31 Juli 2016

Ulasan Buku: We Were Liars

Judul : Para Pembohong
Judul Asli : We Were Liars
Pengarang : E. Lockhart
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2016
Dibaca : 31 Juli 2016
Rating : ★★★★

"Kau paham, Cady? Diam adalah lapisan pelindung rasa sakit." (hal. 47)

Aku putuskan untuk membaca buku ini bulan ini karena firasatku mengatakan inilah waktu yang tepat. Dan benar saja. Buku ini berlatar pada bulan Juli. Ketika Para Pembohong mengisi liburan musim panasnya di pulau pribadi milik sang kakek. Dan untungnya aku tepat waktu karena ulasannya juga harus dibuat sebelum Juli berakhir karena buku didaftarkan pada "Raafi & Bibli's Summer Reading List".

***

Cadence Sinclair Eastman merasa hidupnya dikekang oleh tuntutan sang ibu yang menginginkan dirinya sebagaimana Keluarga Sinclair yang bertubuh atletis, tinggi, cantik dan tampan—sempurna. Cady selalu datang setiap musim panas ke sebuah pulau pribadi milik kakeknya. Di sana dia pasti bertemu dengan sepupu-sepupunya, Mirren dan Johnny. Lalu ada pula Gat, cowok "luar" yang juga hadir beberapa tahun terakhir.

Usia mereka berempat hampir sama. Keluarga Sinclair memanggil mereka Para Pembohong. Mereka tetap bermain layaknya liburan musim panas kebanyakan orang yang lain. Tapi pada musim panas kelima belaslah semuanya jadi berantakan. Ketika gagasan kecil menyebabkan semuanya berakhir. Saat itulah Cady bertahan dengan hilang ingatan parsialnya dan mengingat kembali detail-detail yang terjadi saat itu.

***

Dibawakan dari sudut pandang orang pertama yaitu Cady, buku ini menyiratkan bahasa sarkastis dan metaforis. Sedikit berlebihan dan dramatis, memang. Tapi, asal bisa tahan dengan hal-hal tersebut, aku yakin buku ini dapat diselesaikan dengan mudah. Aku tidak masalah dengan gaya yang diberikan penulis pada buku ini, toh memang tipikal karakter remaja seperti itu.

Aku masih dilingkupi rasa kebas karena akhir ceritanya bakal seperti itu. Ceritanya memberikan plot twist yang tidak bisa kuduga, padahal petunjuk-petunjuk telah diberikan. Begini, bayangkanlah kau seorang detektif dan ditugaskan menemukan seseorang. Peralatan pendukung sudah diberikan dan sebenarnya mudah saja untuk menyelesaikan misi tersebut. Hanya saja kau terlalu asyik dengan peralatan pendukung itu untuk melakukan hal lain sehingga tidak menyadari bahwa orang yang kaucari berada tepat di depan hidungmu.

Terdapat bagian ketika ketegangan dan depresi diceritakan pada buku ini. Ketika orangtua Para Pembohong memperebutkan harta kakek mereka dengan segala cara. Juga ketika Cady merasa dirinya tak berguna. Ada pula bagian fantasinya, semacam dongeng setipe tetapi bervariasi yang memberikan gambaran kasar tentang apa yang sebenarnya terjadi (dan variasi juga dijabarkankan secara gamblang pada buku ini). Bagian setelah plot twist yang membuatku menyukai buku ini.

Sebenarnya banyak hal yang ingin disampaikan penulis melalui buku ini. Tentang pandangan orang lain yang mesti dihiraukan dan kau akan melakukan segala cara agar tetap berada dalam strata tersebut. Semacam kau berada dalam lingkaran orang-orang yang menggunakan barang-barang branded. Kau juga harus memilikinya dan, bila perlu, berhutang pada orang lewat sekalipun untuk membelinya. Juga tentang kebohongan dan perasaan bersalah. Entahlah, aku terlalu menikmati ceritanya. Dan entahlah, sepertinya banyak hal di dalam kepalaku saat menulis ulasan ini tetapi tidak bisa ditumpahkan semuanya.

"Bukan salahmu. Maksudku, kita semua yang melakukannya, kita semua yang bertindak gila, kita harus bertanggung jawab. Seharusnya kau tidak menanggung beban itu sendirian. Bersedihlah, berdukalah, tapi jangan menanggung bebannya." (hal. 283)

6 komentar :

  1. Wow reviewnya keren! Dan ngga ada spoiler :)

    BalasHapus
  2. Kok jadi malas baca buku ini, hahah.

    BalasHapus
  3. Suka buku ini, pengen baca versi terjemahannya nih ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dedul baca versi english? nanti-nanti harus baca terjemahannya biar lebih "berasa". :D

      Hapus