31 Agustus 2016

Fiksi Sejarah yang Sudah Dibaca

Edited by Me
Sedikit kecewa dengan diri sendiri karena tadinya akan membaca paling tidak buku genre fiksi sejarah untuk bulan ini tetapi tidak ada satu pun yang selesai. Sebenarnya aku sedang membaca "Semua untuk Hindia", sebuah kumpulan cerpen bertema kolonial karya Iksana Banu. Mungkin karena (1) aku membacanya via digital dan (2) minggu-minggu terakhir bulan ini sedikit tidak bisa mengontrol bahan bacaan, aku tidak bisa menyelesaikan buku tersebut tepat waktu.

Nah, karena komitmen awal untuk berpartisipasi dalam setiap Posting Bareng BBI 2016, jadi aku harus memutar otak agar tetap bisa membuat artikel tentang tema bulan Agustus ini. Fiksi sejarah merupakan salah satu genre favorit yang selalu ingin terus membaca kisah-kisah masa lalu nan historis. Jadi, bila disuruh menyebutkan buku-buku fiksi sejarah Indonesia yang sudah kubaca, aku bisa menyebutkannya. Dalam artikel ini, aku membuat bacaan fiksi sejarah lokal yang sudah kubaca bertajuk "Fiksi Sejarah yang Sudah Dibaca".

27 Agustus 2016

Ulasan Buku: Apa Pun selain Hujan

Pengarang : Orizuka
Penerbit : GagasMedia
Tahun : 2016
Dibaca : 27 Agustus 2016
Rating : ★★★

"Sering kali, Wira berharap bisa tinggal di suatu tempat di mana hujan tidak pernah turun." (hal. 19)

Beberapa waktu lalu aku memantau salah satu akun Twitter penggemar film yang membahas soal ketakutan. Akun tersebut mencoba mengemukakannya dengan badut yang mengerikan dari "It", sebuah mini-seri tahun 1990 dan si admin mengaku trauma dengan badut setelah menontonnya. Lalu ia melempar pertanyaan tentang apa hal yang paling menakutkan bagi followers-nya dan jawabannya sungguh beragam. Ada yang takut dengan kolong tempat tidur sehingga sebisa mungkin ia harus tidur di kasur yang tak berkolong. Lalu, bagaimana dengan mereka yang trauma dengan hujan?

***

Adalah Wira, cowok yang sangat takut dengan hujan. Saking takutnya, ia sampai tidak mau memakai payung untuk menerjang hujan. Tentu hal itu beralasan, ia tak pernah lupa pada masa lalu yang dilaluinya kala hujan. Ia melihat sahabatnya, Faiz, yang tak sadarkan diri dibawa mobil ambulans. Bersama Nadine, ia mengejar sia-sia mobil ambulans tersebut bersama hujan yang membasahi dobok-nya dengan kuyup.

Wira tahu ia tidak akan sama lagi setelah kejadian itu. Beberapa waktu setelahnya, ia dan Nadine berjanji untuk tidak lagi mengenakan dobok dan membakar seragam taekwondo mereka berdua. Wira memilih tinggal bersama sang nenek di Malang untuk melanjutkan studinya di Fakultas Teknik Sipil Universitas Brawijaya. Satu hal saja yang ia simpan rapat-rapat: ia meninggalkan Jakarta untuk menghapus masa lalunya. Apakah ia berhasil?

23 Agustus 2016

Ulasan Buku: Kereta Tidur

Judul : Kereta Tidur
Pengarang : Avianti Armand
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2011
Dibaca : 17 Agustus 2016 (via SCOOP)
Rating : ★★★★

"Mesaud dan Sania membuka tutup peti itu. Di dasarnya, mereka menemukan sebuah pintu. Di balik pintu itu terhampar semua yang mereka inginkan. Sejenak mereka berpandangan, tersenyum, lalu sambil bergandengan tangan, melangkah masuk." - Dongeng dari Gibraltar (hal. 27-28)

Kapan terakhir kali membaca kumpulan cerpen ya? Sekitar satu atau dua bulan lalu. Kumpulan cerita memang punya daya pikat tersendiri. Pembaca dibawa merasakan secuplik kisah yang tidak lama untuk disimak namun bisa jadi tidak sebentar melekat di benak. Yakinlah bahwa dari sekumpulan cerita dalam sebuah buku terdapat satu kisah yang menggema dalam ruangmu. Aku mendapatkannya pada cerita yang berjudul "Sempurna" di buku ini. Dan kalau boleh, aku akan menempatkan "Dongeng dari Gibraltar" dan "Perempuan Tua dalam Kepala" di urutan berikutnya.

***

"Sempurna" berkisah tentang seorang gadis yang hidupnya sempurna dari segala sisi; paras, harta, hingga lelaki yang mencintainya. Kesempurnaan itu hancur ketika sang kekasih memberi tahunya bahwa mereka tidak bisa bersama lagi karena sudah memiliki wanita pujaan lain. Saat itulah sang gadis merasa hancur. Ia melakukan hal nekat pada lelaki tersebut; sebuah perlakuan yang dianggapnya sempurna.

17 Agustus 2016

Ulasan Buku: Genduk

Judul : Genduk
Pengarang : Sundari Mardjuki
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2016
Dibaca : 13 Agustus 2016 (via SCOOP)
Rating : ★★★★

"Nduk, anakku, dalam hidup jangan sekali pun kamu menggantungkan diri pada orang lain. Kamu hanya boleh bergantung padaku Dan aku akan berusaha sekuat tenaga agar kita bisa hidup." (hal. 25)

Senang, akhirnya membaca buku berkultur Indonesia nan kental seperti buku ini. Tidak ada ekspektasi macam-macam perihal buku yang baru diluncurkan beberapa minggu lalu. Hanya alasan sederhana: ingin membaca fiksi bernuansa lokal yang begitu kurindukan. Mungkin terlalu penat dengan kehidupan kota yang serbacepat. Atau mungkin hanya rindu akan "rindu" yang sudah lama tak kurasakan. Yha~

***

Genduk gerah dirinya selalu diejek bocah yatim karena sedari kecil ayahnya pergi entah ke mana. Hingga suatu ketika ia begitu naik pitam ketika biyungnya tidak bisa mengabulkan permintaan kecilnya: rok sayak warna oranye ubi jalar seperti yang baru dimiliki oleh Sumiati. Padahal Biyung sudah panen tembakau dan seharusnya sudah mendapatkan uang. Tak dinyana ternyata tembakau panenannya yang diserahkan kepada tengkulak dan tak ada kabarnya lagi.

Pikirannya membuncah. Tidak keruan perasaannya. Ia harus melakukan sesuatu. Ia harus ke Kota Parakan untuk mencari ayahnya. Sedari dulu ia yakin ayahnya masih hidup, tidak seperti ejekan orang-orang kepadanya kalau dia anak yatim. Ia berangkat pagi itu berbekal kantong kresek yang berisi satu lembar baju. Dengan perasaan gundah, ia melangkah menuju kota yang bahkan tak pernah ia jejaki selama hidupnya.

14 Agustus 2016

Ulasan Buku: The Book of Forbidden Feelings

Judul : The Book of Forbidden Feelings
Pengarang : Lala Bohang
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2016
Dibaca : 8 Agustus 2016
Rating : ★★★

Beberapa hari lalu aku coba mengikuti tes feminin-maskulin di salah satu situs. Entah benar atau tidak, kadar femininku lebih besar ketimbang maskulin. Percaya tidak percaya sih. Sepertinya bila buku ini dikhususkan kepada pembaca wanita itu tidak mungkin. Tapi buku ini bahkan terlalu feminin untuk pembaca pria-yang-katanya-feminin sepertiku.

***

Putus asa. Depresi. Sedih. Tidak berminat pada kehidupan. Bermuram durja. Kosong. Patah hati. Dan banyak hal lainnya bisa kau temukan dalam buku ini. Memang semuanya tentang yang tidak semestinya dibicarakan, seperti judulnya. Tapi tahukah kau bahwa perasaan-perasaan di atas sebenarnya butuh diapresiasi? Melalui tulisan-tulisan Lala pada buku ini, semuanya terdeskripsikan secara gamblang.

***

Buku ini berisi puisi dan prosa berbahasa Inggris karya penulis yang hampir semuanya membicarakan sisi gelap seseorang. Setelah membaca buku ini, aku diberi tahu tentangbersikap sewajarnya di dunia yang serbapalsu ini. Nah. Nah. Dari mana aku membuat konklusi "serbapalsu" itu? Itu hanya sarkasme seperti puisi yang berceceran di buku ini. Tapi sebenarnya ada benarnya juga kan? Coba pikirkan apa yang kau lakukan ketika orang yang kaubenci sedang berbicara di hadapanmu namun dia adalah atasanmu. Kau pasti tidak terang-terangan mengemukakan kebencianmu. Bila begitu, mungkin kau akan dipecat. Jadi, kau akan terus memulas senyum di bibir dan mencoba untuk bersikap wajar terhadapnya. Nah, jika begitu, apakah itu keadaan yang "jujur"?

06 Agustus 2016

Ulasan Buku: Herr Der Diebe

Judul : Pangeran Pencuri
Judul Asli : Herr Der Diebe
Pengarang : Cornelia Funke
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2011
Dibaca : 6 Agustus 2016
Rating : ★★★★

"Jauh lebih praktis kalau kita tetap kecil. Kita tidak terlalu menarik perhatian, dan kita juga lebih cepat kenyang. Kau tahu apa yang selalu dikatakan Scipio? Anak-anak seperti ulat dan orang dewasa seperti kupu-kupu. Dan tidak ada kupu-kupu yang masih ingat bagaimana rasanya menjadi ulat." (hal. 60-61)

Ketika Makan siang kemarin, rekan kerjaku sempat bilang, "Kita selalu menginginkan hal yang tidak miliki." Hal itu sehubungan dengan katering makan siang yang disediakan kantor dan sebagian karyawan merasa bosan karena menu yang disajikan monoton. "Kalo nggak pake katering, pasti kita mendambakan makan siang yang praktis dan cepat seperti ini," sambungnya.

***

Prosper dan Bo, kakak-beradik yang melarikan diri dari sang bibi. Sepeninggalan ibu mereka, Bibi Esther memiliki hak adopsi atas Bo tetapi tidak dengan kakaknya. Prosper akan ditempatkan di sekolah asrama. Venezia, itulah tujuan kakak-beradik itu. Mereka meringkuk di dalam kereta api yang berderak-derak dan bersembunyi dari siapa pun.

Sang bibi sepertinya mengetahui Prosper membawa Bo sampai ke Kota Rembulan. Ia dan suaminya menghubungi Victor Getz, detektif kota serbabisa. Ia meminta Victor mencari kedua anak itu dan akan membayarnya dengan harga yang pantas. Victor seharusnya tidak menyetujuinya karena kakak-beradik itu membawanya kepada masalah dan Si Pangeran Pencuri.