua ada benarnya, tapi tidak seluruhnya
benar. Karena perempuan, atau disebut gadis karena umurnya 17 bernama Ai Ling
ini adalah hasil reinkernasi seorang atau seekor Silver Phoenix. Tapi
asal-usul Silver Phoenix ini tidak diceritakan secara gamblang dalam novel.
Kita akan membicarakan Ai Ling, seorang gadis yang hidup
di Negeri Xian. Di usianya yang beranjak dewasa Ai Ling dihadapkan dalam
perjodohan yang memuakkan. Ai Ling tidak menyukainya, tentu saja. Ai Ling juga
berpikir bahwa dirinya masih belum siap untuk hidup bersama laki-laki lain
selain ayahnya.
Negeri Xian. Negeri dimana kerajaan menjadi pusat
pemerintahan. Negeri dimana mitos-mitos leluhur masih dipercaya sebagian
rakyatnya. Negeri dimana Buku Kematian dan Buku Negeri-Negeri di Atas masih
disimpan di rak-rak tersembunyi. Negeri dimana Ai Ling harus menempuh
perjalanan untuk mencari ayahnya, Master Wen.
Master Wen adalah mantan cendekiawan Istana; seorang penasihat
kerajaan Xian pada masa itu. Master Wen akan melakukan perjalanan singkat ke
Istana yang ujarnya tidak memakan waktu lebih dari dua bulan untuk kembali.
Tapi sudah berbulan-bulan sejak saat itu, Ai Ling merasa ada yang tidak beres
dan harus menyusul.
Dengan setengah hati, Ai Ling meninggalkan ibunya di rumah. Ai Ling memantapkan diri dan pergi. Singkat cerita, Ai Ling
bertemu Chen Yong, pria 18 tahun di tengah perjalanan. Nah, nah, kalian sudah
menebak-nebak kelanjutannya. Mereka memiliki satu tujuan yang sama: Istana. Tetapi
dengan misi yang berbeda: Chen Yong ingin mencari tahu tentang asal-usul orang
tuanya.
Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan hal-hal aneh
dan menakjubkan. Seperti Negeri di Atas Awan yang benar-benar ada, dengan Naga
Putih yang mengantarkan mereka kesana. Mereka bertemu seorang Dewi dan Makhluk
Abadi lainnya. Menyenangkan, tapi juga berisiko.
“Hidup melebihi kehidupan yang diberikan kita adalah tindakan yang salah.” (hal. 341)
Sebenarnya ide cerita dan misi tokoh yang penulis buat
cukup sederhana. Tetapi intrik dan improvisasi yang penulis bangun sangat
memikat. Kalian tahu, bila kalian sedang dalam perjalanan pulang kampung dan
melihat pemandangan indah dalam perjalanan sehingga melupakan waktu; tahu-tahu
kalian sampai ke tempat tujuan. Seperti itulah…
Selain itu, kisah ini memberikan pengetahuan tentang
kehidupan di negeri Timur. Banyak makanan dan tanaman-tanaman disebutkan di
sela-sela cerita. Dan itu… sangat terdeskripsi dengan jelas. Makanan yang
diceritakan membuatku lapar dan ingin melahapnya. Tanaman yang disinggung
membuatku seolah mencium bau harumnya.
Ah, seperti inilah sebenarnya penulis yang cerdas!
Membuat pembaca nyaman dan ingin terus membaca hingga akhir. Dan kisah cintanya
Ai Ling… Tidak mungkin Ai Ling menyukai Chen Yong karena dia tidak
menyatakannya. Tapi, siapa tahu isi hati seseorang?
Good work, Ms. Pon!
Tidak ada komentar :
Posting Komentar