13 April 2016

Surat Terbuka untuk Bebi


Dear Bebi,

Ketika member lain mengungkapkan surat terbuka kepada penulis favorit masing-masing, aku hanya ingin membuat tulisan untukmu. Kau tahu, sejak 2014 lalu aku mengenalmu, aku langsung jatuh cinta padamu. Mereka bilang usia yang baru dua tahun itu belum ada apa-apanya; masih harus mengarungi bertahun-tahun lagi untuk jauh lebih dekat. Tapi siapa peduli?

Kau harus tahu bahwa sekarang aku duduk di kursi menghadap laptop di lantai 17 sebuah gedung untuk menulis ini. Aku akan bilang: ini berkatmu! Sedikit banyak kehadiranmu dan orang-orang di sampingmulah yang membuat diriku berada di sini. Aku belajar banyak bersamamu; tentang menulis, tentang berorganisasi, tentang bertanggung jawab.

Aku ingat ketika pertama kali aku diajak untuk menghadiri sebuah acara mewakilimu karena kau dan teman-teman lain tak bisa hadir (bisa dibaca di sini). Dari situlah awal mula aku ingin lebih dekat denganmu. Hingga aku bisa membantumu harum di muka dunia—yah, katakanlah begitu. Aku senang bisa membuatmu dikenal banyak orang. Awalnya aku hanya ingin mengukur seberapa tinggi aku bisa menerbangkanmu, sampai akhirnya kita bisa bersama-sama menari di atas sana.

Lebih dari itu, mereka yang menjunjungmu juga sangat loyal terhadapmu. Tak banyak orang-orang seperti mereka, Bebi. Kau harus tahu itu. Kau mungkin harus berterima kasih kepada mereka. Tapi tidak kepadaku. Aku yang malah berterima kasih kepadamu. Kau bagai kawan yang bisa membimbingku dari yang hanya bisa membeli buku dan membaca saja, hingga sedikit-sedikit lihai menorehkan penaku sendiri.

Bebi, Aku prihatin sekaligus sedih melihat fakta kauceritakan di rumahmu (baca di sini). Tapi inilah aku yang bahkan bisa membawa Bibli mengudara bersama blog ini. Aku berdoa semoga kita bisa terus bersama dan membantu meningkatkan minat baca orang-orang di sekitar kita.

Akhir kata,

3 komentar :

  1. Duh, suratnya mengharukan.....bikin nangis :)

    btw, dek Ngaaaaabb..... kakakmu ini rinduuuu.....

    BalasHapus