09 November 2016

Genius: Kisah 'Bromance' Penulis dan Editornya

Edited by Me

Sejujurnya aku harus menghitung banyak kancing dari baju yang kumiliki tentang haruskah aku menuliskan ulasan "Genius" atau tidak. Ini tentu beralasan. Aku tidak pernah sekalipun menulis ulasan film. Aku tidak tahu variabel-variabel yang harus diulas, tidak mengerti batasan sejauh mana aku harus menceritakan kisah di dalamnya, juga yang terpenting apakah nantinya aku malah membuat semacam *spoiler* yang sebagian besar orang membencinya. Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang sepertinya membuat karakter terlalu-banyak-berpikirku bekerja dengan baik. Tapi toh film adalah bentuk lain dari sebuah 'cerita' yang pastinya memiliki poin-poin untuk diulas.

***

Hari yang basah pada 1929 di New York, Maxwell 'Max' Perkins (diperankan oleh Colin Firth) dimohon untuk memeriksa sebuah naskah dari Aline Bernstein (diperankan oleh Nicole Kidman) yang adalah seorang desainer panggung. Lucunya, itu bukan naskah yang ditulisnya, naskah tersebut adalah milik Thomas 'Tom' Wolfe (diperankan oleh Jude Law) yang diakui sebagai "orang yang dilindungi" oleh wanita berparas cantik itu. Max membaca naskah tersebut seketika itu juga, bahkan membawanya ke rumah karena ia tidak berhenti membaca. Ada yang unik dari naskah yang sudah ditolak banyak penerbit lain itu. Keesokan harinya, Max meminta Tom datang ke kantor Charles Scribner's Sons. Sang editor memberitahukan penulis bahwa naskahnya akan naik cetak dan dijual ke publik.

Tom begitu senang dan mendedikasikan buku pertamanya yang awalnya ia beri judul "O Lost" itu kepada Aline Bernstein—bisa dibilang kekasihnya. Tak dinyana, "Look Homeward, Angel" menjadi buku terlarik di Amerika Serikat kala itu. Semua orang mengelu-elukan sang penulis. Ia diminta untuk cepat-cepat menerbitkan karya berikutnya. Dan pada saat itulah ketenarannya harus dibayar. Ia menulis satu naskah berjumlah puluhan ribu lembar tulisan yang jika dihitung-hitung bisa mencapai 5.000 halaman untuk sekali cetak. Max memintanya untuk bekerja keras memotong bagian-bagian yang tidak diperlukan. Tom menurut. Karena ia lebih sering bersama dengan Max, Aline tersulut api dan berulah. Ada apa sebenarnya di balik kisah Tom dan Max? Kenapa Aline begitu cemburu akan kedekatan mereka berdua?

***

Aku ingin mengatakan bahwa "Genius" adalah film tentang kehidupan seorang penulis dan editornya yang begitu dekat. Persis sama dengan kisah-kisah penulis dan editornya pada zaman sekarang, namun yang ini lebih klasik. Film ini diadaptasi dari sebuah biografi karya A. Scott Berg berjudul "Max Perkins: Editor of Genius". Sebuah film yang aku rekomendasikan kepada para penyuka literasi. Aku akan menjelaskan alasannya.

Poster Film "Genius" (2016)

Max Perkins adalah penemu penulis-penulis genius seperti penulis "The Old Man and the Sea" Ernest Hemingway, penulis "The Great Gatsby" F. Scott Fitzgerald, dan tentu saja Thomas Wolfe. Ia memiliki seorang istri dan lima anak perempuan. Sebenarnya, ia sangat menginginkan anak laki-laki, namun waktu berlalu cepat dan ia sadar bahwa ia tidak akan memiliki anak laki-laki. Ketika Tom datang, ia sumringah. Max membawa Tom ke rumah untuk bertemu istri dan anak-anaknya. Anak paling kecilnya bahkan sangat menyukai Tom. Hingga masa-masa sulit itu datang.

Istri Max begitu geram karena sang editor tidak bisa ikut bertamasya bersamanya dan kelima anak perempuannya. Aline juga geram karena Tom, sang penulis, tidak bisa hadir dalam pentas opera yang sangat penting baginya. Hal itu terjadi saat Tom dan Max harus bekerja keras memangkas puluhan ribu lembar naskah pada buku keduanya. Walaupun buku cetaknya masih begitu tebal, setidaknya mereka berdua berhasil melakukannya dan "Of Time and the River" akhirnya terbit. Mereka tahu mereka telah mengorbankan banyak hal. Bakat liar Tom berhasil dijinakkan oleh Max.

Aku tidak akan membicarakan soal akting dari tiap aktor dan aktris. Tidak juga membicarakan soal sinematografi yang bahkan aku tidak mengerti apa yang harus diulas darinya. Sudah kubilang aku tidak kompeten dalam mengulas film. Tapi aku akan berkomentar tentang pesan yang ingin disampaikan sampai di benakku. Aku melihat hubungan antara Tom dan Max tidak berlebihan seperti anggapan Aline dan istri Max. Mereka hanya melakukan pekerjaannya sesuai dedikasinya. Mereka harus bekerja lebih keras untuk menerbitkan buku kedua Tom yang bahkan butuh lebih dari setahun untuk melakukannya. Dan itu sangat jelas. Max juga masih sering bertemu dengan Ernest Hemingway dan F. Scott Fitzgerald.

Melalui film ini, aku mendapati dua hal krusial yang harus dilakukan oleh semua editor: berdedikasi dan melakukan hubungan baik dengan para penulisnya. Dua hal yang sepertinya sulit dilakukan pada zaman sekarang mengingat satu editor bisa menyunting puluhan naskah siap terbit dari banyak penulis. Dan bagaimana mungkin ia bisa berkunjung ke tempat para penulisnya sedangkan naskah di mejanya masih terus mengalir tanpa jeda? Namun itu memang harus dilakukan. Yah, setidaknya kini bertegur sapa melalui media sosial sudah bisa dibilang silaturahmi.

Perpisahan memang menjadi akhir yang menyebalkan. Max akhirnya menerima surat yang ditulis Tom kala saat-saat terakhirnya di rumah sakit. Surat tersebut kurang lebih berisi betapa ia sangat menjunjung tinggi sang editor. Tom berterima kasih pada Max karena telah membukakan jendela hidupnya. Yah, hal-hal dramatis memang selalu disukai oleh para penikmat film bukan. Itu membikin kita mengetahui seberapa besar kadar emosi yang tersimpan dalam hati dan pikiran. Jadi, kenapa tidak menontonnya saja? Atau mungkin kamu malah sudah menontonnya lebih dulu? Ceritakan padaku pendapatmu!

8 komentar :

  1. Ajib! Dapet tambahan referensi film selain korea-an :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. gantian dong, Mba Sinta yang kasih rekomendasi film Korea. :D

      Hapus
  2. Bagus nih, para bintangnya pada cetar semua 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awalnya aku nggak perhatikan siapa aja aktor dan aktrisnya. Pas cek, ternyata emang bintang cetar semua. Hahaha.

      Hapus
  3. kalo aku merasa max memang menganakemaskan tom sih. mungkin karena dia ngerasa tom berbakat dan sayang kalo gak dibimbing. oya ada kalimat yang kuingat di film ini: sebenarnya tugas editor itu membuat buku yang bagus, atau buku yang berbeda (kalimatnya lupa, tapi kira2 begitu 😂). anyway, nice review 😉😉

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah, sudut pandang itu memang benar adanya sih. Tapi memang menganakemaskannya itu beralasan. Trims sudah berkunjung ya. 😄

      Hapus
  4. Wah ceritanya menarik ya :D jadi penasaran ingin nonton juga :D btw, selamat telah berhasil menulis resensi film :) untuk pemula, resensi loe bagus :)

    BalasHapus